The Thing Called LOVE

M Fauzan Alghifari
Chapter #3

Chapter 1.2 - Sebuah Nasihat

Episode sebelumnya :

“Ah, aku tidak perduli gi, minggir!” Didit dengan berani melepas tangan temannya itu yang menghadang dia masuk ke dalam Aula menemui Ija, Ciwa dan beberapa siswa perempuan lainnya yang bersama mereka.

Didit masuk lalu dengan cepat melempar kertas itu ke arah mereka yang sedang duduk asyik bercerita. 

Mereka yang melihat Didit dan Algi, seketika saling memandang satu sama lain sambil tersenyum dan menutupi tawa, Algi dan Didit yang melihatnya langsung pergi karena malu.

Entah apa reaksi teman perempuannya itu setelah mengetahui kebenaran yang jauh lebih besar, karena melibatkan kedua orang yang bersahabat ini.

***


Episode 1.2 :


Akhirnya tibalah Algi dan Didit di sebuah taman. Mereka mulai saling adu mulut mempermasalahkan kertas yang menyebabkan sial bagi mereka berdua.

"Lihatlah, coba kau tidak bercanda seperti itu, kita pasti takkan dalam masalah Did, dan sekarang rahasia yang kita tutupi berdua dari kelas 4, kini bakal terbongkar. Dan kau dalang dari semua ini. Aku sudah benci kelakuanmu hari ini, dan sekarang kau tambah lagi membawaku dalam masalah!" Algi sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dia benar-benar emosi terhadap didit.

"Aku kan sudah bilang. Aku minta maaf. Aku--" ucapan didit terpotong.

"Aku tidak perduli apa alasanmu. Sekarang aku tidak mau kita berhadapan dengan Pak Bagus. Jadi kau harus cari cara agar kita bisa selamat dari kemarahannya.

"Kau yakin dia akan marah? Hei, bukankah jatuh cinta itu bukan sesuatu yang salah? Lagian, selama ini kita hanya diam-diam menyukainya kan, tidak mengumbarnya apalagi mendekati mereka dengan tujuan agar cinta terbalaskan?" Ruangan hening seketika. Tak ada lagi yang saling berbicara. Algi menatap mata Didit sebentar, sebelum akhirnya dia meninggalkan sahabatnya sendirian di kursi taman.

***

Ciwa yang mengambil kertas ronyakan itu, lalu membacanya dihadapan beberapa teman kelasnya yang juga berada di aula.

Setelahnya, mereka lebih kaget dari sebelumnya. Ija bahkan tak menyangka, didit menyukainya, dia sempat berfikir seperti itu, dan ternyata dugaannya benar. Didit memang seringkali menggangunya, mungkin hal itu yang membuatnya berfikir seperti itu.

Sedangkan Ciwa bahkan tak menyangka algi yang polos itu menyukai dirinya.

Serempak mereka ketawa dan senyum. Tapi mereka tidak ingin masalah ini membuat mereka tidak nyaman ketika di kelas. Akhirnya mereka berdiskusi layaknya orang rapat di ruangan aula, dan mereka memutuskan untuk melapor kepada Pak Bagus. 

Menurut mereka, ini keputusan yang tepat untuk Algi dan Didit. Ciwa dan Ija takut setelah ini mereka justru diganggu atau setelah pernyataan cinta Algi dan Didit, dia jadi berani buka-bukaan saat menggoda mereka. Jelas itu hal yang sangat mereka tidak inginkan. 

Tapi Ija dan Ciwa juga bingung bagaimana mengatakannya kepada Pak Bagus, tidak mungkin mereka mau menjelaskannya.

Mereka pun memutuskan untuk melapor ke orangtua mereka masing-masing terlebih dahulu dan membiarkan orangtuanya yang nanti melaporkannya kepada Pak Bagus.


***

Keesokan harinya setelah kejadian.


"Gi, Did, kalian di panggil Pak Bagus tuh keruangannya." Salah satu adik kelas teman main bolanya, muncul menengok ke dalam kelas. 

Lihat selengkapnya