The Thing Called LOVE

M Fauzan Alghifari
Chapter #2

Chapter 1.1 - Masa SD dan sebuah perasaan diam-diam

Important information : Cerita awal akan flashback dari Algi SD sampai topik utamanya di masa SMA. Pembahasan SD-SMP mungkin hanya mengambil sampai chapter 2-3 saja. Di flashback, akan tertera jati diri Algi sebelum akhirnya mengenal cinta yang lebih serius masalahnya di Masa SMA.

***


Flashback 10 tahun yang lalu...

“Gi!” suara seseorang menyadarkan Algi dari lamunan. Dia adalah sahabat Algi, Didit namanya.

“Kamu kenapa lagi? Mikirin Ciwa lagi? Haduh, lihat aku, santai-santai aja tuh gak pusing mikirin Ija.” Didit berjalan menghampiri Algi yang sedang menatap pemandangan dari jendela lantai dua sekolahnya.

Algi sering sekali ke ruangan ini dengan Didit. Sebenarnya ini Aula yang ditempati siswa alumni saat ada pertemuan atau acara reuni di sekolahnya, karena seringkali kosong, dan yang berada dilantai atas hanya siswa kelas enam sedangkan kelas lainnya dilarang naik ke lantai atas. Akhirnya tempat ini jadi tempat santai Algi dan Didit saat mereka cerita bareng, bermain, ataupun cerita mengenai rahasia mereka masing-masing, termasuk yang sudah lama mereka rahasiakan berdua dari saat mereka kelas tiga SD, cerita tentang teman kelas yang disukainya.

“Aku bingung sama perasaan ini, bikin cemburu, bikin senang kalau didekatnya, pengen terus lihatin dia dit,” decak Algi, lalu ia balik menatap didit dan melanjutkan ucapannya. “Ngomong-ngomong, kamu tadi di kelas cari perhatian kan sama Ciwa, ngaku aja kamu.” Algi bertanya sambil berkerut.

“Siapa yang ganggu? Aku dekat sama Ija kok dibilang sama Ciwa?” Protes Didit.

“Kamu tadi pas praktek hafalan di kelas belagu banget. Mentang-mentang hafalan banyak. Di situ kan gak ada Ija, jadi kentara kamu cari perhatian sama Ciwa. Selama ini kita suka mereka kan diam-diam, dan kamu juga bilang kamu suka Ija. Mau kamu apa sih dit. Berhenti dekat sama punya aku.

“Ya ampun gi, kamu kok serius amat. Orang cuma bercanda juga. Emang benar, aku sukanya kan cuma sama Ija, cie... yang marah karena cemburu!” Tawa Didit pecah.

Didit lalu menulis di kertas yang dibawanya tadi dari kelas, lalu menuliskan kalimat "Didit cinta Ciwa selamanya!" dan ungkapan rasa suka lainnya di kertas itu. Hal itu membuat emosi Algi makin tersulut, dia mengejar Didit, dan berusaha merobek kertas yang dia tulis. Dia tidak terima di bercandakan seperti itu.

Lihat selengkapnya