Buku ini merupakan hasil dari serangkaian kuliah tamu yang saya berikan sepanjang musim panas di Sekolah Teologi Perkins (Perkins School of Theology) di Universitas Metodis Bagian Selatan (Southern Methodist University) di Dallas, Texas. Saya mendapatkan tugas khusus ini untuk menjelaskan logoterapi serta keseluruhan sistemnya. Beberapa penulis menyebutkan bahwa logoterapi, berbeda dengan pemikiran psikiatri eksistensial lainnya, telah berhasil mengembangkan teknik psikoterapis yang layak. Namun, tak banyak dari para penulis tersebut yang menyadari bahwa logoterapi merupakan aliran psikoterapi terkini yang disusun dalam konseptualisasi yang sistematis.1
Bab-bab dalam buku ini terutama membahas fondasi dari sistem logoterapi tersebut, di mana diuraikan asumsi dan prinsip yang mendasari logoterapi. Baik asumsi maupun prinsip tersebut, membantu mata rantai yang saling kait-mengait satu dengan lainnya. Hal ini mengingat logoterapi berdasar pada tiga konsep (1) kebebasan berkehendak (freedom of will), (2) keinginan untuk bermakna (the will to meaning), dan (3) makna hidup (the meaning of life). (1) Kebebasan berkehendak meliputi persoalan determinisme dan pan-determinisme. (2) Keinginan untuk bermakna dibahas sebagai satu konsep yang berdiri sendiri, setara dengan konsep tentang kehendak untuk berkuasa (the will to power) dan kehendak akan kepuasan (the will to pleasure) dari aliran psikologi yang dikemukakan oleh Adler dan Freud. Sebagai catatan, istilah kehendak untuk berkuasa disodorkan oleh Nietzsche bukan Adler, juga istilah kehendak akan kepuasan—yang bertumpu pada prinsip kepuasan Freud—adalah istilah yang saya ciptakan sendiri dan tidak mengacu pada Freud. Lebih jauh lagi, prinsip kepuasan sebaiknya dilihat dari kacamata yang lebih luas, yakni prinsip homeostasis.2 Seraya kita memandang kedua konsep tersebut secara kritis, kita perlu mengelaborasi lebih jauh teori motivasi yang disodorkan oleh logoterapi itu sendiri. (3) Makna hidup sendiri terkait dengan isu relativisme versus subjektivisme.
Logoterapi yang dibahas di buku ini terdiri atas tiga penerapan. Pertama-tama, logoterapi dapat diterapkan sebagai penanganan terhadap neurosis yang bersifat noogenic atau berakar pada frustrasi eksistensial terkait dengan pencarian makna hidup. Kedua, logoterapi merupakan penanganan neurosis psychogenic atau neurosis yang berakar pada masalah psikologis, contohnya neurosis yang lazim dikenal saat ini. Ketiga dan terakhir adalah bahwa logoterapi merupakan penanganan untuk neurosis somatogenic dengan penyebab biologis secara umum. Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan dimensi manusia tecermin di dalam penerapan-penerapan di atas.
Pada bagian Pengantar dari buku ini, logoterapi didudukkan dalam perspektif yang membandingkannya dengan aliran-aliran psikoterapi lainnya, khususnya, dengan eksistensialisme di bidang psikoterapi. Bab terakhir mengulas dialog antara logoterapi dengan teologi.