The Thread of Destiny

baby scorpio
Chapter #2

TTOD:two

   "Altheda!" Alva berteriak histeris ditengah-tengah kerumunan yang masih mematung mencoba mencerna apa yang telah terjadi. Sesaat kemudian mereka mulai berteriak histeris mengikuti teriakan Alva.


Dor ... Suara tembakan kembali terdengar. Para mahasiswa kembali mematung untuk yang kedua kalinya tak berani bergerak sembarangan. Salah-salah, bisa jadi kepala mereka yang menjadi sasaran selanjutnya. "Head shot!" cetus seorang pria muda berpakaian formal yang berdiri tepat dibelakang Arthur.


"Tuan,"


"Tidak berguna!" Suara Arthur menggelegar. Menyentak pria yang baru saja berkata dengan kasar. Rahangnya mengeras, matanya menatap pria itu tajam. "Kau harus bertanggungjawab atas kelalaian ini, Mark," imbuhnya datar.


Para mahasiswa kembali berteriak. Mereka berbondong-bondong berlari memadati pintu keluar aula untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Mereka baru menyadari, jika mereka sedang tidak berada pada tempat yang aman.


Ada penyusup dalam pesta kelulusan angkatan ini. Dan Altheda adalah korbannya, tidak! Bukan Altheda, tetapi seharusnya Arthur yang menjadi korbannya. Namun, Altheda yang memiliki spontanitas yang cekatan malah melindungi dosen favoritnya itu.


Alva berlari ke arah Altheda. Ia mendekap erat tubuh sahabatnya itu dengan penuh kasih. Astaga! Sahabatnya benar-benar terkena peluru senjata yang nyata.


"Bawa Altheda ke rumah sakit sekarang!" titah Arthur kembali membuka suaranya datar.


"Dan aku ingin tahu dalangnya hari ini juga, Mark." Lanjutnya lagi dengan aura yang sangat mencekam.


Mark membopong tubuh Altheda untuk segera dibawa ke rumah sakit. Alva mengikuti Mark yang membawa sahabatnya dari belakang dengan cemas. Dia tidak ingin berpikir negatif, tetapi ayolah. Siapa yang tidak akan berpikir negatif ketika sahabatnya harus terkena tembakan peluru tepat di area jantungnya.


"Lo harus selamat, Ela. Demi gue dan demi masa depan lo, jangan menyia-nyiakan ilmu yang lo kumpulin dengan susah payah selama ini," gumam Alva dengan air mata yang mulai membanjiri pipinya.


***


"Berhenti ganggu gue! Gue muak lihat muka sok polos lo, jauhin gue dan jangan tunjukkan muka lo di hadapan gue lagi."


"Jangan mengikutiku! Kau ... ."


"Apa kau tidak bisa berhenti untuk membuat masalah. Dasar anak tidak tahu diuntung. Dosa apa yang kutanggung sehingga memiliki putri bodoh sepertimu!"


"Lo benar-benar keterlaluan jalang. Berkali-kali gue bilang jangan ganggu adik gue!"

Lihat selengkapnya