Waktu menyusut dan mengembang secara bersamaan. Empat puluh delapan jam. Di atas kertas, itu hanya dua hari. Di dalam keheningan kantorku yang telah kuubah menjadi pusat komando sekaligus sel isolasi, dua hari terasa seperti seumur hidup.
Aku menyuruh Citra untuk memberitahu semua orang bahwa aku sedang menangani "analisis merger & akuisisi yang sangat sensitif" dan tidak bisa diganggu sama sekali. Itu adalah kebohongan yang cukup meyakinkan di dunia korporat. Kenyataannya, aku tidak melakukan apa-apa selain menatap tiga benda: layar laptopku yang menampilkan rekaman CCTV dari lobi gedung Adrian, layar ponsel rahasiaku yang menunggu pesan, dan pemandangan Kota Jakarta di luar jendelaku, yang terus bergerak maju sementara hidupku terasa berhenti total.
Kopi menjadi bahan bakarku. Tidur menjadi musuhku. Setiap kali aku mencoba memejamkan mata, aku melihat wajah Astuti Dirgantara yang lemah, mengucapkan kata-kata yang menusuk itu. Aku melihat senyum puas Sania di acara lelang. Aku melihat tatapan kosong Reno saat aku menonaktifkannya. Tidak ada istirahat. Hanya ada penantian.
Dunia luar mencoba menerobos masuk. Daniel mengirimiku beberapa pesan singkat: "Al, kau baik-baik saja? Kabari aku." Aku mengabaikannya. Persahabatan kami adalah kemewahan lain yang harus kukorbankan dalam perang ini. Berita-berita bisnis memuji "langkah tegas" dewan direksi dalam menstabilkan perusahaan. Mereka tidak tahu bahwa stabilitas itu hanyalah ilusi, sebuah fasad tipis di atas sebuah gunung berapi yang siap meletus.
Reno sendiri lenyap. Dia tidak mencoba menghubungiku. Dia menghormati "penonaktifan"-nya dengan kepatuhan seorang prajurit. Ketiadaannya terasa lebih mengancam daripada kehadirannya. Dia kini bebas, bergerak di luar radarku, mungkin sedang merencanakan langkah selanjutnya bersama Ratu-nya.
Penyelidikku mengirim beberapa pembaruan, tapi semuanya jalan buntu.
"Kami melacak mobil yang meninggalkan rumah Astuti. Ternyata milik layanan pengiriman bunga."
"Kami memeriksa manifes penerbangan dan daftar penumpang kereta. Tidak ada nama yang cocok dengan deskripsi atau terhubung dengan target."
"Wanita ini adalah hantu, Nona Virmana. Jejaknya sangat bersih."
Setiap pesan kegagalan terasa seperti sebuah pukulan kecil, mengikis keyakinanku. Aku mulai bertanya-tanya apakah aku telah mengirim pasukanku pada sebuah misi bunuh diri. Apakah aku sedang berburu sesuatu yang memang tidak ingin ditemukan?