Dur ... Duar ... Duar ... Bom ...
Suara dentuman dari letusan kembang api di atas langit salah satu kampus terbaik di Negara Singapura terdengar nyaring. Kilatan-kilatan cahaya dari percikan kembang api terlihat berwarna dan indah. Menakjubkan! Satu kata yang tepat untuk menggambarkan betapa indahnya langit malam dengan hiasan taburan bintang dan percikan kembang api kala ini.
Di pojok balkon aula kampus, senyuman manis dari seorang gadis yang terus mengadakan kepala menatap langit malam dengan takjub tak pernah luntur. Hiruk pikuk riuh suara dari orang-orang yang juga sedang berada di atas gedung tinggi itu tidak mengganggu aktivitas sang gadis sama sekali.
"Gue rasa tuh langit lebih bagus dari pada penampilan mereka, makanya lo lebih milih natap langit ketimbang para cogan yang ada di sana!" Seorang gadis lainnya datang mendekat, duduk bersandar di kursi panjang yang sama dengan yang diduduki oleh gadis sebelumnya.
Kepalanya ikut mengadah ke atas. Mengikuti gerakan sahabatnya yang sedari tadi tetap fokus dengan dunianya sendiri dari awal pesta berlangsung hingga saat ini. Ia menghembuskan nafas pelan. Nyaman! Mungkin karena ini, sahabatnya tidak ingin beralih dari sini sedari tadi. Tempat ini tergolong sepi dan tenang, suara ricuh tidak terlalu keras terdengar dari tempat ini.
"Ngomong-ngomong congrats atas kelulusan lo, Ela." Gadis itu berucap dengan tulus. Meskipun matanya masih terpejam dan dia tidak bisa melihat reaksi dari sahabatnya, tetapi dia tahu jika sahabatnya itu pasti tengah tersenyum meski tak bersuara.
Altheda Estrella, itu adalah nama dari gadis yang sedari tadi terus saja diajak bicara oleh temannya. Altheda atau gadis yang biasa dipanggil Ela merupakan sosok yang pendiam, tidak banyak bicara, dan selalu bertindak dengan cara logis dan bermakna.
Altheda bukanlah orang yang kaya. Ia hanya seorang gadis sederhana yang hidup sebatang kara. Pengalaman hidup yang dialaminya tidaklah sedikit lagi. Terlalu banyak rasa sakit, terlalu banyak caci maki, dan hinaan yang dia terima selama ini. Namun, Altheda tidak merasa jika itu merupakan suatu penghalang untuknya. Bagi Altheda, semua kepahitan yang dia terima selama ini akan terbayarkan sejalan dengan ilmu yang dia miliki, dan tentu saja dapat dibanggakannya di masa depan. Selain itu, Altheda juga merupakan satu-satunya inti dari kelompok mafia yang berkedok geng berandalan--SCaRY.
SCaRY terdiri dari lima orang anak muda yang memiliki bakat berbeda-beda. Selain itu mereka tidak berada di satu negara yang sama, bisa dibilang mereka hanya bersatu ketika ada misi. Itupun mereka tidak menunjukkan wajah masing-masing. Hanya Altheda yang mengetahui wajah mereka semua, karena katanya Altheda inti dari SCaRY yang merupakan satu-satunya bagian dari mereka yang wanita.
Alasan yang klasik memang. Meski alasan sebenarnya karena Altheda merupakan pencetus akan adanya SCary. Ia mendirikan SCaRY untuk tujuannya sendiri. Namun, soal kesetiaan jangan diragukan. Altheda mendapatkan kesetiaan dari SCaRY lebih dari apapun. Bagi kelima anggota SCaRY, Altheda sudah menjadi bagian hidup mereka. Tak ada Altheda maka tak ada kehidupan. Terkesan lebay memang, tetapi itulah kenyataannya.
Singapura, merupakan satu dari lima kota besar yang diduduki oleh SCaRY. Dan Altheda yang berada di sana bersama dengan kelompok kecil yang dipimpinnya--Start. SCaRY merupakan singkatan dari Start Come and Rule Young yang artinya Bintang datang dan menguasai anak muda, tetapi tidak banyak yang tahu arti dari singkatan itu karena mereka lebih mengenal SCaRY dengan Menakutkan.