THE TOXIC ASSET

IGN Indra
Chapter #44

BAB 43

Perjalanan meninggalkan hotel itu terasa sureal. Di belakang kami, sebuah reputasi sedang terbakar hingga menjadi abu. Di depan kami, malam Jakarta yang acuh tak acuh terus berlanjut seolah tidak terjadi apa-apa. Aku dan Reno tidak berbicara di dalam mobil. Tidak perlu. Keheningan di antara kami dipenuhi oleh gema dari kekacauan yang baru saja kami ciptakan.

Kemenangan seharusnya terasa manis. Seharusnya ada adrenalin, kepuasan, rasa lega yang memabukkan. Tapi yang kurasakan hanyalah rasa hampa yang dingin. Aku terus memutar ulang satu momen di kepalaku, seperti film yang rusak. Bukan momen saat wajah Adrian hancur karena malu. Bukan pula momen saat para tamu berhamburan keluar.

Tapi momen saat Sania tersenyum.

Senyum itu. Itu terasa ganjil. Data yang tidak sesuai dengan semua perhitunganku. Itu bukanlah senyum seseorang yang rencananya baru saja digagalkan oleh musuh. Itu adalah senyum seorang pemain catur yang baru saja menyaksikan lawannya menggerakkan bidak persis seperti yang telah ia ramalkan lima langkah sebelumnya.

Kami tiba di suite hotel yang telah menjadi markas perangku. Tempat yang sama di mana kami merencanakan serangan ini. Aku melepas sepatu hak tinggiku, rasa sakit yang tumpul di kakiku terasa nyata dan membumi di tengah kebingunganku. Aku menuang dua gelas wiski, memberikan satu pada Reno.

Dia menerimanya. Kami berdiri di dekat jendela, menatap kota.

"Selamat," katanya pelan. "Kau berhasil."

"Kita berhasil," koreksiku, mataku masih menatapnya. "Pertanyaannya adalah, berhasil melakukan apa?"

Dia menatapku, ekspresinya kembali menjadi kanvas kosong. "Kita mempermalukan Adrian Laksmana di depan seluruh dunianya. Bukankah itu rencananya?"

Lihat selengkapnya