The Testament

Venny Lestari
Chapter #3

Prenuptial Agreement

"Hai Shan..."

"Bim? Ada apa?"

"Nothing. Aku hanya ingin bertemu dengan Om Pranata dan menemani kamu malam ini."

Shan terkejut dengan alasan Bima. Shan sebenarnya sedang ingin sendiri, entah kenapa Bima tiba-tiba saja menyusulnya.

     Sebenarnya Bima sangat baik dan perhatian pada Shan. Tetapi segenap jiwa raga Shan selalu menolak Bima, meskipun Bima begitu menunjukkan bahwa dirinya menyimpan perasaan pada Shan. 

     "Hot chocolate."

     "Thanks Bim."

     "Bagaimana keadaan Om Pranata?"

     "Better. Lebih stabil."

Shan menjawab dingin. Bima membalas jawaban dingin Shan dengan tersenyum simpul. 

"Pasti kamu belum makan malam?"

"Belum."

"Bagaimana kalau kita makan malam?"

"Shan akan dinner dengan saya !"

Suara seorang pria terdengar menggelegar, ada sedikit amarah dari nada bicaranya. Shan menahan diri untuk tidak menepuk keningnya. Oh Kallenza !!!! Shan menggeram melihat tingkah Kallen.

"Kallenza, calon suami Shan."

Kallen mengulurkan tangannya pada Bima. Shan sesungguhnya ingin mengguyur hot chocolate yang ada di tangannya ke kepala Kallen, agar otaknya tersadarkan. Namun, Shan menahan diri. Ya bagus Shan, kamu harus pintar-pintar mengendalikan emosi menghadapi si bodoh ini, gumamnya dalam hati. Sementara Bima melongo. Terkejut melihat Kallenza Ervino yang tiba-tiba saja mengklaim Shan calon istrinya. Ada apa ini??? Bima kebingungan dan merasa aneh. Ini bukan mimpi kan?

"Oh saya...saya Bima."

Bima membalas jabatan tangan Kallen. Shan menelan ludah melihat wajah Bima yang heran bercampur penuh tanya. Kini Kallen terlihat puas karena telah mengklaim Shan adalah miliknya pada Bima.

"Apa ini sebuah...lelucon?" Bima menatap Shan penuh tanya. Shan terdiam sesaat lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"No....ini..ini bukan lelucon, Bim."

"Apa anda pikir hal seperti ini pantas di jadikan lelucon??" Kallen menatap Bima tajam. Bima segera menggelengkan kepalanya. Entah mengiyakan kata-kata Kallen atau merasa terintimidasi. Bima terdiam tanpa mau bertanya lagi.

"Babe, bagaimana keadaan Ayah?"

     Babe??? Shan seketika ingin muntah. Ya Tuhan, apa dosa ku hingga manusia bodoh ini memanggilku, Babe?? Shan rasanya ingin berteriak frustrasi.

     Kallen dengan sengaja melingkarkan lengannya di pinggang Shan, seolah ingin menunjukkan betapa mesranya hubungan dirinya dengan Shan pada Bima. Shan menggeram kesal. Masalahnya, Shan merasa seperti di setrum ribuan volt saat Kallen menyentuhnya. Seketika kaki Shan lemas. Bima masih sangat terkejut. Sepertinya Bima hampir pingsan melihat kejadian ini.

"Ayah....Ayah stabil..."

Shan berusaha melepas lengan Kallen dari pinggangnya, namun Kallen merangkul pinggangnya sangat erat. 

"Sudah malam, aku harus pulang." Bima melirik jam tangannya. Shan berusaha tersenyum di tengah jantungnya yang berdetak tak karuan.

"Okay, take care Bim. See you tommorow."

Kallen menatap Shan penuh pertanyaan. See you tommorow? Siapa pria itu??

Setelah Bima pergi, Shan dengan cepat melepaskan lengan Kallen yang melingkar di pinggangnya. Shan mengangkat tangannya untuk menampar Kallen, namun Kallen berhasil menangkap tangan Shan dan meletakkan di bahu kanannya seolah Shan akan memeluknya. 

"Kamu harus terbiasa dengan ini Shanindya Naffea, kalau kamu tidak ingin orang lain mengetahui rencana ini. Diam seperti ini karena bedebah itu masih memperhatikan saya dan kamu."

     Kallen mendesis di telinga Shan. Cukup membuat bulu kuduknya merinding. Eh wait..dia memanggilku dengan kata 'kamu'??? Ini agak asing di telinga Shan karena biasanya Kallen menggunakan kata 'anda' jika bicara.

     Shan terdiam beberapa detik dengan posisi Kallen masih memeluk pinggangnya. Shan menahan diri untuk tidak mendengus saat menghirup aroma parfume Kallen yang menyapa indera penciumannya.

     "Kalau Ayah kamu sudah okay untuk di tinggalkan, saya dan kamu akan dinner di apartemen saya dan membicarakan prenup itu."

     Kallen melepaskan pelukan di pinggang Shan, Shan baru bisa bernafas.

     "Saya akan pamit pada Ayah." 

     "Kamu bisa kenalkan saya pada Ayah kamu?" 

     Shan mengangguk setuju. Kallen mengikutinya dari belakang. Shan duduk dan menunduk di samping Ayahnya. Sementara Kallen berdiri di seberang Shan.

"Ayah, Shan akan pulang, besok pagi Shan kembali untuk melihat keadaan Ayah. Ayah, ini Kallen anak dari sahabat Ayah. Om....

"Anggara."

"Om Anggara."

Shan terdiam menunduk. Entah apalagi yang ingin disampaikannya pada Ayah yang terbaring tak berdaya. Shan menunduk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca dari Kallen. Kallen ikut menunduk di telinga sebelah kiri Ayah sambil melirik Shan.

Lihat selengkapnya