The Winter's Hunter

Wuri
Chapter #5

Mbak Salju dan Rencana Pernikahannya


“Jadi kalian berdua mau ngehancurin rencana pernikahan mereka? Are you both kidding me?”

Danilla bicara tenang sambil memakan sandwich yang mulai mendingin, “Si Salju itu tuh nggak baik buat Coffee. Dia ngerokok, kasar, sok imut, tadi semuanya nggak ada yang baik deh,”

“Terus ngapa? Bukan urusan kalian kan?” Sinis Porsche.

Chere masih saja sibuk dengan novel terbarunya yang ia keluarkan dari tas itu. Sementara Danilla dan Porsche terus berdebat. Porsche yang meng-counter keinginan Danilla untuk menghancurkan pernikahan Coffee dan Yuki.

“Tolonglah mereka saling mencintai. Udah, kamu lupain aja itu mantanmu yang diambil Yuki,”

“Bukan masalah Harisnya. Tapi aku harus mendapatkan dia, nggak boleh enggak,” Rengek Danilla.

“Terus ngapain kamu juga ikut-ikutan, Cher?” Tanya Coffee tiba-tiba yang membuat Chere yang sedang membaca halaman tengah dari novel itu.

“Kamu juga suka sama dia, hah?” Lanjutnya.

Chere hanya menjawab satu kata, “Nggak,”

“Nggak usah ikut ikutan deh. Udah anteng aja kayak biasanya ya, Cher. Yuki itu bahaya,”

Chere secara serampangan menjawab asal, “Iya aku sukanya sama kamu kok, Porsch,”

Porsche mennginjak remnya, membanting stir dan memojokkan mobilnya. Danilla pun kaget setengah mati. Ia memegang dadanya sendiri membatin bagaimana seorang bidadari pendiam seperti Chere bisa mengungkapkan perasaannya pada pria yang baru dikenalnya.

Padahal dalam hati terdalam Chere, ia hanya menetralisir rasanya. Ia terbawa perasaan oleh sikap-sikap ramah Coffee.

“Gila,” Gumam Posrche bersamaan dengan Danilla. Terlihat mata kosong Porsche yang terlihat bingung dengan pernyataan omong kosong dari Chere.

“Jadi pacarku ya?”

“Kamu baik kamu pinter, kamu ganteng, kamu semuanya yang aku cari, Porsche. Kamu beneran tipeku. Aku harap kamu belum punya pacar,”

DON’T TELL ME A LIE!” Porsche mengegas pol, tak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Porsche tahu perasaan kagum memang ada dalam dirinya, tapi ia berpikir tak mungkin secepat ini.

Danilla mencoba menenangkan Porsche yang mulai kesetanan. Ia mulai diam seribu bahasa, “Chere, kamu jangan ngaco kalau ngomomg,”

“Aku beneran sayang sama Porsche,” Ungkapnya serampangan.

“Umurmu berapa hah? Bisa ngomong sayang sayangan secepet ini,” Porsche kembali ngegas namun kini semakin rileks karena memang menganggap ini sesantai pernyataannya di masa lalu. Juga memang Porsche menyayanginya.

Chere hanya tersenyum bodoh.

Porsche bercanda, “Yaudah ayo pacaran. Kita udah direstuin bu Dewi juga kan?”

Chere kembali tersenyum. Hubungan ini sesantai dan selemes itu ternyata. Dan tak ada yang serius diantara Chere maupun Porsche.

“Tapi janji ya jangan ganggu Coffee lagi,” Tegas Porsche yang melirik lembut bayangan Chere di kaca.

“Kenapa kamu langsung ngancem-ngancem gitu. Aku nggak janji ya kalau itu. Aku janjinya tetap mencintaimu gitu aja,”

Danilla pura pura muntah. Diikuti oleh Porsche.

Chere hanya tersenyum polos, seperti gadis kecil 10 tahun yang mulai suka dengan anak laki-laki di sekolahnya. Jauh dalam hatinya, ia sama sekali tak bermaksud menyatakan perasaannya.

Mereka hanya berdiam-diaman, menahan semua yang ingin mereka katakan. Hingga nama Coffee terpampang besar di layar ponsel milik Chere.

Ia mengangkatnya, lamat-lamat lembut suara itu terdengar meminta maaf pada mereka bertiga.

“Aku minta maaf atas nama Yuki juga ya. Seharusnya aku nggak ngelakuin ini sama Yuki ataupun sama kamu,”

“Yaudah gak apa-apa. Aku minta maaf juga aku terlalu overact,” Balas Chere dengan nada datar. Sekali lagi, aroma kopi menyeruak lembut ke hidung Chere. Tak tahu darimana asalnya.

Porsche menoleh dengan tatapan yang seolah berkata, “Lemes banget nih anak,”

Setelah menutup telepon, Chere menemukan ide menarik untuk mengacaukan rencana pernikahan itu.

**

Mulut Yuki terus mengoceh dan membual soal keburukan Danilla. Tak lupa, ia juga merutuki keadaan saat ia tak sengaja mengeluarkan sifat asli yang sangat bertolak belakang dengan citranya selama ini.

Sudah sepuluh tahun Yuki berkarier di dunia hiburan, susah payah ia membangun citra polos, manis, dan imut ini. Susah payah pula ia merangkak memulai kariernya sejak ia ‘lulus’ dari grup idola yang menaunginya. Meskipun kelulusannya bukanlah murni kelulusan, namun pemecatan. Pemecatan disebabkan oleh skandal-skandal Yuki selama beberapa tahun terakhir. Foto kelewat mesranya dengan atlet voli itu membuat gempar seluruh negeri. Bagaimana tidak? Si atlet voli saat itu berusia 27 tahun dan Yuki baru berulangtahun yang ke 18. Tambahan faktanya adalah si atlet baru saja mendaftarkan perceraiannya dengan istri yang telah memberinya dua orang anak.

Sebelum dengan si atlet voli, Yuki pernah kedapatan tak sengaja mengunggah foto mesra dengan Haris. Foto yang kelewat mesra juga dan disaat Haris sedang berkencan diam-diam dengan Danilla. Hal itu pula yang membuat Danilla dendam kesumat padanya.

Namun, semua kabar itu hilang. Masyarakat melupakan skandal itu. Yuki sudah membangun citranya lagi. Ia bertransformasi menjadi gadis yang lugu, imut, dan menggemaskan lagi. Meski orang-orang disekitarnya tahu, dia berbeda sekali dengan citranya selama ini. Mantan-mantan pasangannya juga berkarier biasa. Haris masihlah supermodel ter-viral Indonesia. Setelah ia mengeluarkan airmata buayanya di depan wartawan karena dianggap ‘menciderai’ bunga bangsa.

 Sementara si atlet voli, Nicholas Ery Ismawan dikontrak di sebuah klub voli di Milan. Ia tinggal sendiri di Milan. Sepertinya masyarakat sudah tak peduli dengan hubungan Niko dan Yuki, hingga fotonya saat jalan-jalan di Milan tersebar di seluruh pelosok negeri. Sementara, mantan istrinya banting tulang sendirian mengurus dua anaknya. Saat itu mereka beramai-ramai menghujat keduanya. Namun, kabar itu hilang karena konfirmasi mantan istri Niko yang menyatakan dirinya baik-baik saja dan masih ada nafkah dari Niko untuk anak-anaknya. Memang,Yuki adalah artis ter-problematik versi Danilla.

Dan yang paling menguras emosi adalah, mengapa ia diam-diam berencana menikah dengan Coffee sementara hubungannya dengan Niko belum sepenuhnya diakhiri?

Berbagai umpatan keluar dari mulut Yuki, hingga dua manajer muak. Si manajer wanita, Mega terus saja menerima telpon dari para klien yang menunggu Yuki. Terlebih pemotretan untuk brand lipstick.

“Baik pak, mohon maaf tadi ada kendala. Kami sedang dalam perjalanan,” Jelas Mega dalam telpon sambil mengutak-atik ponsel satunya untuk membalas surat elektronik dari klien dari perusahaan minuman isotonik.

Sementara Yuki masih saja menggerutu dan menggerutu,“Kalau bukan karena dua perempuan sialan itu, aku udah dapet dua kerjaan,”

Dua manajernya hanya diam. Tak bisa berkutik jika Yuki sudah mengeluarkan gerutuannya.

“Tapi, kak Yuki. Ini semua karena kamu. Aku kan udah bilang, jangan dilabrak, jangan dilabrak,”

“Coba deh kak, buka tren internet jam ini. Berita kakak yang posesif itu udah nyebar kemana-mana,”

Jelas mega sesaat setelah perusahaan aplikasi kencan membatalkan kontrak brand ambassador nya untuk Yuki. Bukan hanya itu, satu brand pakaian, dan bahkan endorse pesta pernikahannya telah membatalkan sepihak kontrak eklusif nya. Tanpa konfirmasi dan klarifikasi.

Si manajer laki-laki, Iwan ikut menimpali, “Dan skandalmu dengan mas Niko diungkit kembali. Mereka menuntut penjelasan tentang foto kalian di Milan dan hubungannya dengan penurunan performa Niko,”

Yuki menjambak rambut Iwan dari belakang. Semua kata binatangnya ia keluarkan.

“Bodo amat dengan si mesum itu. Biar Niko sendiri yang jelasin,” Gerutu Yuki.

Mega yang masih sibuk mengetik menyeplos kasar, “Mesumnya ya sama kamu kok. Kalian itu sama, sok polos di publik. Tapi mesum di belakang. Bedanya si Niko berprestasi, kalau kamu nggak,”

Iwan menoleh ke bangku paling belakang. Yuki dengan sigap menampar pipi Mega.

“Anjing, mau gue pecat?” Teriak Yuki sambil menarik kerah Mega.

Mega melotot menantang Yuki, “Silahkan, aku nggak betah sama cewek kasar macam kamu. Apa yang bisa aku harapkan dari artis rasis, body shamming, dan sombong kayak kamu,”

“Pak turunin saya disini, hari ini saya berhenti,”

Lihat selengkapnya