Layzal, Roni, dan Leni masih berada di sebuah ruangan di Club Euphoria.
“Ela?!” kata mereka serempak.
“Zal, itu kan Ela,” kata Leni sambil menunjuk ke arah CCTV. Kemudian dia berkata, “Tapi kenapa dia di sini dan berpakaian seperti itu?”
Alih-alih menjawab pertanyaannya Leni, Layzal, dia menyuruh Roni dan Leni kembali ke Trinity Police Academy. Sedangkan Layzal pergi menuju ke rumahnya Ammar. Tapi sebelumnya, dia memastikan kepada mereka jika semuanya pasti baik-baik saja. Dia pun meyakinkan mereka berdua bahwa apa yang dilihatnya belum tentu benar. Bisa saja ada orang yang mirip dengan Ela. Setelah meyakinkan Leni dan Roni, Layzal, bergegas pergi meninggalkan mereka berdua.
“Ela, apakah benar itu kamu? Apakah benar kamu vampirnya?” Layzal bertanya-tanya kepada dirinya-sendiri. Dia bingung, karena jika benar Ela itu vampirnya maka dia harus sanggup kehilangan. Layzal merasa bimbang, karena dia mencintai Ela, tapi dia juga harus bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Dia belum siap jika dia harus membunuh wanita yang dia cintai, tapi dia harus melakukannya. Apalagi Layzal adalah sosok lelaki yang akan menempatkan apa yang benar itu benar dan apa yang salah itu salah. Jadi apa yang dia rasakan saat ini membuatnya gundah.
***
Sementara di tempat lain Ammar, merasa panik karena mengetahui tentang adanya korban pembunuhan. Dia khawatir dengan keselamatannya Ela. Dia tahu bahwa keselamatannya Ela terancam. Selain itu, dia yakin pasti Layzal dan timnya sudah mendapatkan semua bukti atau motif pembunuhan tersebut. Karena banyak fotonya si pria hidung belang terpampang di mana-mana. Ammar pun berpikir, mencari cara tentang bagaimana cara mencari dan menyelamatkan Ela. Dia tidak mungkin berdiam diri di rumah, sementara Ela di luar sana dalam keadaan bahaya. Dia berpikir keras, sampai akhirnya dia pun teringat satu tempat, yaitu Lore Lindu. Ammar bersiap-siap akan mencari Ela saat itu juga. Dia menyiapkan semua barang yang akan dibawanya ke hutan. Namun, ketika dia sedang menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya, dia mendengar bel pintu berbunyi. Ammar terdiam sejenak, dia berpikir siapa gerangan, malam-malam bertamu ke rumah orang.
“Ding dong ding dong ding dong,” suara bel pintu tiada henti berbunyi. Ammar akhirnya, turun ke bawah membukakan pintu.
“Layzal?!” Ammar kaget ternyata tamu yang tidak diundang itu Layzal. Kemudian dia bertanya, “Ada apa Zal, kenapa ke sini malam-malam seperti ini?” tanya Ammar.
“Aku ingin berbicara empat mata denganmu. Sekarang aku tidak mau bertele-tele lagi. Di mana Ela?” tanya Layzal.
“Kamu kenapa si, Zal? Datang-datang kok bertanya dengan muka serius seperti itu?” Ammar bertanya balik kepada Layzal, karena dia melihat mukanya Layzal tampak garang.