THE TOXIC ASSET

IGN Indra
Chapter #16

BAB 15

Ada kejelasan yang mengerikan saat kau akhirnya mengerti bagaimana musuhmu berencana untuk membunuhmu. Kepanikan yang buta dan tidak berbentuk menguap, digantikan oleh teror yang spesifik dan berwujud. Aku tidak lagi takut pada bayangan di sudut ruangan. Aku takut pada cermin. Aku takut pada masa laluku sendiri.

Jika pemimpin perusahaan itu sendiri adalah fondasi utama dari citra tersebut.

Kata-kata Reno menggema di kepalaku dalam perjalanan pulang. Itu bukan hipotesis. Itu adalah pernyataan misi. Rencana mereka bukan untuk menyabotase kampanye; itu hanya panggungnya. Rencana mereka adalah untuk menyabotase aku.

Malam itu, apartemenku tidak lagi terasa seperti benteng. Lebih menyerupai sel penjara dengan dinding kaca, dan seluruh dunia sedang mengintip ke dalam. Aku berjalan mondar-mandir di atas lantai marmer yang dingin, kegelisahanku begitu besar hingga rasanya aku bisa membuat lubang di dalamnya. Aku merasa telanjang, setiap bekas luka di masa laluku terasa gatal, seolah akan segera dibuka paksa.

Aku berhenti. Aku harus berhenti panik. Panik adalah emosi. Dan emosi, seperti yang selalu kuingatkan pada diriku sendiri, adalah liabilitas. Aku harus melakukan apa yang selalu kulakukan saat menghadapi krisis: aku harus membuat daftar. Aku harus melakukan inventarisasi.

Aku duduk di mejaku, bukan dengan laptop perusahaan, tetapi dengan buku catatan pribadi dan sebatang pena. Di bagian atas halaman, aku menulis judul yang membuatku mual.

Inventarisasi Kerentanan: Aletta Virmana.

Aku mulai menulis, memaksa diriku untuk berpikir seperti mereka. Seperti Adrian. Seperti Reno. Jika aku adalah mereka, di mana aku akan mencari amunisi?

Pertama, yang profesional. Aku membuat daftar kesepakatan-kesepakatan bisnis yang kumenangkan dengan cara yang... agresif. Perusahaan-perusahaan kecil yang kutekan hingga bangkrut, seperti Cipta Wisesa. Para eksekutif yang kusikut dalam perjalananku menuju puncak. Ide-ide yang "kuadopsi" dari junior dan kemudian kuklaim sebagai milikku. Daftar itu cukup panjang. Setiap nama adalah hantu potensial yang bisa mereka bangkitkan.

Kedua, yang finansial. Aku selalu berhati-hati, tapi tidak ada orang yang benar-benar bersih di level ini. Aku memikirkan investasi-investasi pribadi yang mungkin berada di area abu-abu, pemanfaatan celah pajak yang cerdik, mungkin beberapa transaksi properti yang melibatkan orang dalam. Semuanya bisa dibingkai ulang, dipelintir hingga terlihat seperti kejahatan di mata publik yang haus akan darah orang kaya.

Daftar itu semakin panjang, dan setiap kata yang kutulis terasa seperti paku yang menancap di peti matiku sendiri. Tapi aku tahu, semua itu hanyalah pembuka. Itu adalah senjata-senjata sekunder. Aku tahu persis di mana letak bom nuklirnya.

Lihat selengkapnya