Tim sudah sampai di hutan pantai. Suasana malam itu begitu mencekam, ditambah suara deburan ombak dan telepon Porsche yang tak kunjung dijawab oleh Chere. Mereka menemukan sebuah truk box terparkir di hutan pantai. Sayangnya, truk box itu terkunci.
“Agustina, bisa mendengar kami?” Ucap Porsche.
Agustina merintih, berusaha menjawab sebisa mungkin meskipun sudah agak cadel, “Iyaa,”
Seorang wanita paramedis maju memberikan wejangan kepada Agustina, “Agustina, apa yang kamu rasakan?”
“Panas, dingin..”
“Detektif, kita harus cepat. Hipotermia nya sudah tahap klimaks,” Lanjut paramedis tersebut. “Agustina, dengarkan saya. Yakinlah kamu akan selamat, gesek-gesekkan tanganmu sekarang ya sampai kamu merasa hangat,”
“Hitung satu sampai tiga puluh. Saya mau dengar kamu berhitung,” Lanjut sang paramedis. “Gerakkan badan kamu. Tendang dinding ya, jangan berhenti sampai kamu merasa hangat,”
“Ndak kuat kak, aku mau tidur,” Jawabnya. Namun ia tetap berhitung.
Para detektif berusaha membuka box tersebut karena kunci memang tidak ketemu. Sang pengemudi pun kabur entah kemana. Hujan gerimis mulai melanda, mereka sudah berusaha mencongkel dan menggergaji kunci. Namun sulit.
“Dua puluh sembilan,” Masih terdengar Agustina yang berhitung dan menendang nendang dinding box.
“Detektif tolong segera!” Wanita paramedis semakin panik.
“Tiga puluh,” Agustina lalu diam. Beberapa menit kemudian, pintu terbuka.
Syukurlah, nafas Agustina masih ada meskipun pendek. Ia masih dalam keadaan tangan terikat namun ia berusaha merangkak ke pojokan dan menendangi tembok box agar setidaknya lebih hangat. Ia pingsan, paramedis memberinya selimut yang tebal dan ia segera dibawa ambulans ke rumah sakit.
“Hari yang melelahkan. Terimakasih mbak Lisa dan teman-teman sudah mau bergabung dalam misi ini,” Ucap Porsche pada paramedis wanita yang memang ditinggal itu. “Jika mbak Lisa tidak ada disini, mungkin dia sudah menyerah duluan,”
“Jangan terlalu banyak memuji, Porsche. PR kamu masih banyak. Mbak doakan, pembunuh itu segera tertangkap ya,” Lisa, sang paramedis itu menepuk pundak Porsche, “Bentar ya, aku ke kamar mandi dulu. Jangan tinggalin aku. Disini angker,”
Para detektif dan forensik memeriksa tempat tersebut. Mereka menemukan beberapa sidik jari namun sesajen tadi tidak ditemukan. Mereka menyimpulkan kalau pria bertopeng rubah hanya menggertak saja.
Itu kesimpulan sementara hingga terdengar pekikan teriakan Lisa dari kamar mandi.
“ASTAGA. KELUAR KAMU BANGSAT!” Teriak Porsche kesetanan saat mendapati Desi yang terduduk tak bernyawa di kamar mandi. Ia mengalami luka di bagian pelipisnya. siku dan lututnya juga terluka. Sesajen itu ditemukan di dekat tubuh Desi, tak lupa dua sepatu Desi tertata rapi dengan dipenuhi tanah. Untuk pertama kalinya, Porsche menangis.
Sebuah perekam suara langsung berbunyi, “Ini hukumanmu, Porsche! Kota Wina di bulan Desember kan musim dingin? Kamu tidak sadar, selama live itu, aku memberhentikan lokasinya di Austria? Seharusnya kamu fokus pada dia, wanita yang baru-baru ini open BO. Kenapa dia open BO? Karena kamu abaikan, Porsche. CELAKALAH WANITA YANG BERBUAT KHIANAT, MEREBUT SUAMI ORANG DAN MENJAJAKAN DIRINYA!”
“JANCUK! TUNGGU WAE TAK KULITI RAIMU!”
Ia membawa senjatanya lalu berkeliling pantai dengan emosi.
“Rian, kejar dia. Dia kalau udah misuh pake bahasa Jawa, berarti sudah lupa diri,” Perintah Sita kepada Rian. Rian lalu mengejarnya.
“Porsche, Apa yang terjadi?” Chere menemukan Porsche yang sudah terduduk tak berdaya di pasir pantai sambil berteriak.
“Aku kesini mau ngasih ini. Ini ada di bawah kolong kosanku. Maaf, tadi aku lembur dan…” Chere memberikan foto Desi dengan pose mirip dengan pose Yuki, Elsa, dan Embun. Mata Porsche merah darah.
“Siapa kamu Chere? Kenapa semua berhubungan sama kamu?” Porsche memborgol tangan Chere.
Chere kebingungan “Apa yang terjadi?”
“Wina…”
Belum sempat meneruskan perkataannya, Rian sudah datang dan mengapit Porsche. Detektif lain membuka borgol tangan Chere, “Tambah sinting ya kamu. Kalau kamu begini, akan ada berapa Wina lagi, hah?” Rian menghapus air matanya.
“Jadi Wina…”
“Iya, seperti wanita-wanita sebelumnya,” Jawab Rian yang diikuti tangisan dari Chere.
“Aku bersumpah akan membantu kalian menyelesaikan kasus ini. Jangan nyalahin diri sendiri terus, Porsche. Ayo kita tangkap pembunuh itu!” Ungkap Chere hendak memeluk pria dengan mata kosong itu. namun Porsche tidak menggubrisnya, malah berlari ke arah pantai.
Ia berjalan terus ke arah laut hingga Rian dan Chere menariknya kembali. “Aku gagal, seandainya tadi nggak mengabaikannya. Seandainya aku ngomong baik-baik sama dia. Seandainya aku nggak egois,”
Chere menampar Porsche keras. “Nggak guna kamu kalau terus-terusan gini. Dengerin aku, wanita-wanita musim dingin lainnya butuh kamu, Agustina butuh kamu. Lihat aku, lihat aku,” Chere mengangkat dagu Porsche.
“AKU BUTUH KAMU,” Ucap Chere dengan penekanan itu. “Tangkap dia dan hentikan siklus busuk ini. Cuma kamu yang bisa!”
Dia ternyata hanya mengincar seseorang dengan nama musim dingin dan yang memang problematik. Porsche menyesal. Bagaimana ia mengabaikan petunjuk yang begitu terlihat? Entah bagaimana lagi ia harus menghadapi dunia.
Ia menyampaikan semua yang dipendamnya selama ini pada Chere. “Kamu tahu kan aku mencurigai Coffee? Kamu tahu kan aku berada di kantormu sebelumnya? Itu karena Coffee,”
Pak Hermanto mempunyai dua anak laki-laki yang bersekolah di Finlandia. Pak Hermanto dari dulu tidak mempublikasikan nama kedua anak lelakinya tersebut karena persaingan bisnis sangat kotor dan memang pak Hermanto dulu terjerat kasus korupsi. Setelah dinyatakan bersih, kedua anak laki-laki pak Hermanto itu belum juga dipublikasikan nama dan wajahnya. Karena pak Hermanto membeberkan skandal yang lebih besar, jadi ia takut akan terjadi sesuatu kepada anak-anaknya. Hanya Emiliana Hermanto yang sudah terpublikasikan wajahnya. Karena ia adalah politikus muda. Musuhnya termasuk Chandra, bandar narkoba yang ditangkap 20 tahun lalu dan kabur saat akan dieksekusi.
Sepuluh tahun yang lalu ada kasus Anggita dengan tersangka Hadi Hermanto. Namun nyatanya, Hadi Hermanto sudah meninggal lama. Otomatis, kepolisian memeriksa anaknya, Johnny Hermanto. Namun, Johnny Hermanto tidak terbukti bersalah karena sudah lima tahun ada di Finlandia. Hingga beberapa bulan kemudian ia pulang dan membangun cafe yang sekarang sudah memiliki 10 cabang.
“Satu tahun kemudian anak tengah pak Hermanto, Mark Hermanto lapor ke kami kalau anggota keluarganya hilang,”
“Tetapi beberapa bulan kemudian laporan tersebut dicabut oleh Mark. Dan mereka tidak pernah muncul setelah itu,” Lanjut Porsche.
“Aku dengar anak sulung pak Hermanto yang warga negara Finlandia datang buat gantiin beliau. Nggak ada yang tahu namanya. Setelah tahu namanya Coffee, aku jadi tambah curiga,”
“Biasanya orang tua memberi nama anak dengan vibes yang sama. Kayak adikku namanya Audi hahahah. Nah, kayaknya kok aneh gitu aja punya anak namanya Mark, Emiliana, dan Coffee. Sebenarnya nggak berdasar sih. Nah aku minta sama atasan untuk membuka kembali kasus Anggita, dan disetujui. “
“Jadi kamu mengira kalau Coffee anggota jaringan itu? Jaringan gangster yang kita temui di bar waktu itu? Kemungkinan pak Hermanto dan keluarganya juga dihabisi oleh gangster itu juga kah seperti pak Ady?” Lanjut Chere menebak. Porsche mengangguk.
“Kamu nuduh Coffee adalah anggota gangster yang dipimpin @winterfox yang ada dibalik semua kasus ini dan nyerang Danilla? Katanya tadi dia tadi ada di kantormu, bahkan sampai hampir berantem sama Wesley?” Bantahnya kemudian.
“Nggak tau. Bingung aku, Cher,”
“Ada ya orang sekejam ini pada wanita? Gilanya lagi, konten ini dijual dan ada yang membelinya dengan harga yang mahal,” Pungkas Porsche kemudian pergi menuju TKP dengan kaki yang lesu.
“Maafkan aku, Desi. Harusnya ini nggak terjadi,” Gumam Porsche ketika tubuh Wina diperiksa oleh tim forensik.
Dokter Richa menepuk pundak Porsche yang termenung tidak bisa berbuat apa-apa saat tubuh Wina dimasukkan ke ambulans forensik, “Aku gak nyangka ini terjadi sama kamu. Rian dan yang lain juga hancur kayak kamu. Kami akan bantu semaksimal mungkin agar ini jelas,”
Porsche tersenyum, seolah ada harapan datang bersamaan dengan janji dokter forensik itu. “Terima kasih, Dokter. Mohon bantuannya,”
***
Seperti biasa, kabar itu sudah tersebar. Satu wanita terselamatkan, namun wanita yang lain terabaikan dan harus berjuang sendiri meskipun akhirnya menyerah. Channel youtube misteri bahkan sudah menarasikan penyelamatan Agustina sebagai prank tersadis dekade ini. Berita besar ini membuat masyarakat semakin ketakutan. Jabaran detektif yang sangat vulgar pada siaran langsung itu juga menjadi trending.
“So, what do you think guys? Apakah menyelamatkan seorang berarti mengorbankan yang lain? Tulis pendapat kalian dibawah, guys. Semoga pelaku yang terorganisir ini segera tertangkap. Hope Agustina’ll recovery soon and for Desiana Wina Amalia, it’s really break my heart but hope she rest in peace,”
Setidaknya youtube itu yang paling normal menarasikan kasus ini. Yang lain hanya menjelek-jelekkan kinerja Porsche dan kawan-kawan yang sedang hancur. Iya, Wina sangan pas dengan kriteria korban @winterfox. Ia juga tak punya keluarga, mantan suaminya yang politisi itupun sudah melepehnya karena kasus open BO 100 juta itu. Satu rahasia kecil, Wina berselingkuh dengan politisi itu bahkan sejak Porsche masih berkencan dengannya. Politisi itu saat berkencan dengan Wina juga sudah beristri.
Laporan forensik sudah keluar. Ditemukan sidik jari Bayu di truk itu, namun bersih di kamar mandi TKP. Wina tewas karena benturan keras di kepalanya, kakinya patah di bagian tulang kering.
“Desiana Wina tidak ada di kursi kemudi, melainkan di kursi belakang kemudi melihat luka di kepalanya dan kakinya juga patah. Kemungkinan mobilnya terguling ke kanan karena luka paling dominan ada di bagian tubuh sebelah kanan. Luka lebam ada di lengan sebelah kanannya, kemungkinan karena tangan itu menahan tubuhnya dari benturan. Tidak ada bekas sabuk pengaman di tubuh Desiana yang terbentur,” Dokter Richa menjabarkan penemuannya.