Tampaknya kegiatan yang diusulkan anak MAPALA kurang menarik bagi para peserta open trip. Hanya kurang dari setengah jumlah peserta yang mau bangun pagi untuk mengikuti kegiatan menanam mangrove. Sementara sisanya masih mendengkur di penginapan. Sungguh disayangkan. Padahal kegiatan menanam mangrove tersebut sangat positif. Selain bermanfaat mencegah abrasi dan intrusi, kegiatan itu juga menyehatkan dan meningkatkan kecintaan kepada alam.
Warga Pulau Bening menyambut positif kegiatan menanam mangrove tersebut. Bahkan beberapa pemuda ikut turun tangan untuk membantu. Selain menanam mangrove, mereka juga melakukan pembersihan pantai. Meski Pulau Bening memang indah, namun bukan berarti pulau itu terbebas dari sampah. Beberapa kali para relawan itu menemukan berbagai macam sampah, mulai dari sampah kain hingga sampah plastik.
"Kita mulai dari sebelah timur. Sekalian berburu sunrise. Kalian belum pernah lihat sunrise di Pulau Bening kan?" kata Mas Toni ketika mereka bersiap-siap.
Ajakan itu membangkitkan semangat para relawan yang ikut dalam kegiatan menanam mangrove. Mereka bersorak gembira dengan kompaknya dan melangkah penuh semangat menuju lokasi pertama penanaman mangrove. Menurut perkiraan, penanaman mangrove akan berlangsung lebih dari setengah hari. Sebenarnya, hari ini memang diagendakan hari bebas dalam rundown open trip. Tidak ada jadwal kegiatan, jadi para peserta bisa menggunakan waktunya untuk melakukan apapun yang mereka ingin lakukan di Pulau Bening. Itulah kenapa anggota MAPALA dan dosen sepakat untuk mengadakan kegiatan menanam mangrove hari ini.
Sesampainya di lokasi, para relawan terlebih dulu diberikan pengarahan bagaimana cara menanam mangrove. Usai pengarahan, kegiatan pun dimulai. Fajar, Tyo, dan Arga mulai membagikan bibit pohon mangrove yang mereka bawa.
"Lo sendirian?" tanya Fajar ketika memberikan bibit bagian Silvana. "Tyas mana?"
"Molor dia." Silvana mengangkat bahu dan menirukan ucapan Tyas semalam. "Kalau gue bangun, gue ikut. Kalau nggak bangun, jangan bangunin gue ya."
Fajar tertawa. "Ya udah lo ikut kita aja nggak apa-apa, daripada sendirian."
Silvana mengangguk. "Oke.” Tampaknya ia memang tidak bisa jauh-jauh dari Fajar.
"Oh, iya," Fajar mendekatkan wajahnya ke telinga Silvana. "Nanti kita bareng Arga juga menanam mangrove, pasti lo tambah semangat."
Menyebalkan sekali ucapan Fajar. Selama kenal Fajar, belum pernah cowok itu seresek ini. Lagipula semalam Silvanya hanya bertanya apakah Arga punya pacar atau tidak, bukan curhat kalau Silvana suka padanya. Silvana mencubit pinggang Fajar. "Resek!"
"Aow!" Fajar mengelus bekas cubitan Silvana, tapi wajahnya masih tampak menahan tawa.
"Ayo mulai, malah cubit-cubitan," ujar Arga seraya melangkah menghampiri mereka.
"Apaan sih lo, Arga, ganggu aja orang lagi berduaan!" ujar Fajar..
Arga mengangkat sebelah alisnya. "Silvana juga ogah kali sama lo." Lagi-lagi Arga melakukan kontak fisik yang membuat Silvana tercengang. "Ayo mulai," ujarnya sambil menarik tangan Silvana.