Di pagi yang cerah angin berhembus semilir membawa gemerisik suara daun-daun yang bergesekan dari gerumbul pepohonan yang lebat di hutan belantara. Burung-burung pun berkicau seolah-olah menyambut indahnya pagi hari.
Tidak hanya burung, bahkan hampir semua hewan menikmati keindahan pagi hari. Mulai dari seekor ular yang masih tertidur pulas di semak-semak, kupu-kupu dan belalang yang berterbangan kesana kemari, seekor tupai yang loncat sana sini, dan sepasang love birds yang sedang cipika cipiki di ranting pohon. Semuanya menikmati hari baru yang akan diisi dengan berbagai aktivitas.
***
Aku yang masih terbaring di atas tempat tidur terbangun ikut menyambut hari baru.
“Sendiri,” kataku lirih mengingat semalam aku masih bersama Mamaku. Aku berjalan kemudian berhenti dan berdiri di depan cermin.
Aku mengamati diriku sendiri, aku terlihat pucat dan memiliki lingkaran hitam di bawah mataku, dan giginya tajam mematikan.
Kuku ku panjang dan tajam, mataku bisa berubah warna antara merah atau hitam.
“Jadi ini wujud vampir,” gumamku.
Setelah selesai mengamati diriku sendiri, aku segera mempraktikkan apa yang aku bisa lakukan.
Aku membuka lemari pakaian kemudian mengacungkan tanganku ke arah pakaian dan berkata, “abracadabra abracadabra abracadabra,” berulang kali mengucapkan abracadabra tapi tetap tidak bisa mengeluarkan pakaian dari dalam lemari.
“Mungkin abracadabra hanya untuk nenek sihir bukan vampir,” pikirku.
Kemudian aku mencoba menghilang seperti Mamaku, kupejamkan mataku dalam benakku berkata, “ruang tamu,” seketika aku berada di ruang tamu.
“Kamar mandi.” Aku berada di kamar mandi.
“Dapur.” Aku berada di dapur.
“Hahaha.” Aku tertawa kegirangan and the devil laugh are unmistakable by the chirping birds in the morning. Aku merasa senang karena tidak perlu capek-capek berjalan atau berlari.
Aku berhenti tertawa dan melihat Koko Krunch Maxx Choc-filled Cereal di atas meja dapur. Entah kenapa aku merasa bosan, padahal setiap pagi sarapan ku Koko Krunch dan air susu.
“Everything has changed,” aku sambil menggelengkan kepalaku.
Selanjutnya aku akan mencoba berubah menjadi kelelawar, kupejamkan mataku dan berkata, “kelelawar,” seketika aku berubah bentuk dan terbang di dalam rumah. Karena aku bisa terbang maka aku ingin terbang keluar dengan cara menembus tembok.
“Ouch,” aku menabrak tembok dan terjatuh. Muka mungil ku ponyok dan aku berubah menjadi manusia lagi. Aku masih duduk di lantai dan memegang pipiku yang sakit akibat menabrak tembok.
“No way my first kiss is a wall!” aku merasa kesal karena mencium tembok.
“Kenapa aku tidak bisa menembus tembok dalam wujud kelelawar? Apakah mungkin karena aku baru saja berubah menjadi vampir, jadi belum banyak ilmunya?” aku bingung karena aku bisa menghilang dan berubah bentuk, tetapi tidak bisa menembus tembok dalam wujud kelelawar.
“Oh iya! Semalam kan ulang tahunku dan Mama pergi tanpa memberi hadiah untukku. Pasti Mama lupa dan hadiahnya masih di kamar Mama,” aku pergi menghilang ke kamar Mamaku mencari hadiah.
“Mama oh Mama, kenapa kau sangat kejam? Aku satu-satunya anakmu tidak dikasih hadiah. Kasih kek aku mobil atau buku vampir. Karena kau membuatku menjadi vampir, buku vampir lebih berguna. Siapa tahu aku bisa belajar dan menghafal mantra. Mantra yang membuatku the most strongest and beautiful vampire in the world.” Aku menggerutu sambil melihat-lihat di sekeliling kamar Mamaku.
Aku sudah mencari di lemari, laci, hingga di bawah tempat tidur, tetapi tidak ada hadiah untukku. Aku pun lelah mencari hadiah, sampai pada akhirnya aku tiduran di kamar Mamaku dan tertidur pulas.
***
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Pagi hari berganti senja, suasana di hutan belantara semakin gelap.
“Aku lapar,” kataku yang masih bermalas-malasan tiduran di kamar Mamaku.
“Mama taukah kau, aku baru sehari hidup sendiri sudah merasa bosan. Apalagi setahun? Sekarang apa yang harus aku lakukan? Mau pergi berburu tapi, aha!” Seketika aku teringat satu hal yang belum aku coba yaitu berubah menjadi serigala. Karena aku wanita yang suka bercermin, maka aku pergi menuju ke meja rias Mamaku. Kemudian dalam benakku berkata, “serigala,” seketika aku menjadi seekor serigala.
“Kecantikan ku tidak pernah luntur sekalipun wujudku serigala,” aku meringis di depan cermin dalam wujud serigala.