Sebuah chat pesan WA masuk. Hari itu sudah agak siang. Anak-anak masih di sekolah masing-masing. Mba Sus sedang setrika di belakang. Gue membacanya dengan enggan. Entah kenapa sekarang membuka dan membalas WA bukan hal yang menarik lagi.
“Bunda Nadia, apa kabar?” tulis chat WA itu yang tidak gue kenal. “Saya Bundanya Mara.”
“Oh iya, ada apa ya? Panggil saya Lula aja, Bun…” kata gue, mencoba akrab.
Sudah seminggu gue tidak membaca grup WA ibu-ibu kelas Nadia. Malas. Berisik, itu menurut gue. Mara, adalah salah satu anak perempuan di kelas Nadia. Gue tahu anaknya, Bundanya gue juga tahu. Cuma dia jarang terekspos karena dia hanya ikut grup tanpa pernah komen sama sekali kecuali diperlukan. Tipikal ibu-ibu pekerja yang hanya baca grup ketika benar-benar penting.
Iya, bundanya Mara adalah seorang pembawa berita di tv. Lo bayangin aja jam kerjanya random. Jadi gue rasa jika dia nggak kerja, waktunya pure buat anak. Nggak akan sempat cuma untuk cek WA tidak penting ibu-ibu kelasnya yang memang isinya terkadang memuakkan. Penuh pamer sana-sini.
“Lula, oke. Gue Narita. Kita ngobrol santai aja ya, boleh telepon nggak?” balas Narita lagi.
Gue pun menyetujui. Setelahnya, WA call Narita masuk. Gue pun mengangkatnya sambil memakai earphone dan beranjak ke kamar.
“Hai. Maaf ya ganggu.” kata Narita kemudian, menyapa gue dengan ramah.
Suaranya terdengar tulus. Memang beda sih, mau apa juga dia cuma carmuk ke gue kaya yang lain.
“Hai juga. Ada apa ya, Ta? Tumben nelepon.”
“Hmmm lo dateng nggak ke acaranya Mamanya Kinar? Nadia dan Kinar deketan kan ya?”
Acara apaan? Batin gue. Gue terdiam sesaat.
“Lo nggak baca WA grup?” tanya dia lagi.
“Hehe, iya.”
“Pantesan. Lo dichat di grup juga ga respon. Lagi sibuk ya, Lul?”
“Iya, kebetulan lagi ada tamu di rumah. “
Tentu aja gue bohong. Bener kan tapi, lagi ada tamu di rumah gue udah semingguan lebih. Tamu itu adalah masalah.
“Ohhhh… jadi gimana? Dateng nggak? Mamanya Kinar mau ngadain lunch bareng gitu. Sekalian ngajakin gabung arisan.”
“Anggotanya?” tanya gue
“Ya ibu-ibu yang di grup aja. Biar seru, biar ada faedahnya grup itu. Bukan cuma sharing masalah sekolah aja, Lul. Gimana? Join yuk. Mamanya Kinar nyuruh gue buat ngasih tahu lo. Secara anak kalian kan deket. Nanti dia akan WA lu belakangan.”
“Males, ah gue, Ta. Gue masih banyak tamu.”