THE TOXIC ASSET

IGN Indra
Chapter #17

BAB 16

Ada keheningan yang aneh selama tiga hari setelah penemuanku. Tiga hari di mana aku hidup dalam kewaspadaan tingkat tertinggi, seperti seorang prajurit di parit yang menunggu peluit serangan fajar. Setiap email yang masuk kujawab dengan satu mata tertuju pada kemungkinan adanya ancaman tersembunyi. Setiap rapat satu-lawan-satu dengan Reno kujalani dengan senyum palsu dan pertanyaan-pertanyaan tajam yang disamarkan sebagai bimbingan.

Dia, tentu saja, memainkan perannya dengan sempurna. Dia adalah anak magang yang bersemangat, pemimpin tim yang inspiratif. Proyek Sentosa berkembang dengan kecepatan dan kecemerlangan yang membuat para eksekutif lain terkesan. Dia memberiku laporan harian, meminta pendapatku, dan bersikap seolah aku adalah mentor yang paling ia hormati. Sandiwara kami begitu meyakinkan hingga terkadang aku sendiri hampir lupa bahwa di balik semua ini, kami adalah dua orang yang saling memegang pisau di punggung satu sama lain.

Aku tahu mereka sedang mempersiapkan sesuatu. Laporan dari penyelidik swastaku mengkonfirmasi pergerakan finansial yang ganjil dari beberapa perusahaan cangkang yang terhubung dengan Adrian. Laporan dari Citra menunjukkan pola akses Reno ke data-data lama perusahaan, seolah sedang melakukan riset arkeologi terhadap sejarahku.

Aku tahu bom itu akan meledak. Aku hanya tidak tahu kapan, dan seberapa besar daya ledaknya.

Bom itu meledak pada hari Kamis, pukul 14:32.

Aku sedang berada di tengah-tengah rapat dewan yang membosankan tentang proyeksi kuartal ketiga. Bramanta sedang mengoceh tentang margin keuntungan, dan aku sedang setengah mendengarkan sambil membuat sketsa kunci tua di buku catatanku—sebuah kebiasaan baru yang mengerikan.

Pintu ruang rapat terbuka sedikit. Citra berdiri di sana, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan kecuali jika gedung ini sedang terbakar. Wajahnya pucat pasi, lebih pucat dari kertas. Dia menatapku, matanya menyiratkan urgensi yang membuat seluruh bulu di lenganku berdiri.

Aku segera memotong omelan Bramanta. "Maaf, ada urusan darurat yang membutuhkan perhatian saya. Rapat ini ditunda."

Aku berjalan keluar ruangan, mengabaikan tatapan bingung dan kesal dari anggota dewan lainnya. Di lorong yang sepi, Citra tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menyodorkan tabletnya padaku.

Di layar, terpampang sebuah artikel dari "Metropolis Insider", sebuah portal berita online yang terkenal karena campuran jurnalisme investigasi yang tajam dan gosip kejam. Mereka adalah burung pemakan bangkai di dunia media.

Lihat selengkapnya