Sudah 2 minggu Alice dan ketiga Llyods menetap di rumah keluarga Fauver. Alice sepertinya cukup menikmati waktunya di sana terutama karena ia bisa mempelajari banyak hal baru. Mengingat ia tertidur selama bertahun-tahun tentu saja banyak hal baru yang perlu ia pelajari. Si kembar Llyods pun sebenarnya juga merasa belajar banyak selama disana, karena selama ini mereka hidup bersembunyi, mereka jadi sangat membatasi interaksi dengan dunia luar. Berbeda hal-nya dengan kakek Arthur, beliau sebenarnya cukup khawatir jika posisi mereka diketahui oleh anak buah Austin. Walau sudah berusaha membaur dan menyembunyikan aura serta kekuatan mereka, tetap saja akan terasa perbedaanya jika dibandingkan vampir biasa. Dan tentu saja yang paling mencolok adalah Alice, karena itu ia hanya bisa berjalan-jalan ke desa sebentar saja. Jika lebih lama ditakutkan malah akan menimbulkan kecurigaan karena auranya berbeda. Kakek Arthur sudah membicarakan mengenai kekhawatirannya pada Alice, kekhawatiran beliau memang cukup beralasan. Alice pun sadar bahwa ia tak bisa terlalu lama di desa itu. Bagaimana jika ia tak sengaja meninggalkan jejaknya di sana dan ketahuan oleh anak buah Austin lalu desa ini malah dihancurkan?
Setelah berunding dengan ketiga Llyods, Alice memutuskan untuk segera kembali ke kastil mereka. Ia perlu latihan, memang benar sebenarnya kondisinya belum pulih sepenuhnya dan jika ia memaksa diri untuk berlatih bisa-bisa ia malah kehilangan kendali atas kekuatannya sendiri dan malah melukai dirinya sendiri. Tapi ia juga tak mungkin bersantai terus dan mengabaikan tanggung jawabnya. Bagaimanapun takhta itu diturunkan padanya, ia harus merebutnya kembali.
"Al?" Alice menunduk, ia tengah duduk di salah satu dahan pohon di pinggir hutan dekat kebun keluarga Fauver. Christian membawa sebuah apel, ia memberi isyarat pada Alice agar turun. Alice melompat turun dan Christian memberikan apel itu.
"Aku tahu kau tidak perlu mengkonsumsi makanan seperti kami, tapi sesekali mencoba tidak masalah, kan? Cobalah apel ini, rasanya manis dan daging buahnya lembut dan renyah." Alice memandangi apel di tangannya, memang benar ia tak perlu memakan buah atau pun makanan lain seperti vampir-vampir biasa, tapi ini pemberian Christian, mana mungkin ia menolak?! Pelan-pelan ia coba menggigit apel itu.
"Enak...." Alice lanjut memakan apel itu lagi, rasa manis dan renyah serta sensasi segar memenuhi mulutnya. Sepertinya ia akan coba untuk makan apel lagi lain kali. Christian tersenyum kecil melihatnya.
"Kalau kau suka, masih ada banyak di sana," kata Christian sambil menunjuk pohon apel tak jauh dari mereka.
"Aku akan pergi dengan Javier untuk menjual hasil kebun kami, sampai nanti ya,"kata Christian sambil membelai rambut Alice. Alice termenung sejenak dan tiba-tiba malah menubruk dan memeluk Christian erat.
"E... Eh... Al?? Ada apa?" Alice menggeleng, dan hanya mengeratkan pelukannya. Selama beberapa saat ia hanya diam, tapi saat melepaskan pelukannya tatapannya terlihat sedih.
"Sampai jumpa lagi, hati-hati di jalan," kata Alice, walau dia tersenyum tapi Christian merasa ada sesuatu yang disembunyikan Alice. Atau mungkin hanya perasaannya saja? Tapi ia memutuskan untuk tak terlalu memikirkannya dan pamit berangkat.
"Maaf Chris..." Kata Alice pelan memandang punggung Christian yang semakin menjauh.
####
Alice dan Aria kembali ke kastil mereka. Bukan hanya mereka berdua yang ada disitu tetapi juga kakek Arthur dan juga Aron.
“Sepertinya kita tidak punya pilihan lain. Aku tahu anda merasa keberatan, Lady. Tetapi kita tidak punya pilihan lain….” kata kakek Arthur. Alice hanya diam, ia menghela nafas panjang. Ia sadar akan posisinya, ia tak boleh egois. Walau tak ingin berpisah dengan Christian toh seharusnya ini hanya sementara, jika ingin melindungi Christian dan semua yang berharga untuknya maka ia harus jadi lebih kuat lagi.
“Baiklah, apa boleh buat."
“Mohon maafkan kelancanganku, Lady.” kata kakek Arthur. Alice hanya mengangguk dan beranjak kembali ke kamarnya, meninggalkan ketiga Llyods di ruangan itu.
“Kakek, apa benar tidak apa-apa?” tanya Aron.
“Ini pasti berat untuk Lady Alicia, tapi kita tidak punya pilihan lain. Ini satu-satunya cara…” kata kakek Arthur.
“Tapi Lady terlihat tidak setuju….” gumam Aria.
“Walau sebenarnya beliau tidak mau, tetapi beliau tetap menerima keputusan ini karena beliau menyadari posisinya…. Aku tahu ini juga berat untuknya karena usianya masih sangat muda….” kata kakek Arthur sedih. Yaaaah, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Bagaimanapun Alice adalah pewaris yang seharusnya. Mau tak mau ia tetap harus merebut kembali takhta dan itu jelas bukan hal mudah. Ia perlu meningkatkan kemampuannya lagi dan lagi. Dan hal itu jelas tak bisa dilakukan jika ia tetap tinggal di desa bersama Christian. Walau ia sebenarnya tidak mau berpisah dengan Christian, ia tetap harus melakukannya karena tanggung jawabnya sebagai pewaris sah.