The Thread of Destiny

baby scorpio
Chapter #9

TTOD:nine


Azalea berjalan dengan santai menuju ke ruang kelasnya. Xll Mipa 1 adalah ruangan yang tengah Azalea tuju sekarang, dengan James yang terus mengekor di belakangnya.


Setelah menemukan ruangan yang ia cari. James membukakan pintu masuk untuk Azalea. Kaki Azalea bergerak maju--melangkah, lalu menatap satu-persatu netra para siswa-siswi yang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.


"Kenapa? Mata lo semua pada katarakkan yah?" tanya Azalea dengan satu alis terangkat, lalu ia berjalan menuju kursi kosong di sebelah siswa berkacamata di bagian kursi paling depan.


"Tempat ini kosong, kan?" tanya Azalea dengan sopan.


"I-iya," cicitnya.


"Bagus. Gue duduk di sini, yah. Tempat dibelakang terlalu jauh, mata gue  gak nyampe  melihat papan tulis sejauh itu," jelas Azalea sembari mendudukkan tubuhnya di kursi. Ia mengulurkan tangannya untuk meminta tasnya pada James.


Setelah mendapatkan tasnya. James pergi meninggalkan Azalea kembali ke parkiran. Azalea mengambil ponselnya, lalu mengetikkan sesuatu dan mengirimkannya pada Arya. Bukan pesan apa-apa sebenarnya, hanya kata-kata penyemangat dan ucapan terimakasih karena telah mengatur segala keperluannya dengan baik.


Azalea bukan orang yang tidak tahu terima kasih. Dia hanya terkadang gengsi untuk menyampaikannya secara langsung, karena dikehidupa nya sebagai Altheda. Dirinya selalu mendapatkan ucapan terimakasih, tetapi sangat jarang mengucapkannya. Atau bahkan bisa dikatakan dirinya hanya mengucapkan kalimat itu dua kali, hanya pada Alva dan dia.


Bisik-bisik dari para siswa kelas kembali terdengar. Keputusan Azalea memilih meninggalkan tempat duduknya yang bersebelahan langsung dengan Vincent cukup menggemparkan kelas. Padahal selama ini, Azalea tidak pernah mau meninggalkan kursi berang sejengkal pun. Bahkan dirinya rela terluka dan berakhir dengan menyakiti Alita hanya karena tidak ingin tempat duduknya di geser.


"Masih drama?" tanya sarkas Lucian yang baru saja masuk diikuti dengan teman-temannya.


Namun Azalea hanya diam tak menggubris. Dia masih asik memejamkan matanya dengan kepala yang mendongak ke atas. Kebiasaan Altheda dalam mencari kenyamanan tidak akan pernah berubah, bahkan itu terbawa sampai ke tubuh Azalea.


"Kakak, kenapa kakak pindah ke sini?" tanya Alita dengan raut wajah cemas. Sungguh perubahan kakaknya yang seperti ini sangat membuat Alita khawatir. Meskipun dia sering di-bully, tak masalah. Asalkan kakaknya bisa bahagia, dan tidak berubah aneh seperti ini. Azalea yang ini, Alita benar-benar tidak mengenalinya.


Azalea membuka matanya sebentar lalu menutupnya lagi. Ia hanya melirik guna melihat siapa saja yang berada didekat kursinya.  Ia menghembuskan nafas pelan, lalu berkata sembari menggerutu, "Dimana Alanta? Ngurus gitu doang lama!"


Lihat selengkapnya