The Wintergreen

Iis Susanti
Chapter #1

Bab 1

Claire mengikuti kelas Mr. Sam. Mr. Sam merupakan salah satu dosen idola di kampusnya, Universitas Indonesia, tak terkecuali bagi Claire. Selain karena ketampanan dan luasnya pengetahuannya, mahasiswi juga menyukai gaya mengajar Mr. Sam yang santai tapi sangat menginspirasi. Di usianya yang sudah sangat matang, Mr. Sam belum juga menikah. Sudah menjadi rahasia umum, Mrs. Stefany menyukai Mr. Sam. Namun, sepertinya cinta Mrs. Stefany bertepuk sebelah tangan. Tidak pernah ada gosip mereka berkencan. Padahal, Mrs. Stefany adalah sosok yang sempurna di matanya, cantik, pintar dan bukan tipe dosen killer. Namun, segala kelebihan itu sepertinya belum bisa meluluhkan hati Mr. Sam.

Sudah tidak ada jadwal kuliah lagi, Claire keluar dari kampus menuju cafe Summer Freak, tempatnya bekerja. Sudah dua tahun ini, ia menjadi waitress part time di cafe itu. Di cafe Claire berteman baik dengan Deryl. Deryl yang mempunyai perawakan tubuh tambun dan pendek itu mempunyai kepribadian yang menyenangkan, ia juga kerap melontarkan joke - joke saat mengobrol, sehingga tidak membosankan. Deryl bekerja sebagai barista sekaligus tea mixologist di cafe. Tea mixologist merupakan pekerjaan meracik teh dan mencampurnya dengan bahan - bahan lain untuk menambah rasa dan memberi keunikan pada minuman teh. Deryl yang sudah bekerja selama 4 tahun di cafe kadang suka mengeluh tentang gaji yang didapatnya. Ia merasa gaji yang diterimanya kurang layak, kurang sesuai juga dengan pekerjaan dobelnya. Ia sempat berpikir untuk resign tapi karena belum ada pekerjaan lain yang cocok dengannya, ia lebih memilih bertahan.

Deryl seorang single parent. Ia mempunyai dua anak kembar dari pernikahannya sebelum bercerai. Kabar yang didapat istrinya sudah menikah lagi dengan pengusaha kaya. Namun, malang bagi anak Deryl, ibunya belum menjenguknya sama sekali sejak perceraian itu. Deryl sendiri belum memikirkan untuk menikah lagi. Anak kembarnya diasuh oleh neneknya yang tak lain ibu Deryl. Deryl kadang suka mengajari Claire membuat latte art yang merupakan salah satu keahliannya. Jika ada pelanggan yang memesan espresso dan cappucino dengan hiasan latte art diatasnya, Claire senang mengamati hasil karya Deryl. Sungguh memikat. Dalam menghias kopi - kopi itu Deryl menggunakan teknik free pour sampai etching yang pernah dipelajarinya saat mengikuti pelatihan. Bentuk hiasan yang dibuat Deryl pun unik - unik sesuai permintaan pelanggan, dari bentuk hati, bunga tulip, rossetta sampai bentuk hewan - hewan lucu seperti angsa dan panda, benar - benar eye catching.

Sampai detik ini, ia merasa betah bekerja di cafe, meski kadang mendapat perlakuan yang kurang senonoh dari pelanggan pria. Selama masih dalam batas wajar, Claire hanya bisa mengumpat dalam hati, meski sebenarnya sangat jengah dan ingin rasanya meninju muka pelanggan - pelanggan nakal itu. 

Hari itu adalah perayaan Thanksgiving. Meski para pegawai tidak merayakannya, pemilik cafe yang aslinya merupakan WNA USA pasti melakukan perayaan di cafe itu jika waktu Thanksgiving sudah tiba. Mr. Paul, pemilik cafe berganti kewarganegaraan setelah menikah dengan wanita Indonesia. Di Amerika sendiri Hari Thanksgiving merupakan Hari Pengucapan Syukur yang bermula tahun 1619 oleh koloni Inggris di Perkebunan Berkeley, Virginia. Kalkun menjadi hidangan utamanya karena itu disebut "Hari Kalkun" juga. Pegawai, Manajer SDM dan Pemilik cafe pun turut merayakan Thanksgiving saat cafe mulai sepi pengunjung. Minuman jus buah, beberapa varian coffee dan tea, pumpkin pie dan hidangan utamanya kalkun panggang yang sudah dipotong - potong rapi dengan semangkuk penuh saus cranberry, potongan - potongan sayur serta kentang tumbuk tersaji di meja. Mereka semua bergembira di malam perayaan itu diiringi lantunan musik berirama energik. Claire juga tampak antusias menikmati acara dan sajian makanannya. 

Perayaan Thanksgiving selalu mengingatkannya pada perkenalannya dengan Crystal, teman sekamarnya di asrama. Tahun lalu, perayaan Thanksgiving pertamanya, perayaan ini membuat Claire pulang telat ke asrama. Raut mukanya yang masam menandakan tubuhnya sudah lelah. Ia membuka pintu kamar yang sebelumnya sudah dikunci. Claire sedikit heran ketika melihat lampu kamarnya menyala. Seingatnya sebelum pergi ke kampus, semua lampu sudah dimatikan. Claire berjalan mengendap - endap sambil mengeluarkan semprotan lada dari dalam tasnya. Semprotan itu akan digunakan sebagai senjata jika benar ada maling masuk ke kamar sesuai dugaannya, meski ia tidak yakin ada maling mau ke kamarnya karena memang tidak ada barang berharga di dalamnya. 

Lihat selengkapnya