THE TOXIC ASSET

IGN Indra
Chapter #52

BAB 51

Waktu seolah membeku. Aku menatap Daniel, sahabatku, satu-satunya orang yang kupercaya di tengah badai ini. Dia berdiri di sana, di samping Reno, di dalam sarang musuhku. Dia tidak menatapku. Matanya terpaku pada lantai, ekspresinya adalah campuran rasa malu dan kehancuran. Dia tampak seperti seorang pria yang baru saja dipaksa untuk mengkhianati negaranya sendiri.

"Daniel?" bisikku, suaraku nyaris tidak keluar. Nama itu terasa asing di mulutku, seperti nama orang asing.

Dia tidak menjawab.

"Apa artinya ini?" tanyaku, kini pada Sania, suaraku mulai bergetar karena amarah dan kebingungan. "Apa yang dia lakukan di sini?"

"Tuan Choi ada di sini karena dia, seperti Anda, adalah bagian penting dari persamaan ini," jawab Sania dengan tenang, seolah sedang menjelaskan sebuah teori ekonomi yang rumit.

Aku menatap Reno. "Kau," desisku. "Kau yang membawanya ke sini."

Reno akhirnya mengangkat kepalanya dan menatapku. Tidak ada lagi duka di matanya. Hanya ada ketegasan yang dingin. "Dia datang dengan sukarela," katanya.

"Bohong!" bentakku. "Daniel tidak akan pernah..."

"Tidak akan pernah apa, Aletta?" Suara Daniel akhirnya terdengar, serak dan penuh dengan keputusasaan. "Tidak akan pernah lelah melihatmu menghancurkan dirimu sendiri dan semua orang di sekitarmu? Tidak akan pernah muak menjadi satu-satunya orang yang mencoba menarikmu dari tepi jurang, sementara kau terus menari di atasnya?"

Dia mengangkat kepalanya, dan kini aku melihat matanya yang memerah. "Aku memperingatkanmu, Al. Berkali-kali. Aku memperingatkanmu tentang Reno. Aku memperingatkanmu tentang permainanmu yang berbahaya di dewan. Tapi kau tidak pernah mendengarkan. Kau hanya mendengarkan suaramu sendiri, gema dari ambisimu sendiri."

"Jadi kau mengkhianatiku?" tanyaku, rasa sakit dalam suaraku begitu tajam hingga terasa seperti luka fisik. "Kau lari ke mereka?"

"Aku tidak lari ke mereka," jawabnya. "Mereka yang menemukanku. Setelah rapat dewan itu... setelah aku melihat apa yang kau lakukan pada Bramanta dan yang lain... aku hancur. Aku pergi ke sebuah bar. Dan Tuan Dirgantara ini ada di sana, menungguku."

Aku menatap Reno, pemahaman baru yang mengerikan mulai terbentuk. Dia tidak hanya memanipulasiku. Dia telah memetakan seluruh jaringanku. Dia tahu Daniel adalah titik lemahku, satu-satunya koneksi emosionalku. Dan dia menunggu saat yang tepat untuk menyerangnya.

"Dia tidak mengancamku, Aletta," lanjut Daniel. "Dia hanya... menunjukkan padaku kebenarannya. Dia menunjukkan padaku seluruh rencana Sania. Rencana untuk membersihkan sistem dari orang-orang seperti Adrian. Dia menunjukkan padaku bagaimana kau, dalam usahamu untuk melawan Adrian, justru telah menjadi cerminannya yang sempurna."

"Dan kau mempercayainya?" tanyaku, suaraku penuh dengan rasa jijik.

Lihat selengkapnya