The Throne is Mine

mikaji Al daufan
Chapter #3

#3

“Kita berpisah disini, 3 jam lagi kita berkumpul di titik ini lagi, bagaimana?”usul Christian. Yang lain hanya mengangguk. Mereka pun berpencar, Christian ke arah timur, Javier ke barat, Vincent ke selatan dan Peter ke utara. Christian berharap mereka bisa menemukan sumber makanan karena persediaan mereka benar-benar semakin menipis. Tapi entah kenapa ia malah tiba di kastil yang kemarin. Seakan ada yang mengarahkannya kesana. Ia bisa merasakan kalau sesuatu semakin menariknya untuk segera masuk ke bangunan itu. Ia melihat sekeliling, memastikan kalau keadaan aman. Ia tidak melihat Aron atau pun Aria atau penjaga lain. Ia sungguh penasaran kenapa di kastil sebesar itu tidak ada penjaga. Bukankah biasanya para vampire bangsawan memiliki sepasukan penjaga?! Walau sebenarnya mereka tidak terlalu membutuhkan penjaga, tapi sepertinya mereka tetap memakai penjaga untuk menjaga gengsi.

Sebenarnya sejak kemarin ia kepikiran soal kastil ini. Dari penampilannya, Aron dan Aria kemungkinan adalah vampire bangsawan. Tapi ia tidak yakin, dari keluarga yang mana mereka berdua berasal. Lalu kenapa bangsawan seperti mereka malah tinggal di wilayah terpencil dan bahkan nyaris menjadi wilayah terlarang karena dianggap terlalu berbahaya. Apa yang dilakukan para bangsawan di tempat seperti ini?! Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, perlahan ia mendekat dan mencoba masuk. Ia sempat mengira kalau akan ada banyak jebakan disana, tapi ia bisa masuk dengan mudah. Seakan ia memang diundang untuk masuk. Suasana bangunan itu begitu mencekam. Ada es dimana-mana. Christian tidak tahu harus kemana. Ia hanya mengikuti instingnya dan masuk ke sebuah ruangan yang berada di ujung bangunan itu.

Ia terkesiap ditengah ruangan ada bongkahan es yang cukup besar. Tidak, bukan itu yang membuatnya terkejut, tapi sosok gadis yang berada di dalam bongkahan es tersebut. Rambut keperakan yang panjang dan dia terlihat seperti tengah tertidur. Entah kenapa seperti ada yang menariknya untuk mendekat, tapi ia segera tersadar. Ini bukan saat yang tepat, seharusnya ia mencari sumber makanan, kenapa ia malah menyusup ke kastil orang seperti ini?! Christian segera keluar, walau jujur saja sebenarnya ia masih ingin berada di situ. Ia mendengar suara langkah kaki di kejauhan. Christian cepat-cepat menyelinap keluar lewat jendela di sudut ruangan. Untunglah ia berhasil lolos. Ia cepat-cepat kembali ke titik pertemuannya dengan Javier dan kedua temannya tadi.

“Aku menemukan beberapa tanda kehidupan di wilayah selatan, kurasa kita bisa berburu disana,” kata Vincent. Peter dan Javier juga memberikan laporan, tapi tak ada satupun yang masuk ke otak Christian. Dia masih memikirkan gadis yang terjebak di es tadi.

“Kak!!” tegur Javier, membuat Christian tersentak kaget.

“Ah, maaf, apa tadi?” tanya Christian. Javier tampak kesal.

“Kau melamun dari tadi, apa yang kau temukan?” tanya Vincent.

“Aku tidak menemukan apa-apa…..” gumam Christian. Ia memutuskan untuk menyembunyikan yang ia temukan itu.

“Baiklah, kita bisa mulai berburu besok,” kata Javier. Setelah merencanakan perburuan besok, mereka pun kembali ke desa.

Sekembalinya mereka di desa. Christian tidak bisa tenang. Ia berusaha menenangkan dirinya dan melupakan apa yang ia lihat tadi. Tapi tidak bisa, ia terus teringat dengan gadis itu. Akhirnya ia memutuskan untuk ke kastil itu lagi esok hari.

£££££

Lihat selengkapnya