THE TIGER'S BRIDE

Philein Sophia
Chapter #2

THE NIGHT

2.  The NIGHT

Malam semakin larut, suasana menghangat sekaligus menyejukan seketika setelah sosok cantik jelita memasuki ruang dansa kastil Takashi. Denting waktu seolah terhenti saat dua mata tajam bertemu sapa dengan mata bening indah. Angin sejuk berhembus dari jendela balkon ruang dansa, seolah menyambut kehadiran sosok jelita yang kini menjadi pusat atensi dari para bangsawan yang hadir di pesta tuan Takashi. Mungkin ini yang dinamakan bahwa kecantikan bisa mengambil seluruh perhatian. Tapi ada sesuatu yang lain dalam dirinya, sesuatu yang tak biasa, sesuatu yang bukan hanya menarik kekaguman tapi juga aura kuat percampuran sosok misterius serta sosok suci yang patut di segani. Jika di bandingkan dengan putri kerajaan yang kini bisa di sebut tak jauh usia mereka, auranya lebih pantas di miliki oleh sang Princess. Para bangsawan tak sabar saling berebut ingin menyapa dan berbincang dengan sang jelita. Meski mereka harus sedikit kesal karena si madam angkuh itu berlagak pemilih tapi, tak mengurangi ketertarikan mereka pada pesona sang Princess.

Banyak mata para buaya yang terbalut kemeja rajut bangsawan, mereka meneteskan liur betapa moleknya diri Naresha yang di gadang-gadang sebagai princess meski bukan dari kalangan bangsawan kelas atas. Sosok yang seolah tak punya cela ini semakin memukau dengan tindak tanduknya yang sempurna, banyak mata yang ingin memenjarakan kecantikan itu sendiri. Mereka tak sadar saja bahwa dominan yang sesungguhnya sedang melancarkan ancamannya pada setiap pasang mata yang tak sengaja bertemu dengannya,Tiger. Tiger mengintimidasi tatapan para pria mesum yang kedapatan menatap Naresha dengan kurang ajar, meski mereka sesama dari kelas atas. Tapi mereka tak memungkiri bahwa Tiger adalah bukan lawan yang setimpal untuk di jadikan musuh. Beberapa pria perlahan mundur, meski dengan jarak yang tak terlalu jauh.

Sang Princess terus berjalan bersama madam Pavetta, ia terlihat terus menyapa beberapa tamu yang hadir yang ia lewati sebelum ia menyapa sang tuan rumah, pasangan Takashi dan Yura. Takashi terlihat sangat senang menyambut dua sosok, tidak lebih tepat nya satu orang yang sedang menjadi buah bibir di kalangan para bangsawan. Yura sendiri sangat antusias melihat si cantik, dengan menggamit tangannya Yura terus mengajak berbincang, yang hanya di tanggapi senyum manis dan balasan seperlunya. Sungguh dia sangat tahu cara merebut hati orang.

Tiger tersenyum, sosok baru yang ia lihat saat ini adalah sosok sama yang ia lihat di tengah hutan. Sayang waktu itu dia pergi, jika tidak sosok dewi ini telah menjadi miliknya dan sudah ia bawa ke kastil besarnya. Hanya tentang waktu, sosok gagah itu yakin bahwa dengan segera ia akan memilllikinya. Bukan hal tabu bahwa banyak wanita dengan kecantikan yang berbeda mencoba mencuri si gagah ini, sayang tak sedikit pun hatinya terketuk. Ia pernah bersumpah dulu bahwa cinta dan wanita hanya akan membuatnya lemah dan menghancurkan hidupnya perlahan. Tapi kali ini ia tak memungkiri, bahwa ia cukup tertarik dengan sosok indah di depannya, ya meski ia sendiri tak sepenuhnya percaya. Bahwa sosok indah ini bisa jadi sama saja dengan para jalang di luar yang hanya bermodal tebar pesona untuk mendapatkan kekayaan dan gelar bangsawan untuk keserakahan. Ia tak mau gegabah.

“kau lihat, dia sangat sempurna ...” tegur sang kasanova menyenggol bahu Tiger. Sambal menatap kagum.

“ya dia cukup cantik..” jawab sang Tiger datar

“apa kau gila, dia lebih indah dari Freya, bahkan dia lebih memukau dari Dali..” ungkapnya tak terima.

“ya memang, tapi kita tak tahu apakah dia sama dengan mereka atau memiliki perbedaan yang cukup untuk menarik ku..” jawabnya santai.

“kau memang tak asik bung, kau lihat nanti dia akan takluk di bawahku...” ucapnya percaya diri.

“ya cobalah, semoga berhasil. Jika ia, berarti dia tak berbeda dengan wanita gila lainnya....” dengan smirik Tiger menantang.

“dasar kau!...” Aashis berjalan mengacuhkan ejekan sang sahabat. Ia berjalan menuju Naresah yang masih berbincanng dengan Takashi.

“selamat malam ...” ucapnya sensual menyapa tokoh utama di sana.

Lihat, Naresha bahkan hanya bersikap biasa saja dengan pandangan datar. Tak terpengaruh sedikit pun dengan ketampanan sang kasanova. Tiger bersmirik ria.

“Tuan Aashis... senang kau bergabung.” Sapa Takashi.

“tak baik rasanya, jika aku tak menyapa sang Princess...” senyumya

“senang berkenalan dengan anda tuan Aashis... aku Naresha” ucapnya lembut. Merendahkan badannya sedikit.

“Namamu cantik, kau bahkan lebih mempesona dari berita di luar sana....” rayunya tak mau membuang kesempatan.

Jika kalian pikir Naresha tergoda dengan rayuan sang kasanova, jawabnya, Tidak! Dia bahkan memberikan respon tak jauh berbeda pada orang lain di sana. Di perapian, senyum geli menguar dari sang tiger. Tebakannya tak salah bahwa sahabatnya itu tertolak secara halus, bahkan sebelum memulai aksinya. Menarik.

 “anda terlalu berlebihan tuan, aku tak sebaik itu. Lagi pula jika melihat siapa yang lebih mempesona, semua orang pasti tau kau segalanya...” jawab Naresha dengan senyumnya yang memabukan.

Ah Aashis serasa terbang, bahkan pujian seperti ini bukan hanya sering ia dengar tapi sudah menjadi makanan sehari hari,, tapi sekarang berbeda.

“sepertinya kau sangat tau cara mencuri hati ku Princess... jadi, akhir pekan ini aku mengadakan pesta teh di kediamanku. Aku harap kau berkenan untuk datang..” godanya

“maafkan aku, tapi princess akan mengahadiri pesta tuan Bama akhir pekan nanti...” madam Pavetta menolak dengan angkuh. Memotong pembicaraan.

“ah begitu, tak masalah pesta ku bisa di sesuaikan dengan waku sang princess...” Aashis tak mau kalah

“jika kau beruntung mendapatkan waktu kosong dengan princess, tentu dia akan datang.” Jawabnya madam tua itu, dia seolah mengolok.

“terima kasih atas undangan mu Tuan Aashis, aku tersanjung bisa menghadiri pesta teh mu. Aku akan datang tentu jika waktu kita luang, akan lebih nyaman rasanya untuk berbincang lebih banyak.” Jawabnya halus. Ia menyadari bahwa dua sosok dihadapannya itu keras kepala tentu Naresha sangat peka bahwa itu ajakan kencan dari seorang pria lajang yang cukup berkuasa didepannya. 

“ah kau sangat bijak princess....” sindir sang Aashis pada madam tua di hadapannya. Pevita cukup geram.

“hahaha...”tawa Takashi membuyarkan. “Sepertinya malam akan semakin meriah” ucapnya

“ya tentu, jika tanpa ada nyamuk yang mengganggu....” sindir madam Pavetta..

Aashis cukup kesal ia dia sebut nyamuk oleh seorang bibi tua ini, tapi ia tahan karena di depan ada Naresha yang sedang memandangnya. Tak mau reputasinya menjadi jelek seketika.

“baiklah nona, aku harap kau bisa memenuhi undanganku nanti. Kalau begitu aku permisi...” ucapnya, ia berbalik kembali menuju teman gagah nya yang masih tak bergeming sedikitpun dari perapian.

“sepertinya rayuanmu kini mulai tak mempan...” ejek Tiger

“sepertinya, atau memang dia saja sedang mencoba jual mahal...” kesal

“bagus lah, sedikit menarik kurasa karena dia tak tergoda oleh rayuan bodohmu..”

“kau ini. Coba saja sendiri, aku tak yakin kau bisa memikatnya. Meski pesona mu kuat, tapi kau lebih menyeramkan..” ejeknya

“hahaha... bagus. Karena aku memang tak suka menggoda seperti mu...” ucapnya ringan.

“just show it bung... kau hanya mengejekku..”

Tanpa menjawab, Tiger meletakan gelas madunya. Ia kemudian berjalan menuju orang yang menjadi pusat perhatian, Naresha.

“selamat malam...’ sapanya tegas. Naresha sedikit memandang pria itu.

“oh Tuan Xander ... senang kau bergabung..” senyum Takashi cerah. Menyadari bahwa lelaki paling disegani, bergabung dengan obrolan. Tentu ia paham bahwa sosok gagah yang masih muda ini, lebih tertarik dengan sosok muda cantik di depannya.

“Perkenalkan Princess,, ini Tuan Xander. Dia adalah panglima pasukan khusus kerajaan.” Ucapnya bangga memeperkenalkan.

“suatu kehormatan bisa bertemu dengan mu Tuan Xander, aku Naresha.. aku sudah mendengar cerita heroikmu dalam perang.” Jawabnya lembut tapi tegas.

“terima kasih atas pujianmu, tapi kau berlebihan, itu hanya kebetulan...” sanggahnya “ senang bertemu dengan mu juga nona Naresha” jawabnya sambil terus menatap Naresha. Kini mereka berdiri berhadapan. Jika lebih dekat lagi, tinggi Naresha hanya kurang dari bahu Tiger, sangat mungil pikirnya. Wajah itu mulus tanpa cela, dan mata bening itu sungguh membuatnya sedikit terkunci.

“.........” Naresha hanya tersenyum. Xander sedikit tertegun.

“kastilku tak jauh dari kastilmu, akan senang jika kau mau berbicang dengan ku nanti..” katanya memancing.

Lihat selengkapnya