Tampaknya Tuhan sedang berbaik hati kepada Silvana. Baru saja gadis itu berharap menemukan cinta di trip ini, dan tampaknya harapannya tampaknya akan segera terkabul. Tidak sia-sia ia berusaha keras menabung dan sedikit berbohong pada ibunya untuk mengikuti trip ini.
Awalnya, Silvana merasa kebaikan Arga kepadanya hanyalah keramahan antar teman dan perhatiannya wajar sebagaimana perhatian Fajar kepadanya. Tapi Silvana mulai merasa perhatian itu terlalu intens untuk bisa dibilang perhatian wajar antar teman. Sejak berkenalan di kapal, Silvana mulai merasa Arga selalu ada untuknya.
Ia teringat bagaimana Arga dengan sigap mencengkram lengannya saat Silvana ketiduran di pinggiran kapal. Mengingatkannya untuk berhati-hati duduk di pinggir perahu saat mereka hendak snorkeling. Arga yang pertama kali datang dan menolong saat Silvana hampir tenggelam, bahkan mengajarinya berenang dan tidak melepas tangannya hingga mereka kembali ke kapal. Usai snorkeling, Arga juga membantu Silvana melepas kancing jaket pelampungnya yang macet. Astaga, sentuhan Arga di punggung dan pundak Silvana membuat jantungnya berdebar tak karuan!
Silvana keluar dari kamar penginapannya untuk sekadar cari angin dan menikmati suara debur ombak yang menenangkan. Teman-teman sekamarnya, termasuk Tyas, sedang asyik menonton televisi dan mengobrol. Dari balkon depan kamarnya, Silvana melihat Fajar sedang duduk di atas pasir menghadap laut sambil memetik gitar. Silvana segera turun menghampiri Fajar dan duduk di sampingnya.
"Eh, Silvana," Fajar berhenti memetik gitar saat menyadari kehadiran Silvana. "Sendirian aja?"
"Iya, yang lain pada nonton TV. Lo juga sendirian aja?" Silvana bertanya balik.
Fajar mengangkat bahu. "Lagi pengen sendiri aja."
"Hmm... Jar, Arga udah punya pacar belum sih?" Dengan menelan perasaan malu, Silvana menanyakan pertanyaan keramat itu kepada Fajar. Sebelum benar-benar jatuh cinta, dia harus memastikan hal terpenting itu dulu kan?
Fajar terdiam sebentar, kelihatan kaget. Ia meletakkan gitarnya dan menoleh menghadap Silvana. "Kenapa emang?"
"Nggak apa-apa, nanya aja," jawab Silvana.
Perlahan-lahan, bibir Fajar tertarik membentuk senyum. "Lo suka sama Arga?"
"Udah sih, jawab aja!" ujar Silvana geregetan.
Fajar tertawa geli. "Dia udah punya cewek," jawabnya.
"Emang iya?" Silvana merasa tubuhnya mengecil seperti kerdil. Jadi ternyata selama ini Silvana telah salah memahami perhatian Arga? Ternyata cowok itu perhatian pada Silvana bukan karena suka padanya? Memalukan sekali. "Jangan bilang Arga ya kalau gue pernah nanya begini," kata Silvana pada Fajar.
"Iya, tenang. Kayak nggak kenal gue aja," kata Fajar santai. "Tapi katanya Arga lagi ada masalah sama ceweknya," Fajar pun menceritakan sedikit kisah asmara Arga pada Silvana. "Makanya Arga ikut trip ini, dia pengen refreshing."
"Ooh..." Silvana mengangguk-angguk.
Fajar mengerling pada Silvana. "Kalau lo suka sama dia, tunggu aja mereka putus. Paling sebentar lagi juga putus, yakin gue. Arga orangnya baik kok, setia lagi."
Silvana hanya membalas ucapan Fajar dengan senyuman. Meski menyebalkan, tapi lebih baik Silvana tahu dari awal. Sebelum ia benar-benar jatuh cinta pada Arga dan terlalu jauh mempermalukan dirinya sendiri.