Sial, Layzal tidak ada hentinya mencurigaiku. Seperti hari ini kami pihak kepolisian mengadakan meeting dadakan. Layzal, terus-menerus menatapku dan berpikir bagaimana caranya untuk mencari tahu siapa aku sebenarnya. Untung saja ada Pak Jos yang sering bertanya meminta pendapat kepada Layzal, tentang bagaimana caranya untuk menangkap vampir. Setelah mempertimbangkan beberapa hal akhirnya, Layzal mengubah strateginya. Yang awalnya kami pihak kepolisian berpatroli di kota, sekarang kami harus berpencar ke daerah-daerah terpencil seperti Desa Lago. Hingga pada akhirnya, Pak Jos meminta Layzal dan Roni tetap berada di kota Archipelago. Sedangkan aku dan Leni kami ditugaskan oleh Pak Jos pergi ke Desa Lago untuk berpatroli.
“Ela, nanti kalau ada apa-apa hubungi aku ya,” pinta Layzal.
“Iya, tidak usah khawatir kami pasti baik-baik saja.”
Setelah berbincang dengan Layzal, aku dan Leni kami bergegas pergi ke Desa Lago.
***
“Sis, tolong berhenti sebentar,” pinta Leni kepadaku.
Kami berhenti ditengah jalan tepatnya di perbatasan antara kota Archipelago dan desa Lago. Setelah itu, Leni turun dan menuju ke toko. Sementara aku menunggu di dalam mobil. Tidak lama kemudian Leni datang membawa karung besar yang entah apa isinya. Selanjutnya, dia membuka bagasi mobil dan menaruh karung tersebut. Aku pun penasaran, sehingga aku turun menyusul Leni menuju bagasi mobil.
“Apa itu, Len?” tanyaku penasaran.
“Ini kertas Jimat untuk vampir,” katanya sambil berbisik.
“Haa?” aku keheranan.
“Sudah, ayo cepat masuk ke mobil. Nanti aku akan menjelaskannya lebih rinci,” kata Leni sambil mendorongku untuk cepat masuk ke dalam mobil.
Aku tak habis pikir, bisa-bisanya Leni mempunyai pemikiran seperti itu. Pemikiran yang entah dari mana asalnya.
“Jadi apa maksudnya, Len?”
“Aduh! Masak kamu tidak tahu kertas jimat untuk vampir? Payah! Kertas Hu, kertas jimat yang warnanya kuning. Tapi biasanya orang menyebut Kertas Hu itu Shenfu. Ibarat kata pepatah ‘sedia payung sebelum hujan’, maka kita sedia jimat sebelum vampir menyerang.”
“Aku masih tidak paham,” kataku sambil menggelengkan kepalaku.
“Jadi begini, nanti kalau ada vampir yang melompat-lompat di depan kita, segera kita tempelkan kertas Shenfu di jidatnya. Dengan demikian vampirnya tidak bisa bergerak dan kita selamat,” Leni menempelkan kertas Shenfu di jidatku.
Sontak aku merasa panik karena takut kenapa-napa dengan diriku. Selain itu, ini adalah pertama kalinya aku mendengar tentang kertas jimat vampir. Maklum, aku vampir yang tidak punya buku vampir. Mama juga tidak pernah memberitahuku tentang adanya jimat vampir. Jadi wajar saja aku duduk di kursi mobil dengan wajah yang tegang dan jantungku berdetak kencang. Sungguh, beruntung kertas Shenfu tidak mempengaruhiku, tidak ada effect sama sekali.