Garin memasukkan semua notebook-nya ke dalam kardus. Tidak perlu disegel, pikirnya. Siapa tahu ia mem butuh kan catatan Random-nya nanti. Kalau-kalau perlu ins pirasi dan bahan tulisan.
Ia sebut Random, karena memang tidak ada sis te matika penulisan sama sekali. Temanya pun acak. Semua berupa dialog dirinya dengan seseorang, tapi tanpa atri busi siapa yang berbicara. Waktu kejadian tepatnya juga sudah terlupakan. Tidak ada tanggal. Dimulai saat usia nya belasan.
Tapi setiap Random bermuatan emosional yang masih terasa menghunjam ulu hati hingga sekarang. Catatan Ran dom-nya menjadi kepingan puzzle yang membentuk gambaran besar dirinya:
Ia pernah memiliki seseorang yang sangat ia sayangi.