“Dimana aku?” aku bingung karena sedang berdiri di kerumunan di antara manusia yang sedang berjoget.
Tua dan muda, mereka tertawa di antara lampu yang gemerlapan menerangi kegelapan. Lampu merah, kuning, dan hijau bagaikan pelangi di malam hari. Tercium bau aroma manusia dan alkohol yang menyatu jadi satu.
The smell of sweet and sour humankind that makes me hungry. Aku berdiri menahan nafsu dan menelan air liur ku, sambil menatap mereka dengan well if its only I can just bite them without a risk. Tapi aku tidak bisa seenak jidat menggigit orang, karena aku sudah berjanji I will be on the brightside.
“Oi! Minggir jangan berdiri seperti patung, halang-halangi jalan saja,” kata perempuan yang mau lewat untuk mengambil segelas alkohol.
“Maaf Mbak mau numpang tanya ini dimana ya?” tanyaku kepada Mbak cantik yang lewat tadi.
“Ha ha ha,” dia tertawa sinis kemudian ia berkata, “kamu benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu ini dimana? Emang kamu dari planet mana si? Lihat noh!” Dia menunjuk ke papan tulis dan aku melihat tulisan ‘Club Euphoria’.
“Oh! Club Euphoria, baru tahu. Terima kasih ya Mbak.” Aku berterima kasih, tapi dia cuek bebek.
“Hell! What is wrong with that woman? Watch out, I will bite you in the full moon,” inilah yang ada di benakku kemudian aku tertawa sendiri.
Karena di dalam club sangat berisik, maka aku pergi keluar. Selain itu, semakin lama aku di dalam club, aku semakin lapar. Apalagi membayangkan the test of their blood is so sweet membuatku haus.
“Hello! Cantik mau kemana, kenapa sendirian? Sini cantik biar Mas temenin,” kata seorang pria yang sedang duduk di parkiran mobil bersama kedua temannya.
Dia menggodaku, tetapi aku cuek dan melanjutkan perjalananku. Kemudian dia berdiri dan berjalan mengikutiku dan berkata, “eh eh cantik tunggu dulu tidak usah buru-buru,” kata dia sambil menarik tanganku.
Dalam benakku berkata, “macam-macam ini orang awas saja nanti akan ku habisi.”
“Jangan macam-macam ya Mas, asalkan Mas tahu gini-gini aku jago karate pemegang sabuk hitam. Sekali aku menendang Mas terpental,” aku mengancam dia.
Akan tetapi dia tidak takut akan ancamanku, dia malah semakin menjadi. Dia mulai colek-colek dan aku mempersiapkan diri untuk menghantam dia. Raut wajahku seperti banteng yang akan menyeruduk manusia, kedua tanganku mengepal di depan dada, posisi kaki aku dalam posisi kuda-kuda dan aku siap untuk menonjok dia.
Namun sebelum aku menonjoknya, tiba-tiba saja ada Mutant Ninja yang menendang pantat dia, kemudian dia jatuh tersungkur di parkiran.
Kedua temannya tidak terima kalau dia ditendang oleh Mutant Ninja. Sehingga mereka berdua langsung menyerang Mutant Ninja dan mencoba mengalahkannya. Tidak itu saja pria yang jatuh tersungkur pun terbangun dan ikut menyerangnya. Hingga pada akhirnya Mutant Ninja harus melawan mereka bertiga.
Aku ingin membantu Mutant Ninja melawan mereka bertiga, tapi kulihat dia mampu menangkis berbagai tendangan dan pukulan dari lawannya. Sehingga aku menunggunya sampai nanti dia membutuhkan pertolongan.
“Plak plak plak gubrak,” mereka bertiga terkapar di parkiran karena dikalahkan oleh Mutant Ninja.
“Ampun ampun ampun,” mereka bertiga terkapar, merintih kesakitan, dan mohon ampun kepada kami. Kemudian kami memaafkannya dan membiarkan mereka pergi.
Setelah mereka pergi Mutant Ninja menatapku, karena aku penasaran maka aku juga menatapnya.
“Apa yang ada dipikiran dia?” Aku ingin tahu.
“Kenapa cewek secantik dia malam-malam seperti ini sendirian?” inilah yang ada di benaknya si Mutant Ninja.
“Hooray! Akhirnya aku bisa membaca pikiran manusia. Tapi apakah mungkin karena aku sudah meminum darah manusia, makanya ilmuku bertambah? Ah, biarlah yang penting sekarang aku bisa membaca pikiran manusia.” Aku merasa senang dan senyum-senyum sendiri.
“Kamu tidak kenapa-napa kan?” Mutant Ninja bertanya kepadaku.
“Aku baik-baik saja, terima kasih sudah menolongku,” jawabku.
Kami masih berdiri di parkiran mobil, kemudian Mutant Ninja melepaskan cadarnya. Lalu dia pun tersenyum kepadaku. I won’t say that he is handsome, but he has a decent look.
“Oh kita belum kenalan. Sekarang perkenalkan namaku Layzal, nama kamu siapa?” tanya Layzal sambil mengulurkan tangannya.