The Throne is Mine

mikaji Al daufan
Chapter #7

#7

Malam harinya, Alice, Aron dan Aria berjalan-jalan di sekitar desa. Tentu saja mereka memakai penyamaran, agar tak terlalu mencolok. Walau dari segi fisik, mereka terlihat seperti para vampire muda lainnya, tapi tetap saja sebenarnya usia mereka sudah cukup tua, tapi seratus tahun hidup di tempat yang tepencil tentu saja membuat rasa ingin tahumu jadi besar kan?! Terutama Alice. Aron dan Aria tahu sedikit mengenai perkembangan jaman sehingga mereka bisa menjelaskan sedikit ke Alice.

“Lalu bagaimana dengan dunia manusia?”Tanya Alice setelah Aria selesai menjelaskan cara kerja mesin jahit saat mereka melewati penjahit pakaian. Saat ini mereka tengah duduk-duduk di taman. Taman itu cukup ramai dengan banyak vampire-vampire muda. Ada yang bersama teman-temannya, ada juga yang bersama pasangannya. Keuntungan lebih bagi mereka bertiga karena mereka tidak akan terlihat mencolok, walau sebenarnya aura mereka berbeda, setidaknya vampire-vampire lain tak akan terlalu memperhatikan, mereka terlihat seperti vampire muda pada umumnya yang tengah berkumpul dengan teman-temannya.

“Dunia manusia sangat menarik, terakhir anda kesana sudah lebih dari seratus tahun yang lalu. Aku yakin anda akan senang jika kita kesana”kata Aron semangat.

“Jangan aneh-aneh Aron, untuk sementara kita belum bisa kesana”kata Aria.

“Eh?! Memangnya kenapa?”Tanya Alice penasaran. Aria menjelaskan mengenai penjagaan yang diperketat tak lama setelah Austin sadar. Bahkan dengan jalur khusus vampire bangsawan, mereka pun masih belum bisa sembarangan ke dunia manusia. Alice terdiam, ekspresinya sedikit menggelap. Setiap nama Austin disebut, ekspresinya memang selalu menggelap. Ia sadar posisinya dan ia juga sadar kalau harus merebut kembali takhta. Tapi satu sisi ia juga ingat kalau Austin adalah saudaranya, walau ia membantai keluarga mereka. Hanya mereka Montgomery yang tersisa, dan malah berakhir dengan saling bunuh seperti ini hanya karena takhta. Jujur saja, Alice sebenarnya tak tertarik memimpin. Tapi justru disitulah poin plusnya, salah satu alasan kenapa raja sebelumnya memilih Alice yang merupakan keponakannya dan bukan putranya sendiri adalah karena Alice tak menginginkan takhta. Hanya mereka yang tidak menginginkan takhta yang bisa menjadi penerus berikutnya. Itu adalah aturan khusus yang hanya diketahui pihak Raja sendiri dan juga para pemimpin sebelumnya.

Hal itu dikarenakan jika mereka yang menginginkan takhta yang menjadi pemimpin, maka besar kemungkinan mereka akan menjadi pemimpin yang semena-mena. Sedangkan pemimpin seharusnya memperhatikan mereka yang ia pimpin. Itulah salah satu alasan kenapa raja sebelumnya memilih Alice. Tentu saja dengan pertimbangan kemampuan tempur gadis itu juga mengingat seorang pemimpin harus melindungi mereka yang dipimpinnya, maka ia tak boleh lemah bukan?!

“Ayo kembali” kata Alice, ia beranjak pergi duluan. Aria dan Aron yang menyadari perubahan suasana hati gadis itu hanya mengangguk dan mengikuti Alice. Tidak ada yang berbicara sepanjang jalan mereka kembali ke rumah Christian. Kakek Arthur sempat heran melihatnya, tetapi beliau langsung paham melihat ekspresi Alice. Gadis itu menuju halaman belakang dan duduk disana, memandangi langit. Ia menghela nafas panjang, bagaimana pun ia harus membunuh Austin. Sebenarnya ia berusaha memikirkan cara lain agar tak harus membunuh Austin. Tapi Austin sudah membantai keluarga mereka. Hukuman mati adalah yang paling tepat buatnya.

Christian yang melihat Alice murung sejak kembali dari jalan-jalannya dengan si kembar pun mengikuti gadis itu ke belakang. Selama beberapa saat ia bingung apakah ikut duduk disana atau melihat dari jauh saja. Akhirnya ia mencoba memberanikan diri untuk duduk di sebelah Alice. Alice yang menyadari kehadiran Christian pun beringsut mendekat. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Christian. Tak ada yang bersuara, hanya suara angin dan jangkrik yang terdengar.

“Apa yang terjadi?”Tanya Christian hati-hati. Alice hanya menggeleng dan beringsut naik ke pangkuan Christian dan membenamkan wajahnya di leher Christian, memeluknya erat-erat. Christian merengkuh Alice dan membalas pelukan gadis itu. Ia membelai rambut Alice dengan lembut.

“Maaf…. Aku tidak bisa cerita…. Setidaknya untuk saat ini....”kata Alice pelan. Christian mengeratkan pelukannya. Ia tidak tega melihat Alice bersedih, tapi ia juga sadar diri kalau dirinya hanyalah orang luar. Ia tidak tahu konflik macam apa yang terjadi lebih dari 100 tahun yang lalu. Lagi pula Alice yang merupakan keluarga Raja sudah jelas levelnya berbeda jauh dnegannya yang hanya vampire rendahan.

"Chris...."

"Hmmm?"

"Keluargaku yang tersisa hanyalah Aria, Aron dan kakek Arthur..... Bolehkah aku menganggapmu sebagai bagian dari keluargaku juga?"tanya Alice pelan. Ia mendongak menatap Christian. Sorot matanya begitu sedih sampai Christian tanpa sadar membelai wajah Alice lembut.

"Tentu saja" Alice kembali bersandar di pelukan Christian.

"Aku ingin melindungimu tapi bisakah aku melindungimu?"batin Christian sedih.

#######

Lihat selengkapnya