Beruntung kemarin Leni tidak banyak omong. Dia juga tidak merasa curiga kalau Ammar salah ngomong. Ya, seharusnya Ammar, memberitahu mereka jika aku terjatuh di sungai ketika waktu malam bukan di sore hari. Karena waktu malam itulah aku terjebak di jebakan bawang putih.
Tapi semua itu sudah berlalu dan sekarang aku menikmati hari-hariku di rumahnya Ammar dengan hati tenang dan bahagia. Tenang karena aku tidak perlu main petak umpet ketika minum darah hewan. Bahagia karena aku tinggal bersama orang yang aku cintai dan aku ingin seperti ini selamanya.
Tapi ada hal yang aku khawatirkan, yaitu aku khawatir Ammar akan membenciku jika dia tahu aku masih butuh darah manusia untuk dikonsumsi. Selain itu, aku merasa berhutang budi kepadanya, karena dia sudah menyempatkan waktunya untuk mengurusku di saat aku tak berdaya. Karena itu juga aku tidak mau mengecewakannya.
Aku memang tidak sepenuhnya berkata jujur kepadanya, itu karena aku vampir yang haus akan darah manusia. Seperti keadaanku sekarang, aku masih lemah sekalipun sudah minum darah hewan. Aku masih ingin hidup di dunia ini. Sekarang aku harus main petak umpet dengannya ketika mau mencari mangsa. Tidak akan kubiarkan diriku sampai ketahuan menyelinap keluar dari rumahnya Ammar. Aku yakin aku pasti bisa.
***
Aku keluar dari kamar, kemudian turun ke bawah. Setelah itu, aku melihat Ammar sedang duduk di meja makan. Dia sedang makan peanut butter and strawberry sandwiches. Melihat dia sedang sarapan, aku pun menghampirinya.
“Selamat pagi, Amm,” aku menyapa dan tersenyum kepadanya.
“Pagi, Ela,” dia membalas dan tersenyum. Kemudian dia berkata, “Aku harap semalam kamu tidur nyenyak dan merasa lebih baik daripada aku pagi ini. Aku tidak bisa tidur tadi malam karena aku memikirkanmu.”
Aku duduk di hadapannya tersenyum dan tersipu malu mendengar ucapannya. Jadi semalaman dia tidak bisa tidur karena memikirkan aku. Aku pun merasa penasaran apa yang dia pikirkan tentang diriku. Oleh karena itu, aku coba memandang dan membaca pikirannya. Tapi sayang, aku tidak bisa membaca pikirannya. Mungkin karena kekuatanku belum pulih. Selain itu, aku belum minum darah manusia lagi semenjak energiku terkuras oleh bawang putih.
Aku tidak sanggup apabila harus menunggu bulan purnama tiba, karena aku butuh darah manusia sekarang juga. Oleh sebab itu, aku harus mencari alasan untuk keluar dari rumah ini. Karena aku belum bisa terbang, berubah wujud, dan menghilang, maka aku akan minta izin untuk jalan-jalan. Tapi sebelum aku meminta izin, aku akan bertanya kepadanya apa yang dia pikirkan tentang diriku.
“Ela Ela, hello hello!” Ammar mengipas-ngipaskan tangannya di depan mukaku.
“Hmm. Iya, Amm, ada apa?” tanyaku masih tersipu malu.
“Kamu yang ada apa, pagi-pagi sudah melamun. Mikirin apaan sih?” tanya Ammar sambil tersenyum.
“Aku tidak memikirkan apa-apa Amm. Aku hanya merasa senang setiap pagi bisa menemani kamu sarapan. Maaf ya Amm, karena aku semalam kamu tidak bisa tidur. Tapi kalau boleh tahu, sebenarnya kamu benar-benar memikirkan aku atau kamu hanya menggodaku?”
“Oh, jadi itu yang kamu pikirkan. Bagus kalau kamu tergoda oleh perkataanku,” kata Ammar sambil tertawa.
“Apa maksudmu, Amm? Jangan-jangan tadi kamu bilang semalam memikirkan aku itu hanya sekadar gurauanmu saja?”
“Tentu tidak, semalam bahkan sampai detik ini aku memikirkan kamu. Secara hari ini aku harus pergi ke RS Lago dan kamu di rumah sendirian. Memang kamu tidak membutuhkan makanan atau minuman, tapi dengan kondisimu yang masih lemah seperti ini yang membuatku khawatir.”
“Jadi karena kamu khawatir dengan keadaanku yang masih lemah, makanya kamu tidak bisa tidur?”
“Iya. Emang kamu pikir karena apa?” tanya Ammar sambil menatapku.