"Seseorang mengatakan padaku bahwa, harta, kekuasaan, tidak melihat moral, tapi aku menyangkalnya. Aku percaya bahwa Sang Dewata berlaku adil-"
"-sampai pada saat tubuhku terkoyak, dipaksa terkubur didalam 'Jurang' yang disebut-"
"PENGHIANATAN"
Majapahit 1328,
Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara, Raja Jayanegara, meninggal dunia karna ditikam oleh salah seorang *Dharmaputra bernama Ra Tanca yang menjabat sebagai tabib istana.
*Dharmaputra adalah pejabat kerajaan yang dikasihi Raja dan memiliki keistimewaan atau kewenangan tertentu.
Ra Tanca tewas ditempat oleh pedang Sang prajurit *Bhayangkara yang tak kuasa menahan diri. Dialah Mada, abdi yang setia di sisi Baginda sejak misi penyelamatan di desa Bedader dari pemberontakan Ra Kuti 1319.
Namun tewasnya Ra Tanca tidak mengusaikan kegelisahan di Majapahit pasalnya, diduga dia hanya kaki-tangan dari seorang dalang yang tidak menginginkan kekuasaan dari Sri Baginda.
*Bhayangkara adalah pasukan elit khusus yang dibentuk oleh Raja Jayanegara, bertugas mengawal Raja dan keluarganya serta menjaga keamanan dan ketertiban di Majapahit"
Langit mendung mengiringi hari-hari sejak meninggalnya Sang Raja. 100 hari berselang, para Brahmana masih membanjiri Gapura Bajang Ratu sebagai gerbang belakang istana yang dibangun atas nama beliau. Mereka berdoa meski dengan berat hati melepas kepergian Baginda.
Setelah 100 hari akhirnya masa berkabung dihentikan, pusat-pusat keramaian kembali dibuka. Pemburuan terhadap siapa-siapa saja yang terlibat dilakukan secara terbuka oleh pasukan Bhayangkara. Tak seorang pun diizinkan lolos dari penyelidikan, tak terkecuali Dyah Ayu Candra Kirana, adik Sang Baginda yang paling dicurigai dan telah ditetapkan sebagai tersangka.
Keterlibatan keluarga kerajaan di sembunyikan dari rakyat untuk melindungi martabat Istana. Dengan begitu kedudukan Sang Putri diturunkan sebagai pelayan istana. Selebaran sketsa wajah dari pelayan istana yang hina bertebaran dimana-mana.
Terhitung 100 hari pula Kirana yang kini dikenal sebagai pelayan yang membunuh Sang Raja berhasil melarikan diri. Sebuah kecerobohan berulang yang dilakukan oleh para Ksatria Majapahit. Peristiwa memalukan, memburu seorang gadis berusia 17 tahun.
"Seorang Raja meninggal tanpa harga diri, tentu seseorang harus bertanggung jawab" dia menyadarinya,
"Siapa lagi yang paling pantas disalahkan?"