THE TOXIC ASSET

IGN Indra
Chapter #33

BAB 32

Pertanyaan itu menggantung di antara kami, lebih berat daripada kelembapan udara malam ... apa yang akan terjadi padaku, Aletta?

Itu bukan pertanyaan tentang uang atau kebebasan. Itu adalah pertanyaan eksistensial. Dia menelanjangiku, merobek topeng CEO-ku, dan menuntut untuk melihat apa yang ada di baliknya. Dia ingin tahu apakah di inti diriku, aku adalah seorang partner yang bisa dipercaya atau seorang predator yang pada akhirnya akan memangsa sekutunya sendiri.

Pikiranku berpacu, mencari jawaban yang tepat. Jawaban yang "benar" adalah kebohongan yang menenangkan. Sesuatu seperti, "Tentu saja kau akan aman, Reno. Aku akan melindungimu." Itu adalah jawaban yang akan diucapkan oleh politisi, oleh para pembohong profesional. Itu adalah jawaban yang akan langsung ia ketahui sebagai kepalsuan.

Dia tidak sedang menguji kebaikanku. Dia sedang menguji kecerdasanku. Dia ingin tahu apakah aku cukup pintar untuk tahu bahwa kebohongan tidak akan berhasil padanya.

Aku menatap matanya yang gelap, yang tampak menampung semua bayangan di taman ini. Dan aku memutuskan untuk melakukan satu-satunya hal yang tidak ia duga. Aku memutuskan untuk memberinya kebenaran yang paling brutal dan tanpa polesan.

"Aku tidak tahu," jawabku.

Suaraku terdengar jelas dan mantap di tengah suara gemericik air mancur. Ekspresinya tidak berubah, tapi aku bisa merasakan intensitas tatapannya meningkat. Dia sedang mendengarkan.

"Aku tidak akan berdiri di sini dan berbohong padamu, Reno," lanjutku. "Aku tidak akan menjanjikan padamu bahwa kita akan menjadi teman setelah semua ini selesai. Aku tidak akan menjanjikan sebuah akhir yang bahagia. Itu bukan dunia tempat kita tinggal."

Aku mencondongkan tubuhku sedikit, menurunkan suaraku. "Di duniaku, sekutu hari ini bisa menjadi ancaman besok. Loyalitas adalah komoditas yang diperdagangkan, bukan sumpah. Itulah kenyataannya."

Aku berhenti sejenak, membiarkan kejujuran yang dingin itu meresap. "Tapi aku akan menjanjikanmu satu hal, bukan sebagai teman, tapi sebagai seorang pebisnis. Aku menjanjikanmu kepastian. Selama kau berguna bagiku, selama kau membantuku bertahan dalam perang ini, dan selama kau tidak mengkhianatiku, kau akan aman di bawah perlindunganku. Aku akan membayarmu. Aku akan membersihkan namamu. Kau akan bebas."

Aku menatapnya tajam. "Tapi di hari di mana kau berhenti berguna, atau di hari di mana aku mencium bau pengkhianatan sekecil apa pun... aku akan menghancurkanmu. Aku akan menggunakan semua sumber dayaku untuk memastikan kau lenyap. Itulah satu-satunya kejujuran yang bisa kuberikan padamu. Kelangsungan hidup yang transaksional."

Keheningan yang menyusul terasa berbeda. Bukan lagi keheningan yang tegang, tapi keheningan yang penuh dengan pertimbangan. Dia sedang menimbang tawaranku. Dia sedang menimbang diriku. Aku telah menunjukkan padanya sifat asliku yang paling buas, dan kini aku menunggu putusannya.

Lihat selengkapnya