THE VISIBILITY

Dwi Budiase
Chapter #8

8 : Visibilitas

VISIBILITAS MERUJUK pada sejauh mana suatu objek atau informasi dapat terlihat atau diakses oleh pengguna atau sistem tertentu. Ini sering digunakan dalam konteks teknologi informasi untuk menggambarkan tingkat keterlihatan atau aksesibilitas suatu data, file, atau sumber daya. Semakin tinggi visibilitasnya, semakin mudah untuk menemukan, mengakses, atau memanfaatkan informasi tersebut di kemudian hari.

Sebelum suatu kasus terjadi, Adinata telah mengetahui lebih dulu bagaimana fakta sebenarnya dari permainan hukum yang dilakukan oleh kaum konglomerat yang duduk di atas singgasana pada piramida kekayaan di negeri ini. Segala hukuman yang dilontarkan oleh kejaksaan agung pun seolah tiada efeknya hingga uang telah menjadi jalan kebebasan mereka. Lagi-lagi meskipun masyarakat menganggap bahwa hukum telah memberikan konsekuensi seberat-beratnya kepada para tersangka koruptor dengan berita menyedihkan yang terpajang di sosial media sejatinya tipuan belaka.

"Aku sering mendengar beberapa koruptor yang dibebaskan dari masa tahanannya yang baru berjalan satu setengah tahun. Kamu tahu alasannya? Karena selama ini mereka berkelakuan baik. Coba bandingkan dengan pelaku mencuri sandal tetangga atau mencuri motor di pinggir jalan, mereka akan dianiaya secara tragis oleh masyarakat dan dipenjara sesuai masa tahanan tanpa potongan diskon. Begitulah kekuatan dari uang dan kekuasaan. Miris. "

"Mereka berkelakuan baik? Oh, namanya juga manusia. Mereka memandang pelaku koruptor itu telah memberi uang tebusan yang sangat banyak untuk memenuhi keinginan oknum-oknum pihak kepolisan, instansi yang sangat tidak bisa dipercaya oleh masyarakat kita. Lihatlah, sejak dini koruptor itu dijaga kesehatannya bahkan diberikan penjara VIP sekelas hotel berbintang lima. Mau mereka berkelakuan baik pun, kita tunggu saja kasus korupsi terbaru dari mantan koruptor yang dengan mudah dapat mencalonkan diri kembali. Uang adalah segalanya, hukum di negeri ini pun dapat dibeli olehnya ...."

Dheana mengambil laptop lantas layar monitor menampilkan beberapa liputan berita terkait tentang persoalan pengurangan masa tahanan koruptor yang menimbulkan beragam komentar pedas oleh netizen.

“Mari kita simak. Remisi terhadap para koruptor didasarkan pada kelakukan baiknya. Aku bertanya-tanya, indikator apa yang membuat mereka dapat menerima pengurangan masa tahanan?” celetuk Dheana sembari mengarahkan kursor pencari ke halaman berita utama.

“Sudah pasti sistem dan regulasi yang menguntungkan pihak terpidana korupsi. Perkara seorang kepala lapas kepolisian Sukamiskin yang tersandung kasus korupsi akibat adanya kerjasama secara sembunyi-sembunyi dengan para tersangka koruptor. Intinya, instansi pemerintah pun tak memiliki kuasa untuk membatasi atau memberikan efek hukuman jera sebab mereka bekerja sama dalam permainan uang dan pastinya sebagian anggaran digunakan untuk kepentingan koruptor itu. Maka tak heran, sekarang banyak sekali tersangka kasus suap itu dengan santai ongkang-ongkang kaki setelah mendapat remisi.”

“Praktek itu terus berjalan, ibarat Palung Mariana. Hanya satu berita yang diketahui awak media tapi sesungguhnya dibelakang itu ada banyak kasus serupa sedang terjadi. Kita baru melihat permukaannya saja maka kita harus berhati-hati.”

Siang ini mereka bertugas untuk melakukan wawancara singkat ke Rumah Sakit Kasih Ibu. Setelah menyiapkan kamera maupun perekam audio, Adinata dan Dheana segera mengunjungi rumah sakit terkenal itu.

“Kita akan melakukan wawancara singkat bersama korban penganiayaan AB. Kau sudah siap?”

"Tentu saja."

"Selamat siang. Pasien atas nama Samuel Mahottama ada di kamar berapa ya?"

"Selamat siang, Pak. Sebelumnya ada hubungan apa dengan saudara Samuel Mahottama?"

"Kerabat."

"Baik, kamar pasien berada di Flamboyan 09."

"Baik, terima kasih."

Sesuai aturan yang tertulis di Rumah Sakit Kasih Ibu, hanya satu orang dari dua perwakilan yang dapat mengunjungi pasien yang sedang dalam status rawat inap. Adinata memutuskan untuk masuk dan Dheana menunggu diluar.

Jendela kamar pasien itu terbuka lebar, membiarkan sinar matahari masuk dengan leluasa. Udara segar siang hari itu terasa cukup dingin akibat paparan udara pendingin dari AC. Suara monitor detak jantung pasien berbunyi secara konstan memberikan kesan rumah sakit sesungguhnya. Seorang laki-laki berpakaian serba putih dengan corak biru sedang menatap kosong ke arah langit. Meski mengenakan pakaian pasien tetapi Adinata dapat melihat jelas berapa perban yang dipasang untuk melapisi luka-luka menganga itu.

Adinata mendekat dengan perlahan dan memberi senyuman manis.

“Halo, Samuel. Gimana kabarnya, dik?”

Lihat selengkapnya