The Trip She Finally Took

Lingga SA
Chapter #1

I

Ruby selalu tergila-gila dengan aktivitas mengatur rencana perjalanannya, sendiri, berteman, atau bergerombol. Kali ini ia sedang memikirkan rencana bulan madunya dengan Benua. Berbagai brosur di atas meja, dan laptopnya yang masih saja on sejak pagi hingga siang, menampilkan website-website sarat info tentang tempat wisata di seluruh dunia. Kegalauan yang ia nikmati sepenuh jiwa. Hingga handphonenya yang berdering dengan suara level 3 tak mampu mengganggu konsentrasinya.

“Bu, ada telpon,” tiba-tiba seorang wanita paruh baya membangunkan konsentrasinya yang overload, kepalanya menyembul dari balik pintu yang sedikit terbuka.

“Oooh,” Ruby menggapai handphone di ujung mejanya. Nama Benua muncul di layar, tidak sekarang Ben, desah Ruby.

Ruby mengabaikan panggilan itu, asyik kembali dengan dokumen-dokumen di map ungunya. Wanita tadi hanya menggeleng, kemudian pergi lagi.

“Ran!.” Panggil Ruby pada wanita itu tiba-tiba, kletak-kletok sepatu di lantai mendekat ke Ruby. Gadis muda berkacamata minus 3 itu tersenyum pada sekretarisnya

“Besok jadi kan?.” Katanya sumringah, wanita itu tersenyum tak kalah sumringah.

“Jadi dong bu, saya besok udah kosongin jadwal semuanya demi rencana kita, hehe.” Ia duduk di kursi yang ada di depan meja Ruby. Hubungan mereka berdua memang tidak begitu formal selayaknya bos dan bawahan. Ruby lebih suka menganggap Rani seperti teman, usia mereka yang tak terpaut jauh membuat dia meminta Rani untuk memanggilnya dengan nama saja. Walau Rani tetap selalu membubuhkan Bu di depan namanya.

“Gue udah daftarin nih soalnya.”

“Loh kok jadi Ibu yang daftarin, saya baru mau daftarin.”

“Udah-udah, organizernya temen kuliah gue dulu, gampanglah.” Seperti biasa, yang paling bersemangat untuk melakukan aktivitas-aktivitas itu adalah bosnya, dan Rani tinggal ikut saja.

“ Santai Ran, ini juga gak mahal-mahal banget.” Selalu Ruby yang mengajak, dan Rani yang dibayari. 

 

***********

 

“Bi?.” chat Benua sangat singkat, tapi sarat makna, untuk seorang Ruby yang sudah mengenalnya dua tahun ini. Anak sulung dalam keluarganya itu selalu membuat Ruby merasa tidak nyaman jika ia sudah mengeluarkan jurus-jurus kesulungannya. Kekuatan anak sulung yang telah membuat Ruby takluk. Dia tidak suka, tapi cinta.

“Aku tadi rapat Ben, maaf, baru buka HP.” Balasnya, sesaat sebelum nama Benua muncul lagi di androidnya.

“Halo,” akhirnya ia putuskan untuk mendengarkan bariton Benua dari ujung sana. Tampak sudah siap menghadapi intimidasi dari lelaki yang sedang sibuk menyiapkan pernikahan mereka berdua.

“Dimana?.” Ruby beringsut dari duduknya, menghadap jendela, memandang keluar, menuju kafe yang terlihat dari jendela itu. Tak tampak bayang Benua di sana.

“Di kantor,” tak lama Benua muncul di depan bangunan ruko kecil berwarna cokelat, berlabel BC Benua Coffee, melambai ke atas. Kantornya yang ada di lantai 3 memang terlihat dengan cukup jelas dari kafe kecil itu.

Ya, sedikit cerita awal pertemuan mereka. Cinta lokasi yang terjadi saat berulang kali Ruby jatuh cinta pada menu restoran, jatuh cinta pada suasana restoran mungil yang cozy itu.

“Kamu udah makan? Turun yuk,” Ruby diam, tiba-tiba dia terlalu malas untuk meninggalkan kursinya, meninggalkan ruang kerjanya, meninggalkan mejanya, meninggalkan globe birunya, meninggalkan serpihan angannya tentang satu perjalanan yang sedang bermain di kepala, sebentar lagi, ia sedang menghitung hari.

“ Aku udah makan, ntar sore aja ya.”

“Besok jadi kan?,” Benua

“ Apa?.”

“ Fitting baju, apalagi?.”

“ Aduhhh, aku lupa Ben.”

“Terus?.”

“Aku udah janji sama Rani, mau pergi.” Benua menarik nafas kencang, menahan kesal.

Lihat selengkapnya