Carlos melemparkan sebuah berkas permohonan pengalihan hak milik sepetak tanah yang tidak cukup luas itu di atas meja ruang tamu Vivian Walter.
Tanah yang sudah lama menjadi perdebatan sengit antara Vivian dan Carlos itu, bagi keluarga besar Ollyxton hanya sekelumit dari taman belakang rumah yang berdiri megah di tengah kota ini.
Padahal, tanah ini tentu tidak ada apa-apanya dibanding dengan harta kekayaan yang mereka miliki, namun entah kenapa ambisi Carlos untuk mendapatkan tanah ini begitu sangat besar, mengingat Vivian yang bersikeras untuk mempertahankan satu-satunya peninggalan keluarga besar Walter.
Sementara Carlos harus mendapatkan tanah ini untuk sebuah proyek yang nanti akan menjadi tempat eksperiment uji coba laboratorium.
Apapun caranya, akan Carlos lakukan. Termasuk menghabisi nyawa Vivian dan Nick, jika mereka melawan!
"Begitu?" ungkap Vivian tak yakin, setelah membaca tulisan permohonan pengalihan hak milik sertifikat tanah dikertas itu.
"Apa istrimu sudah miskin? Ha?" imbuh Vivian mencelathu.
"Jaga ucapanmu!" ancam Carlos naik pitam.
Bukan sebuah kebetulan, hari ini Carlos mendatangi kediaman Walter yang telah lama diharamkan oleh keluarga besar Ollyxton untuk menginjakkan kakinya pada tanah kumuh ini tanpa maksud tertentu.
"Ini bukan kali terakhir Aku memperingatkanmu! Segera tandatangani surat pengalihan tanah peninggalan yang sudah seharusnya menjadi bagian untuk keluargaku. Paham!" ancam Carlos Ollyxton kepada Vivian Walter pagi itu.
"Apa? Bisa Kau ulang sekali lagi ancamanmu?" tanya Vivian seolah tiba-tiba menuli dengan ucapan yang sudah seringkali didengar sejak mereka masih bersama dulu.
"Jangan terlalu lama mengulur waktu, Vi! Kau hanya akan memancing emosiku saja! Kali ini Aku sedang tidak berminat untuk debat panjang, apalagi bertengkar."
"Carlos..., Carlos!" Vivian menggeleng-gelengkan kepala mendengar ancaman Carlos yang selalu sama.
"Sampai titik darah penghabisan pun, Aku tak akan pernah membiarkan Kau merebut warisan yang bukan hakmu. Paham!" imbuh Vivian sembari mendelikan mata tepat di depan Carlos.
Carlos mendecih. Merasa kesal dengan tingkah Vivian yang selalu membangkang.
"Ya! Kau tak pernah berubah."
"Tentu! Bukankah Kau bilang tanah ini haram untuk Kau injak, lalu untuk apa Kau kembali lagi? Silakan keluar dari rumah ini!" cecar Vivian cepat.
Sontak Carlos mencengkeram leher Vivian. Tubuh lencir wanita itu seolah ringan berada dalam cengkraman satu tangan Carlos. Vivian sama sekali tak mengindahkan ancaman Carlos, justru malah tersenyum culas, melihat aksi Carlos yang seakan ingin menerkamnya hidup-hidup.