THE TOXIC ASSET

IGN Indra
Chapter #18

BAB 17

Untuk sepersekian detik yang terasa abadi, aku dan Reno hanya saling menatap dari seberang lautan bilik dan kepala-kepala yang ingin tahu. Di matanya yang tenang, aku tidak melihat kemenangan. Aku melihat sesuatu yang lebih buruk: objektivitas. Seolah aku adalah hipotesis, dan dia baru saja mendapatkan hasil yang memuaskan dari eksperimennya. Lalu dia berbalik, dan momen itu pecah. Dunia kembali berputar dengan suara yang memekakkan telinga.

Aku bisa merasakan tatapan mata di punggungku saat aku berbalik dan berjalan kembali ke kantorku. Setiap langkah terasa berat, seolah aku sedang berjalan di dasar samudra. Suara bisik-bisik di sekitarku terdengar seperti desis ular. Aku tidak menoleh. Aku tidak mempercepat langkahku. Aku menjaga punggungku tetap lurus, daguku terangkat. Aku adalah Aletta Virmana. Aku tidak lari. Bahkan jika bentengku sedang terbakar di sekelilingku.

Pintu kantorku tertutup di belakangku dengan bunyi klik yang berat. Citra mengikutiku masuk, wajahnya masih pucat. Untuk pertama kalinya, aku melihat ketakutan di matanya—bukan untuk dirinya, tapi untukku.

"Bu..." ia memulai, suaranya goyah.

"Kunci pintunya, Citra," potongku. Suaraku sendiri terdengar asing, datang dari tempat yang jauh dan dingin.

Dia mengunci pintu. Akhirnya, kami terisolasi. Aku bersandar pada pintu itu sejenak, membiarkan kayu yang dingin menopang berat tubuhku yang tiba-tiba terasa seperti timah. Aku memejamkan mata, dan yang kulihat hanyalah judul artikel itu, tercetak di balik kelopak mataku seperti stempel panas. Kehamilan yang 'Dihilangkan'. Mereka telah mengambil bagian paling personal dan menyakitkan dari hidupku dan melemparkannya ke tengah alun-alun untuk dirajam oleh massa.

Telepon di mejaku mulai berdering, disusul oleh dering interkom, lalu getaran dari ponselku sendiri. Serangan datang dari semua lini.

"Apa yang harus saya lakukan, Bu?" tanya Citra, tampak bingung oleh kelumpuhanku yang sesaat.

Aku menarik napas dalam-dalam, mendorong diriku menjauh dari pintu. Naluri mengambil alih. Naluri CEO yang telah melalui puluhan krisis. Bedanya, krisis kali ini adalah diriku sendiri.

"Matikan interkom," perintahku, berjalan ke mejaku. "Alihkan semua panggilan di telepon kantor ke pesan suara. Semuanya. Kecuali jika itu Daniel Choi. Aku mau bicara dengannya."

"Tim legal dan PR sudah mencoba menghubungi berkali-kali..."

"Mereka bisa menunggu," potongku. "Kirim pesan ke kepala tim PR. Suruh dia siapkan draf pernyataan 'tanpa komentar untuk saat ini'. Jangan dirilis. Aku hanya mau itu siap." Aku duduk di kursiku, menatap rentetan notifikasi yang membanjiri layar ponselku. #AlettaTheButcher. #CancelAVCorp. Nama-nama anonim merobek-robek hidupku, 280 karakter setiap kalinya.

Lihat selengkapnya