The Threembak Kentir's

Xie Nur
Chapter #17

Elang, Terdampar! (8)

Pendakian Gunung Salak

*Hari keempat pasca operasional (18.00 – 23.00 WIB): Antara Polsus Ganteng dan Rasa Lapar

Pukul enam sore kami sudah berganti tempat mangkal di stasiun Kiara Condong. Kali ini kami harus menunggu kereta yang katanya akan lepas landas pada pukul setengah sepuluh malam. Pokoknya judul perjalanan kami adalah ‘menanti’ sedari awal keberangkatan.  

Yang lebih mengenaskan kami tidak kebagian tempat duduk tunggu. Duduk lesehan lagi mirip gembel. Pokoknya antara mulut dan perut sama sekali tidak kompak. Mulut menyanyikan lagu pop, tapi perut asyik keroncongan. Mau beli makan, duit tidak ada. Jangankan makan, minum saja terpaksa ambil air di bak WC. Dalam kondisi perut lapar dan haus apa sih yang tidak menjadi halal.

Aku mulai mengorek-korek semua kantung baju. Tak lupa meminta Citonk dan Pheenux melakukan operasi kantung juga. Tanpa diminta Mei ikut-ikutan merogoh-rogoh sakunya.

“Ini aku ada,” kata Teh Mei. “Mau buat apa Sush?”

“Beli gorengan dan lontong. Lumayan kan, buat ganjal perut.” ujarku saat itu sangat merasa seperti Einstein.

Dede yang duduk tak jauh dari gerombolan cewek mengacungkan ibu jari. Gerak selanjutnya kami para cewek beranjak keluar stasiun mencari gerobak gorengan.

Nah, saat beli gorengan inilah kami tak lupa meminta air minum yang layak konsumsi. Alhamdulilah… dapat teh hangat ada manis-manisnya sedikit. Cuma dapat satu botol sih, tapi terlalu lumayan bagi kami daripada air WC. Tentu dengan syarat minumnya hanya boleh satu tutup botol per-anak. Kalau masih haus, ada tuh air WC.

“Kejaaam!” Demikianlah jerit para pejantan.

Penderitaan kami belum berakhir. Dalam kereta kami harus rela duduk disambungan antar gerbong depan pintu WC pula. Maklumlah, kereta waktu itu padat amat. Amat saja tenang kenapa kita tidak tenang, selama ada gitar, mari kita bernyanyi riang. Semboyan Dede. Anggap saja amal menghibur orang-orang yang duduk manis di gerbong. Asyik! Pokoke jempole joged! 

Seketika keriangan kami padam manakala petugas pemeriksa karcis meminta tiket. Parahnya ada polsusnya juga, Bleh!

“Yah, Pak cuma itu yang kami punya.” kata Pheenux memelas.

“Iya Pak, kami benar-benar kehabisan uang.” timpal Citonk.

“Kalau nggak punya uang jangan naik kereta dong!” omel Petugas Karcis.

Lihat selengkapnya