The Unseen Kingdom

Al Balinda Ulin Dya
Chapter #3

Pesona St. Petersburg

Setibanya di Bandara Frédéric Chopin Warsawa yang terletak di negara Polandia, akupun langsung menunjukkan video yang tidak sengaja telah aku rekam kepada Nyonya Darwis.

“Apa? Aku tidak lihat apa-apa selain tumpukan awan, langit dan matahari,” ucap Nyonya Darwis masih mengamati gawaiku.

Aku mendelik kepadanya. “Apa kau yakin, Nyonya?!” Aku menarik gawaiku. Memperhatikannya dengan seksama. Aneh! Jelas-jelas tadi aku merekam pria berkuda sedang terbang diatas langit.

“Tapi tadi terlihat sangat nyata, Nyonya. Aku benar-benar melihatnya!”

“Bisa jadi itu karena efek sinar matahari atau kau sedang mengalami jetlag, Laika.”

“Aku tidak jetlag, Nyonya. Yah, mungkin kau benar dengan teori sinat mataharimu itu,” kataku murung.

Aku dan Nyonya Darwis kemudian berjalan kembali menuju ke gate lainnya untuk transit penerbangan. Kami hanya memiliki waktu 50 menit saja disini. Karena tidak ingin ketinggalan pesawat-seperti yang sebelumnya pernah terjadi, aku dan Nyonya Darwis memutuskan untuk menunggu saja.

Aku bergegas pergi ke toilet karena menghindari penggunaan toilet saat pesawat sedang mengudara. Rasanya aneh saja saat melangkah dilorong panjang itu. Diriku terasa terombang-ambing seperti melayang dan tidak berpijak pada apapun. Hal itu bisa membuatku pusing dan ujung-ujungnya akupun bisa jetlag.

Ku coba melupakan pria berkuda yang aku lihat diatas awan tadi. Namun, rasanya masih saja tidak terima karena aku benar-benar melihatnya dengan sangat nyata. Aku membasuh wajahku, melepaskan ikatan rambutku, kurapikan sedikit dan kuikat kembali. Lalu membubuhkan sedikit perona pada bibirku agar kelihatan lebih segar saat tiba nanti.

Gawai kuraih sambil melangkah keluar dari toilet. Ku buka video yang telah aku rekam diatas pesawat. Aku menontonnya kembali sampai detik terakhir. Benar! Tidak ada sesosok pria penunggang kuda itu. Apa yang kau harapkan, Laika? Seorang pangeran berkuda datang menghampirimu lalu membawamu berkeliling angkasa? Tapi, karena kuda itu terlalu kurus dan tidak kuat menopang beban yang terlalu banyak, maka sang pangeran pun menghempaskanmu kembali ke bumi! Hahaha!

Aku mendengus kesal. Masih memandangi videoku lalu aku sentuh sebuah perintah untuk menghapusnya. Jempolku bergerak kekanan dan kekiri secara ragu, antara dua pilihan ya atau tidak.

“Kau tidak ingin pergi ke toilet, Nyonya?” tanyaku setelah kembali dari toilet lalu duduk disamping Nyonya Darwis.

“Tidak, tidak, tidak. Aku terlalu gugup untuk pergi sekarang. Aku takut ketinggalan pesawat, Laika.”

“Masih ada waktu setengah jam lagi, Nyonya. Toilet hanya beberapa langkah didepan saja. Apa kau yakin akan menahannya sampai tiba di Rusia?”

Nyonya Darwis tergagu. Aku tahu dia bingung sekaligus cemas. Karena kami berdua pernah ketinggalan pesawat saat kami berada di Chili. Waktu itu tim kami sedang melakukan penelitian di situs arkeologi Monte Verde yang terletak di wilayah hutan kayu lunak, di pegunungan rendah di Selatan Chili, Provinsi Llanquihue.

“Lalu, siapa yang akan kita temui nanti di Rusia, Nyonya?” tanyaku kemudian.

Lihat selengkapnya