THE TOXIC ASSET

IGN Indra
Chapter #5

BAB 04

Saat aku berjalan kembali ke kantorku dari ruang rapat, lorong yang biasanya terasa seperti wilayah kekuasaanku kini terasa seperti arena gladiator setelah pertarungan usai. Aku bisa merasakan tatapan mata dari balik bilik-bilik kaca. Aku bisa mendengar bisikan yang tiba-tiba berhenti saat aku lewat. Mereka tidak perlu mengatakannya dengan lantang. Aku tahu apa yang mereka pikirkan: Aletta sudah gila.

Memberikan proyek paling bergengsi di perusahaan kepada seorang anak magang yang baru kemarin sore belajar cara menggunakan mesin fotokopi? Itu tak hanya sekadar keputusan bisnis yang berisiko. Itu lebih dari tindakan kegilaan. Undangan terbuka untuk kekacauan. Dan itulah tepatnya yang kuinginkan. Kekacauan yang bisa kuamati. Kekacauan yang bisa kukendalikan. Setidaknya, itulah yang terus kukatakan pada diriku sendiri.

Pintu kantorku belum sepenuhnya tertutup saat Daniel Choi masuk tanpa mengetuk, wajahnya menunjukkan campuran antara kekhawatiran seorang teman dan kepanikan seorang pemegang saham.

"Aletta, demi Tuhan, apa yang baru saja kau lakukan?" tanyanya, suaranya pelan tapi mendesak.

"Aku membuat keputusan eksekutif," jawabku dingin, berjalan menuju jendela dan menatap kota di bawah, seolah aku tidak punya urusan lain di dunia.

"Ini bukan keputusan eksekutif, ini bunuh diri!" desisnya. "Kau baru saja memberikan anak itu sebilah pedang, menunjuk ke arah jantung perusahaan, dan berkata, 'Silakan, coba tusuk'."

Aku berbalik menatapnya. "Dan aku akan berdiri tepat di belakangnya, memegang gagang pedang itu bersamanya. Jangan khawatir, Dan. Aku tahu apa yang kulakukan."

"Benarkah? Karena dari tempatku duduk, sepertinya kau baru saja kehilangan akal sehatmu. Bramanta sekarang punya amunisi untuk membawamu ke dewan direksi dan menuduhmu tidak kompeten. Kau sadar itu, kan?"

"Bramanta bisa mencoba," kataku, nada suaraku setajam es. "Tapi sementara dia sibuk mengeluh, aku akan fokus pada satu hal: hasil. Anak itu, Reno, dia punya sesuatu. Aku tidak tahu apakah itu kejeniusan atau kegilaan, tapi aku bermaksud untuk memanfaatkannya. Cara terbaik untuk menguji seekor kuda pacu adalah dengan membiarkannya berlari di lintasan. Aku memberinya lintasan. Jika dia tersandung, aku yang pertama akan menembaknya."

Daniel menatapku lama, mencari celah dalam argumenku, mencari jejak Aletta yang dulu ia kenal. "Ini bukan hanya tentang bisnis, kan?" tanyanya pelan. "Ini personal."

Aku memalingkan wajahku kembali ke jendela. "Semua bisnis itu personal, Dan."

Lihat selengkapnya