THE TOXIC ASSET

IGN Indra
Chapter #20

BAB 19

Keluar dari ruang rapat dewan hari itu terasa seperti berjalan melewati pusat badai. Di dalam, ada ketenangan yang aneh dan menegangkan. Tapi aku tahu, di luar sana, angin puting beliung sedang mengamuk. Aku telah melempar sebuah granat ke dalam ruangan yang sudah penuh dengan gas yang mudah terbakar. Aku hanya belum tahu seberapa besar ledakannya.

Reaksi pertama datang dari Bramanta. Dia mencegatku di lorong, wajahnya merah padam karena amarah yang tertahan.

"Kau sudah benar-benar gila, Aletta," desisnya, suaranya rendah agar tidak didengar oleh orang lain. "Mempromosikan anak itu? Sekarang? Kau tidak hanya memberikan amunisi pada musuh-musuhmu, kau memuatnya ke dalam meriam dan mengarahkannya ke kepalamu sendiri!"

Aku menatapnya dengan ketenangan yang membuatku sendiri terkejut. "Terima kasih atas perhatianmu, Bramanta," jawabku dingin. "Tapi aku lebih suka fokus pada hasil daripada rumor. Dan anak itu memberikan hasil. Sesuatu yang mungkin tidak kau pahami."

Aku berjalan melewatinya sebelum dia sempat membalas, meninggalkannya terdiam karena marah.

Reaksi kedua datang dari Daniel. Dia menungguku di dalam kantorku, ekspresinya adalah campuran antara kekaguman dan kengerian.

"Aku tidak tahu harus menyebutmu jenius atau gila," katanya, sambil mengusap wajahnya. "Itu adalah pertunjukan paling berani yang pernah kulihat di ruang rapat itu. Kau membungkam mereka semua."

"Aku melakukan apa yang harus kulakukan," jawabku, sambil menuang dua gelas air.

"Tapi mempromosikannya? Al, itu... itu mengirimkan pesan yang sangat membingungkan."

"Tepat," kataku, memberikan satu gelas padanya. "Itulah tujuannya. Kebingungan. Musuhku mengharapkan aku panik. Mereka mengharapkan aku bersembunyi atau menyerang secara membabi buta. Aku melakukan kebalikannya. Aku merangkul krisis ini. Aku menunjukkan bahwa aku tidak terpengaruh olehnya."

"Tapi bagaimana jika ini menjadi bumerang?" tanya Daniel. "Bagaimana jika publik melihat ini sebagai konfirmasi bahwa ada sesuatu yang tidak pantas antara kau dan dia?"

"Biarkan saja," jawabku. "Narasi mereka adalah tentang skandal pribadi. Narasi baruku adalah tentang kinerja yang luar biasa. Aku akan melawan gosip mereka dengan keuntungan perusahaan. Kita lihat saja mana yang lebih disukai oleh para pemegang saham pada akhirnya."

Daniel menatapku lama, lalu menggelengkan kepalanya perlahan. "Kau sedang bermain api, Aletta."

Lihat selengkapnya