Pendakian Gunung Slamet
*Hari Pertama Operasional (HOP1: 07.30 – 11.00 WIB): Nyasar Bergembira
Aku berlindung di bawah payung berjalan cepat menuju kos Ali. Ada rasa bersalah menyelinap. Semalam sudah mengancam Pheenux dan Citonk untuk datang jam tujuh, eh, jam setengah delapan aku malah masih dalam perjalanan.
Tapi alangkah terkejutnya diri manakala mendapati kos Ali terlihat lengang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Ada apa nih? Masa mereka tega meninggalkan aku gara-gara terlambat setengah jam.
Baiklah, mari berpikir pada kemungkinan positif yang buruk, yaitu mereka malah masih pada tidur! Pasalnya aku sendiri pun begitu terbuai oleh senandung sang hujan yang meninabobokan dalam mimpi nan damai.
Aku mengetuk pintu setengah ragu-ragu. Masih sepi. Baru pada ketukan ketiga, muncul Ali yang mengintip dari kaca jendela dengan rambut acak-acakan.
“Baru bangun?” sapaku selepas mengucap salam.
Ali nyengir, ”Yang lain juga masih pada tidur tuh!”
“Bau-baunya sih udah tercium bakal begini. Pheenux sama Citonk?” tanyaku yang sudah duduk di ruang tamu.
“Hai, hai...” Suara Pheenux muncul dari ambang pintu.
“Sori telat.” timpal Citonk dengan seulas senyum dalam rasa bersalah.
“Jam berapa sekarang?” kataku pura-pura ambil tampang kesal. Padahal dalam hati aku tertawa ngikik melihat dua sobatku yang ternyata juga telat.
“Habisnya hujan!” alasan Citonk.
“Bukan alasan!” tanggapku masih sok marah.
“Anak-anak mana?” tanya Pheenux tak peduli protesanku.
“Sebentar aku bangunkan.” kata Ali bergegas menuju kamar.
Aku, Pheenux dan Citonk harus menunggu dengan sabar.
***