The Thread

Anna Onymus
Chapter #1

CHAPTER 1

"Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat ditentukan dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data."

Sambil terus menerangkan, Bu Yasmin mulai mencoret-coret papan tulis dengan angka, rumus, dan tabel yang membuat Silvana alergi melihatnya. Matanya terasa berat menatap papan tulis. Bukan karena mengantuk, ia hanya bosan dan pusing memperhatikan mata kuliah Statistika yang sama sekali tidak ia mengerti. Malas juga mengikutinya. Toh sebagus apapun dosen menerangkan, tetap saja otak Silvana terlalu cetek untuk memahami hitung-hitungan. Bahkan lebih parahnya lagi, Silvana alergi angka. Untunglah mata kuliah Statistika hanya ada di semester ini. Ingin rasanya cepat-cepat ujian semester, supaya tidak perlu lagi belajar Statistika atau apapun yang mengharuskannya menghitung.

Silvana mengeluarkan ponselnya dan mulai membuka Twitter. Tidak ada yang memedulikannya. Bu Yasmin masih sibuk menerangkan, sedangkan teman-temannya fokus memperhatikan. Seperti biasa, Silvana membuka akun Twitter @creepystory yang menjadi favoritnya. Namun tampaknya admin akun ini belum posting apa-apa lagi sejak dua minggu lalu. Silvana melenguh. Akhirnya, ia men-scroll beranda, mencari-cari cerita horor atau creepypasta yang cukup seru. Paling tidak seseru cerita di akun @creepystory favoritnya.

Sudah hampir setahun Silvana menjadi pecandu Twitter. Masih ingat dengan cerita KKN di Desa Penari? Itulah awal mula Silvana menjadi gila twitter. Bukan untuk memposting, berkomentar, ataupun mencari teman di media sosial tersebut. Melainkan hanya demi membaca utas horor yang ternyata seru juga. Ia bahkan mulai meninggalkan hobi membaca novelnya karena merasa utas di Twitter lebih seru daripada novel.

Silvana berhenti men-scroll saat menemukan satu utas yang dari judulnya tampak seru, "KKN Berujung Petaka". Ia selalu menyukai utas horor bertemakan KKN, pendakian gunung, apalagi yang berbau sejarah. Ia membuka utas itu dan membacanya. Tak lama kemudian, ia pun larut dalam cerita. Kebosanannya mulai hilang dan penjelasan dosen sedikit demi sedikit terasa menjauh.

"Sil! Ayo ke kantin," ujar Tyas seraya menyenggol lengan Silvana.

Silvana terkejut hingga hampir melonjak dari bangkunya. Senggolan ringan Tyas menarik pikirannya yang sudah terlalu terbawa dalam utas yang dibacanya dan mengembalikannya kembali ke dunia nyata. "Udah kelar kuliahnya?"

Tyas ngiyem. "Dosennya aja udah keluar."

Silvana segera membereskan meja dan menenteng tasnya. Seperti biasa, kantin mulai dipenuhi para mahasiswa yang jajan atau sekadar ikut nongkrong. Silvana dan Tyas duduk di bangku kantin yang masih tersisa. Begitu duduk, Silvana langsung membuka ponselnya untuk melanjutkan utas yang sudah dibacanya. Ceritanya semakin seru menjelang akhir cerita.

"Lo mau beli apa?"

"Bubur ayam ya, sama es teh."

Tyas yang untungnya peka, melangkah ke jejeran penjual makanan untuk memesankan makanan Silvana dan untuk dirinya sendiri. Setelahnya, ia kembali duduk di meja kantin dan menunggu pesanan mereka diantar. Sedangkan Silvana masih asyik dengan utas yang dibacanya.

"Akhirnya selesai juga!" gumam Silvana seraya menutup aplikasi Twitter dan kembali memasukkan ponsel ke dalam tasnya.

Tyas tertawa kecil. "Seru banget baca thread. Sampai-sampai dianggurin bubur ayamnya," tegurnya seraya menyedot jus jambunya.

Silvana menoleh dan baru menyadari ada mangkuk bubur ayam di sampingnya. Sementara makanan Tyas sendiri sudah hampir habis. Sebagian besar kerupuknya sudah tidak renyah lagi karena terendam kuah. Untung Silvana termasuk tim bubur diaduk, sehingga ia tidak masalah dengan hal itu. "Ah, lo bukannya bilang." Ia menyeret mangkuk buburnya mendekat dan mulai menyantap. Silvana baru sadar ia menahan lapar gara-gara keasyikan membaca utas.

"Lo aja kebangetan. Masa tukang bubur naruh mangkuk, lo nggak nyadar." Sebenarnya Tyas memang sengaja tidak memberitahu Silvana. Iseng saja. "Emang lo baca thread apa?"

"Thread 'KKN Berujung Petaka'."

"@creepystory?" Kebetulan Tyas juga suka membaca utas Twitter sama seperti Silvana. Hanya saja masih dalam taraf normal.

"Bukan. Hmm lupa gue nama akunnya. Agak susah gitu," Silvana mencoba mengingat-ingat seraya menyantap makan siangnya. "Apa ya tadi namanya?" gumamnya.

"Ya udah, share ke gue dong. Penasaran gue," pinta Tyas.

Lihat selengkapnya