The Threembak Kentir's

Xie Nur
Chapter #36

Sayonara, Tahun Baru! (4)

Pendakian Gunung Sumbing

*Hari Operasional Kedua (HOP2: 05.30-12.00 WIB): Engkol-Engkolan Pembabat Napas

“Hah, setengah enam?” pekikku tidak percaya begitu melihat jam tangan. “Pheen, Tonk!” panggilku sedikit serak. Efek jalan berdebu baru mempengaruhi tenggorokan. “Udah siang woi!”

Tak menunggu reaksi yang lain aku segera melaksanakan salat Subuh. Takut tambah telat.

“Hhh!” Hanya erangan kecil yang terdengar, tidak ada satu pun yang bergerak dari kantung tidur.

“Pheen bangun.” Suara Citonk terdengar parau.

“Jam berapa?” tanya Pheenux setengah mengerang.

“Jam enam!” sahutku yang sudah selesai salat.

“Selamat tahun baru!” ucap Pheenux disertai menguap.

Citonk langsung membuka tenda. Cahaya redup pagi berlomba memberi warna terang bagi nuansa remang-remang tenda. Ujang dan Kentang masih meringkuk dalam kantung tidur.

“Bangun, bangun!” seru Citonk kemudian.

“Berisik ah!” omel Ujang.

Kentang langsung duduk. Melihat pada kawannya dia pun bersabda; “Hoi bangun, katanya mau lihat sunset awal tahun di puncak?” Kentang menarik kantung tidur yang menyelubungi tubuh Ujang.

Sunrise!” ralat Pheenux. “Sunset, matahari terbenam, Bleh!”

“Maksudku ya itu, kita lihat matahari terbenam aja, gimana?” Kentang bermanuver secara signifikan.

Ujang menggeliat. Begitu sadar suasana, dia tiba-tiba tertawa. Kami semua dibuat terkejut sekaligus curiga ada sesuatu yang tidak beres dengan otaknya.

“Tadi malam nggak ada yang bangun?” ujarnya malah bertanya tentang sesuatu yang menjadi terasa ambigu.

Padahal niatnya kami hanya tidur barang sebentar, sekadar menghilangkan kantuk. Kurang lebih satu atau dua jam, lalu melanjutkan perjalanan. Kenyataannya kami malah tertidur sampai pagi.

“Lah, katanya kalian mau jaga tidak tidur.” tuduh Citonk. “Gimana sih?”

“Aku sama Kentang pasti ketularan kalian yang jago tidur.” lontar Ujang menyalahkan kami bertiga.

“Pokoknya semalam itu sesuatu, deh.” timpal Kentang. “Makanya aku jadi ketiduran.”

“Payah!” cetus Pheenux.

“Kita benar-benar parah ya?” aku menggaruk-garuk kepala yang gatal.

“Tidur lagi aja, ah!” cetus Ujang lalu bersembunyi kembali ke balik SB_sleeping bag.

Lihat selengkapnya