Biasanya masa orientasi sekolah ditutup dengan acara ramah tamah dan mengumpulkan seluruh tanda tangan dari kakak-kakak panitia maupun ketua dari masing-masing ekskul yang ada di sekolah. Iya, kalau di Sma memang begitu, masalahnya adalah Denara masuk kesalah satu sekolah kejuruan terfavorit dengan semua jurusan yang ada merupakan jurusan teknik, jadi kebayangkan bagaimana atmosfer ospek disana.
Terik matahari bukanlah sebuah penghalang bagi panitia orientasi dalam mengumpulkan siswa-siswa kelas X siang itu. Hari terakhir sama halnya dengan ujian puncak bagi mereka, tidak ada perpeloncoan atau hal aneh, tapi sistem seleksi alam yang dimaksud yakni tentang ketahanan fisik. Dijemur dibawah sinar matahari tepat jam 12 siang, dan diharuskan lari keliling lapangan utama sebanyak dua kali jika ketahuan tidak menulis surat hitam dan merah.
"Nih, dari anak Audio katanya buat kakak yang lagi pegang box dekat tiang bendera," seru salah seorang panitia, ia menyerahkan surat merah itu pada siswa yang sama sekali tidak tercantum pada jajaran panitia maupun ketua ekskul.
"Salah orang kali, gue tadi bantuin doang,"
"Udah gue pastiin, emang buat elu. Gue kedapetan surat hitam doang dari doi." Panitia itu mengacungkan satu surat dengan namanya tertulis dipojok kanan bawah.
"Oh,"
"Cie, si femes dihari terakhir ospek, inget pulang juga lo?" Nadira– sekertaris osis yang juga bertindak sebagai panitia ospek menyeletuk ketika tahu siapa perusuh di ruang aula.
"Barusan habis latihan dan nganter surat ke dealer, tapi disuruh balik lagi buat seleksi OSN. Elu juga, kan?"
"Wah, satu tim lagi kita? Formasi lengkap nih."