The Winter's Hunter

Wuri
Chapter #10

Rubah Musim Dingin

Komputer itu dipenuhi oleh gambar-gambar yang dipisahkan oleh beberapa folder. Satu folder gambar-gambar pribadi dan folder lain adalah gambar-gambar klub volinya. Niko menamainya dengan nama “Profesional”.  Gambar pada folder Profesional itulah yang seringkali ia unggah di sosial medianya. Mereka membuka foto itu satu-satu, tidak ada yang istimewa dari kumpulan foto tersebut. Seperti biasa, ada keanehan dalam komputer tersebut. Seperti telah dihapus sebelumnya. Jejak jejak basah di kursi kerjanya juga membuktikan bahwa kursi ini diduduki sebelum ini. Namun, sepertinya Rian tak sebodoh itu, ia menelusuri jejak-jejak yang ditinggalkan di komputer tersebut. Ia menemukan beberapa bukti transaksi doppingnya. Ia juga menemukan sebuah darkweb yang salah satu anggotanya adalah Niko.

Dalam dark web tersebut diadakan transaksi-transaksi ilegal. Seperti penjualan narkoba, penjualan anggota tubuh hewan, dan penjualan manusia. Penjual terdiri dari berbagai negara. Namun, mengusut darkweb itu sangatlah complicated. Dibutuhkan berbagai elemen dari berbagai negara untuk mengurai benang kusut aktivitas ilegal.

Fokus mereka hanyalah yang berhubungan dengan ketiga wanita itu dan Niko tentunya. Syukurlah, angin segar sudah sedikit demi sedikit bertiup.

Niko log-in di akun yang bernama @winingcrabs. Ia berinteraksi dengan para penjual dengan bahasa Italia. Entah berasal darimana. Dengan telaten, Rian meniti semua orang yang berinteraksi dengan Niko. Ada satu akun yang menarik perhatian para detektif. Akun yang bernama @winterfox. Setelah dibajak, akun tersebut berasal dari Indonesia, namun sayangnya server dimananya sulit sekali untuk ditemukan. 

Akun @winterfox berbahasa Mandarin, Inggris, Italia, Perancis, dan Jerman Niko membeli doppingnya di akun ini tiga kali. Namun soal doping Niko sudah selesai. 

Ada fokus lain. Akun itu menjual obat terlarang. Bestseller-nya adalah morfin tentu saja. Mungkin akun itu yang paling mudah dijangkau oleh Asia Tenggara pada khususnya. Rian membukanya dan menemukan hal yang tak terduga. 

“Sepertinya @winterfox ini pembunuh mereka,” Kalimat itu meluncur saja dari mulut Rian tanpa berpikir. Semua yang ada di tempat itu fokus pada komputer Rian. 

“Lihat tiga gambar ini,” 

Foto ketiga korban di rooftop ternyata diperjualbelikan ke luar negeri. Dengan judul karya “Rabbits in the Cove,”. Bahkan selain tiga orang itu, masih ada wanita-wanita lain yang diberi kode aneh. Kode dengan aksara mandarin. Selain itu, tropi-tropi itu juga diperjualbelikan. Tropi bukan sembarang tropi, melainkan barang yang dipakai atau menjadi ciri khas orang yang ada dalam foto saat terjadi pembunuhan. Seperti potongan rambut tosca milik Embun, sepatu milik Elsa dan gelas boba yang tertulis nama Yuki. Hari ini, jadwalnya @winterfox mengadakan lelang besar-besaran gambar eksklusif sebuah aksi. Rian sudah bersiap berpura-pura mengikuti lelang tersebut, namun langkahnya rupanya terbaca oleh penjual. Ia diblokir dari seluruh transaksi. Untungnya, si pedagang yang rupanya mengidentifikasi identitas polisi itu tak berhasil mengamankan barang dagangannya. Barang dagangannya terlihat. Pertama terlihat video Yuki di rooftop tersebut yang nampak sedih. Dalam video itu, tangan seorang pria memberikan boba pink lava, minuman kesukaan Yuki. Lalu wanita itu tampak lemas dan pingsan setelah itu video corrupt. Video tersebut dibeli oleh akun yang berasal dari sebuah negara di Asia tenggara bagian Utara. Video itu dibeli dengan harga yang paling murah diantara ketiga video yang dilelang. Hanya itu yang bisa Rian temukan tentang video Yuki. Yang kedua adalah video yang didalamnya ada wanita cantik bernama Elsa itu. Elsa juga di rooftop yang sama dengan Yuki. Video tersebut berdurasi panjang. Pertama adalah video Elsa ketika photoshoot di rooftop. “Do you like to see this town from up here?” tanya pria itu dan disambut oleh anggukan 

Pria dalam video yang tidak diperlihatkan wajahnya menggandeng tangan Elsa ke rubanah calon bar di café milik Coffee. Mereka naik hingga ada di lantai lima. Dimana hanya ada tandon air yang besar di pojok. 

You like it?” Ucap lelaki itu. Elsa mengangguk. Rambutnya berterbangan.

Wanita itu menghirup udara, ia mengambil nafas panjang dan mulai menyanyikan sebuah lagu. Si pria pun menyahutnya. Namun tidak lama. Baru satu menit mereka bernyanyi, si lelaki tiba2 menutupi wajah Elsa dengan plastik lalu menyeret paksa ke tandon air. Kamera ditinggal saja di dekat tandon, lalu pria itu naik dengan memanjat anak tangga yang baru mereka sadari dari tadi memang ada. Setelah sekitar satu menit, pria itu turun dengan menggendong Elsa yang sudah tak bergerak sama sekali. 

Video dipercepat hingga akhirnya pria itu mendorong Elsa yang ia gendong ke bawah. Kemudian video mati. Banyak yang ingin membeli video ini, termasuk akun-akun yang diberi banyak bintang. Dari inti komentarnya, mereka yang membeli sangat suka dengan perubahan wajah wanita cantik itu dari bahagia menjadi sangat gelap dan ketakutan. Porsche hanya bisa menggeram menahan emosi yang menguasai dirinya. Bagaimana bisa orang sejahat ini pada sesamanya. 

Video ketiga adalah Vidio Embun. Video ini paling tinggi harganya karena disertakan tropi yang nyata, yaitu rambut tosca milik Embun. Sama seperti gadis lain, Embun yang berwajah lembut itu seperti dibuat melayang oleh pria itu. Video diawali dengan jogging. Wanita itu tampak sangat bahagia dengan banyak bercerita pada pria itu. Sayangnya, suara video tersebut corrupt. Sang pria mengajak Embun ke rooftop untuk mengambil foto. Tak ada yang tidak normal hingga pria itu mengajak Embun ke kamarnya di lantai atas dan video gelap. Tertulis hanya untuk pelanggan yang membayar dengan rentang harga tertentu. Video terang lagi. Tampak dari atas, si pria menggendong Embun. Kamera seperti menempel di dagu pria itu, atau apalah mereka tak bisa menebaknya.  Embun masih kegirangan tetapi hanya beberapa menit, setelah itu pria itu menjatuhkan Embun dari lantai kamarnya dan memperlihatkan foto Embun yang jatuh di pekarangan kosong rumah itu. Setelah itu video corrupt

Ada jejak prostitusi dan perdagangan manusia juga di akun tersebut. Selain itu, @winterfox juga membuat permainan taruhan. Ia bertaruh puluhan juta untuk seseorang yang paling bagus membuat pola dan operandi pembunuhan. Syarat permainan itu adalah menyertakan video eksklusif seorang yang ketakutan menghadapi ancamannya. Selain itu, ada bonus jutaan rupiah bagi mereka yang dapat mengumpulkan tropi.Ya, lagi-lagi pemenang taruhannya tetaplah @winterfox itu sendiri. Video tersebut akan dilelangkan pada pasar lelang terbesar yang akan diadakan tahun ini. 

Kejam. Memang sangat kejam hingga Rian meneteskan air matanya. Tangannya bergetar saat ia menyetel program untuk mengumpulkan file-file yang dijual oleh @winterfox tersebut. Belum semuanya ia kumpulkan, komputer memberi isyarat ancaman dan komputer langsung mati. 

Hanya sebagian yang dapat diselamatkan. Untunglah ketiga video tersebut termasuk yang bisa diselamatkan. Hening. Mereka terhanyut dalam perasaan bersalah, mengapa kasus ini tak kunjung mereka usut dari korban pertama. Niko yang seharusnya jadi saksi kunci malah dibiarkan bunuh diri atau malah dibunuh. 

Seolah menantang polisi, akun tersebut kembali aktif namun hanya mengirimkan satu video saja. Satu video dari sebuah kamera pena. Terlihat resolusi lumayan buruk. Namun, masih bisa terbaca. Orang yang merekam video tersebut mengaku bernama Ferdinan, ia menjenguk Niko di penjara. Tampak juga wajah Niko yang bersungut-sungut marah dengan bahasa Italianya yang terdengar seperti penduduk asli. 

Setelah itu, si perekam video meninggalkan Niko dan segala emosinya. Di suatu tempat kosong, tampak orang yang merekam video itu menyalakan lilin berwarna hitam dan membacakan mantra entah apa. Terdengar sayup-sayup namun seperti bahasa Sansekerta. Lalu lilin itu mati. Video gelap hingga muncul foto Agustina yang meminta keadilan untuk Niko.

Di akhir video, terdengar suara si perekam video yang disamarkan, “Black magic already existed, Mr.Cop!” Pria tersebut menunjukkan pergelangan tangannya yang bertato kepingan kristal. 

Para detektif tercengang. Bagaimana mungkin kasus kriminal ini juga disertai dengan sihir. 

Kesimpulan yang ia tarik, pembunuh ketiga wanita itu adalah pembunuh Niko juga. Rian membenarkannya karena kejadian Niko benar-benar diluar nalar. Alasan terlogis adalah Niko bunuh diri.  Kasus ini brundel seperti benang kusut. 

“Danilla hilang. Tolong cepatlah ke kantor, Porsch!”

Suara panik Chere memekakkan telinga Porsche. Porsche yang panik langsung menyeret Rian dan bergegas menuju kantor menemui Chere yang menangis dan mukanya merah padam. 

“Dia nggak datang ke kantor dari tadi. HP-nya gak aktif,” Sambung Chere sambil sesenggukan. Chere menjelaskan, ia memang sedang berada di suasana hati yang buruk, jadi ia memang tak mengangkat telepon dari Danilla. Kemarin memang Danilla lembur, ia bersikeras tak mau ditemani. Namun, paginya ia tak berangkat kerja dan tak menghubungi siapapun. 

Porsche dan Rian saling tatap, seolah saling mengkode. “Rian, kamu tahu kan maksudku apa. Ada yang salah dengan kantor ini. Ingat kan video Elsa kemarin?” Jelas Porsche. Namun penjelasannya dibiarkan menggantung. 

Chere menggigit jarinya. Ia bahkan tak tahu apa yang harus dia lakukan, intuisinya berkata bahwa pembunuhnya ada di kantor tempat ia bekerja selama ini. Rian melacak ponsel Danilla, namun ponselnya berada di loker kantornya. Mereka membongkar loker tersebut, namun ponsel Danilla mati. Rekaman CCTV menunjukkan bahwa Danilla ada di kantor hingga pukul 20.00. Lalu ia mengemudi ke arah rumahnya. Faktanya, Danilla menghubungi Chere di rentang pukul 19.30-20.00. 

Rizky menghampiri Porsche yang berada di ruang loker, ia menjelaskan sesuatu, menunjukkan ponselnya “Kemarin dia nggak sama aku. Kayaknya lembur sendiri. Dia pamit sama aku mau lembur sampai jam 9,” Jelas Rizky yang tidak kalah paniknya. Rizkypun mengaku, malam itu ia ditelpon Danilla pukul 19.45. Namun ia tak mengangkatnya karena sedang tidak enak badan malam itu. 

“Tunggu tunggu. Siapa yang punya akses ke rubanah calon bar, mas?” Tanya Porsche pada Rizky dan Rizky hanya menjawab satu kata, Maintenance. Porsche mencatat semua untuk agenda berikutnya. Namun, saat ini fokusnya hanyalah Danilla. 

Chere mendapatkan telepon dari Faizal. Ia mengatakan bahwa ia menemukan mobil Danilla di rumah makan mie yang cukup ramai. Sudah semalaman mobil itu disana. Porsche, Rian, Chere dan Rizky segera menuju lokasi. Nomor telepon Faizal kebetulan berada di dokumen yang ada di mobil Danilla, jadi pihak resto langsung menghubunginya. Entah bagaimana mereka bisa membacanya melalui jendela mobil. Porsche dan Rian mengecek mobil Danilla, kamera dashboard, dan CCTV resto tersebut. Terlihat memang Danilla tidak makan di restoran tersebut. Malam itu, sesuai yang tertangkap di CCTV, Danilla membuka mobilnya lalu berjalan tergesa-gesa menuju selatan. Setelah keluar dari pagar restoran, Danilla dirangkul (hampir didekap) oleh seorang pria dan berjalan ke arah barat. Entah apa motivasinya Danilla memarkirkan mobilnya disini, namun tampak dia tak baik-baik saja. Hingga mereka menyadari bahwa arah selatan itu adalah pos polisi, Danilla mungkin memarkirkan mobilnya di restoran karena menylamur pria itu. Agar pergerakannya tak terlalu kentara. 

Pencarian Danilla mulai dilakukan, selama hampir lima jam pencarian itu diadakan. Hingga malam menjelang. Area penyisiran mereka semakin luas ke arah barat. 

“Danilla disini!” Chere berteriak sambil menangis. Ia menemukan Danilla di kolong jembatan, di samping sungai. Danilla masih bernafas dan tampak menggigil. Tubuhnya dipenuhi oleh luka lebam, badannya juga kotor oleh rumput kering dan tanah. Rambutnya juga basah dn kotor seperti habis berenang di sungai itu. Chere memeluk Danilla, memakaikan jaketnya. Rian, Porsche dan semua detektif berhamburan ke arah Danilla dan Chere. Mereka memanggil ambulans, Chere, Faizal, dan Rizky mendampingi Danilla yang sudah lemah tersebut sampai ke rumah sakit. Danila memberikan isyarat pada Chere untuk merogoh sakunya. Chere merogoh saku baju Danilla,ia mendapati sebuah kertas basah yang hampir robek. Kertas itu bertuliskan @winterfox. Chere langsung memfotonya dan mengirimya ke Porsche. 

Pemulihan Danilla begitu cepat. Ia pulih setelah sehari ditangani. Namun ia menutup mulut pada Chere dan yang lainnya. Seolah takut dengan apa yang dialaminya. Ia hanya bercerita, ada seseorang membiusnya saat keluar dari mobil. Pria itu lalu memukulinya dan berusaha menenggelamkannya. Danilla pura-pura mati dan berenang diam-diam ke tepian yang jauh dari tempatnya ditenggelamkan setelah pria itu pergi. Ia menyampaikan kronologinya namun tak menyampaikan siapa pria itu. 

“Aku takut, Cher. Jangan cari tahu dia,” Ucapnya terakhir sebelum Porsche datang dan memaksa Danilla untuk membuka mulut. 

“Porsche! Jangan paksa dia!” Hardik Chere ketika Porsche sudah mulai kehilangan kesabarannya. 

“Kebungkaman mu akan membunuh puluhan wanita disana. Kamu tahu nggak mbak kalau…,” Porsche memajukan badannya, mengintimidasi Danilla. 

Lihat selengkapnya