THE TOXIC ASSET

IGN Indra
Chapter #14

BAB 13

Selama seminggu berikutnya, sebuah rutinitas yang aneh dan menyesakkan terbentuk di antara aku dan Reno. Di depan umum, di dalam ruang kaca "Tiger Team" kami, aku adalah mentornya. Aku memuji ide-idenya yang brilian di depan tim, aku mendorongnya untuk berpikir lebih liar, dan aku memberinya tanggung jawab yang semakin besar. Aku melindunginya dari sinisme Bramanta dan memberinya panggung untuk bersinar. Tim kami, yang tidak menyadari drama di baliknya, berkembang pesat dalam atmosfer kreatif yang baru ini. Mereka menganggapku sebagai seorang pemimpin visioner yang berani bertaruh pada talenta muda. Mereka menganggap Reno sebagai seorang jenius.

Dan di dalam sesi satu-lawan-satu kami, sandiwara itu menjadi lebih intim. Aku dengan hati-hati memainkan peranku sebagai Ratu yang kesepian yang akhirnya menemukan seseorang yang "memahaminya". Aku mendengarkan "cerita"-nya, menawarkan simpati palsu atas tragedi ayahnya, dan menciptakan ilusi kedekatan.

"Kau tahu," kataku suatu sore, "terkadang aku iri dengan kejujuranmu. Di posisiku, setiap kata harus diperhitungkan. Kau masih punya kemewahan untuk menjadi idealis."

"Idealisme adalah aset termurah, Bu," jawabnya, memainkan perannya dengan sama baiknya. "Mudah dimiliki saat kau tidak punya apa-apa untuk dipertaruhkan."

Kami seperti dua mata-mata dari negara yang bermusuhan, bertemu di kafe netral di Jenewa, saling bertukar informasi yang telah disaring sambil masing-masing mencoba meracuni kopi yang lain. Setiap percakapan adalah tarian di atas ladang ranjau. Aku terus mencari celah, sebuah slip lidah, sebuah inkonsistensi dalam ceritanya. Dan dia, aku tahu, sedang melakukan hal yang sama padaku, menyerap setiap informasi yang kuberikan untuk digunakan dalam perangnya. Itu melelahkan. Itu menegangkan. Dan sebagian kecil dari diriku yang paling gelap, harus kuakui, menikmatinya.

Sementara sandiwara ini berlangsung di panggung utama, perburuan sesungguhnya terjadi di balik layar, di dalam keheningan email-email terenkripsi antara aku dan penyelidik swastaku. Aku tidak pernah bertemu dengannya secara langsung. Dia adalah nama tanpa wajah, entitas digital yang efisien dan mahal. Aku memberinya satu tugas: identifikasi pria dari CCTV itu.

Laporan pertamanya datang pada hari Selasa, seminggu setelah pertemuanku dengan Reno di galeri. Email itu tiba tanpa subjek, hanya berisi satu lampiran yang dilindungi kata sandi. Aku membukanya di laptop pribadiku, memastikan tidak ada orang di sekitarku.

Lihat selengkapnya