Claire semakin ingin mencari tahu apa gerangan yang menyebabkan suara berisik itu. Semakin melangkah jauh meninggalkan lift, ia bisa menduga ke arah mana suara itu berasal. Ruangan yang tak asing baginya. Ruangan yang biasanya ia kunjungi seminggu sekali. Sekarang Claire berdiri hanya berjarak satu meter dari ruangan itu, ruang binatu, benar saja dugaannya itu suara manusia. Tapi… bukan hanya tiga atau empat suara yang terdengar, hampir sepuluh mungkin lebih. Perempuan - perempuan itu berkumpul di luar ruangan. Claire mencermati sikap aneh mereka, ada yang menutup hidung, ada yang menutup mulut, ada yang menggigit - gigit jari dan beragam ekspresi lainnya yang masih sulit untuk ditebak. Ia melangkah mendekati kerumunan. Tak memerdulikan lagi pandangan ganjil dan kesal perempuan - perempuan penghuni asrama saat ia mendesak masuk lebih dalam untuk menggapai sisi ruangan dan menjawab rasa penasarannya. Mulutnya ternganga, nafasnya tertahan, tubuhnya seketika lemas melihat apa yang terjadi di depan matanya. Genangan cairan merah segar yang sudah mulai membeku memenuhi beberapa petak lantai. Makhluk hidup berukuran kecil yang sudah tak hidup lagi tergeletak dengan kondisi yang mengenaskan. Perutnya terbelah dan izi perutnya berhamburan keluar. Jarak beberapa langkah dari makhluk itu tergeletak pisau dapur yang ternodai oleh darah. Perutnya langsung mual. Parahnya, ia mengenal makhluk kecil tak berdosa itu. Seseorang telah membunuh Snowy, kelinci putih milik Claire.
Peristiwa terbunuhnya Snowy merupakan pukulan telak baginya. Sebenarnya ia ingin mencari tahu siapa pelaku dan tujuannya. Namun, barang bukti telah dimusnahkan petugas asrama. Mereka tidak ingin ada polisi ataupun penyelidikan dan berupaya mengembalikan lagi ketenangan asrama seolah hal mengerikan itu tak penah terjadi. Bahkan mereka pun tidak bertanya siapa pemilik kelinci itu. Mereka hanya mengatakan "Tidak boleh ada hewan peliharaan lagi di asrama, jika terjadi lagi, pemilik akan dikeluarkan dari asrama.". Shit !.
Suatu waktu saat di asrama, Claire berdiri terpaku sendiri melihat ke sekeliling ruangan. Matanya berhenti menuntunnya pada tempat tidur Crystal. Tak ada yang aneh. Semuanya normal sampai… Claire melihat sesuatu di kolong bawah tempat tidur Crystal. Tidak mencolok mata memang tapi cukup membuat rasa penasaran membuncah. Ia melangkah mendekati sisi kasur, berjongkok dan tangannya bergetar meraih benda di ruang gelap dan kosong itu. Kubus berwarna gelap itu bergeser dari posisi semula dan saat ini sudah ada di hadapannya. Sekilas mata terlihat hiasan tulisan bertinta emas di atas kotak gelap itu, terbaca :
KULAM
Indigenous Philippine Religions
Claire terbelalak dan dahinya berkerut. Apa maksudnya ? Sial ! Terkunci !!!.
Bunyi pintu berdecit mengagetkannya, ia bisa menduga bunyi apa itu. Ia langsung menggeser kotak itu ke posisi semula dan bergerak beberapa menjauhi tempat tidur dan berlagak tak melihat hal yang aneh. Sosok bayangan muncul di ambang pintu.
Besoknya, Claire duduk sendiri di kursi dalam keremangan cahaya. Ah, seandainya Snowy masih hidup, akan kumanja - manja dia. Claire melihat sekeliling tak nampak kehadiran aroma tubuh Crystal di kamar asrama itu. Ia baru saja menghubungi Crystal untuk menanyakan dimana ia saat ini tapi ponselnya tidak aktif. Dalam kesendirian itu ingatan Claire mengarah pada kunjungan ke rumah Crystal saat musim panas lalu. Ia mengagumi kehangatan yang diberikan oleh orang tua Crystal pada orang asing yang baru dikenal. Perlakuan hampir sama yang diberikan oleh orang tua Claire pada teman - temannya. Ia tersenyum kecut. Namun, ada satu hal yang mengusik pikirannya saat itu mengenai perkataan mama Crystal. Mamanya pernah menanyakan pada dirinya tentang obat yang diminum Crystal. Beliau bertanya apakah Crystal rutin mengonsumsi obat itu. Obat apa ? Crystal tak pernah sekalipun menyinggung mengenai obat yang saat ini dikonsumsinya. Ia beranjak dari kursi dan mendekati tempat tidur Crystal. Claire ingin mencari tahu obat apa yang dimaksud mama Crystal. Mata tajamnya mengarah pada meja berlaci yang disamping tempat tidur. Dengan posisi berjongkok ia membuka laci meja, berharap menemukan obat itu. Bingo ! Wadah tabung plastik berukuran mini berisi beberapa kapsul tergeletak di laci. Dahinya mengeryit. Ia memutar wadah itu dan membaca tulisan yang sulit dipahaminya. Ia langsung memasukkan wadah kapsul itu ke saku celana jeansnya untuk mencari tahu lebih dalam mengenai obat itu. Usai merasa tak menemukan hal yang mencurigakan lagi di laci itu, ia menutup laci itu dan beralih ke laci di bawahnya. Ada buku diari Crsytal disana. Hati Claire bergejolak. Ia tahu buku diari adalah rahasia tertulis perempuan dan tidak boleh ada yang membacanya selain si penulis. Namun, keadaanlah yang memaksanya untuk mengambil buku diari itu. Dengan tangan gemetar dan keringat dingin yang sedikit membasahi tubuhnya ia membuka lembaran diari itu. Tak tampak tulisan - tulisan yang mengarah ke hal yang ganjil di lembaran - lembaran awal diari, sampai… ia menemukan foto di dalam diari itu yang membuat tubuhnya bergidik hebat.
Claire tak berkedip menatap foto dirinya bersama dengan Morgan yang terselip diantara lembaran diari milik Crystal. Hal ini berarti sesuai dengan perkataan Viola beberapa saat lalu kalau dirinya pernah tak sengaja memergoki Crystal sedang mengambil gambar dirinya dan Morgan saat di taman secara diam - diam. Namun, yang membuat Claire tertekan adalah adanya tanda silang warna merah tepat di foto muka Claire tapi tanda itu tak tampak di foto muka Morgan. Bulu kuduknya langsung berdiri. Ia mengambil foto itu dan menyelipkannya di celana bagian belakang. Claire mengumpulkan keberaniannya dan melanjutkan kembali membaca tulisan - tulisan Crystal. Di bagian kalimat yang ditulis oleh Crystal, Claire memahami arti foto kebersamaan Crystal dan Morgan yang pernah ditemukannya di rumah Crystal. Isi tulisan itu sepaham dengan intuisi Claire yang mengatakan mereka memang mempunyai hubungan sebelumnya. Ternyata di masa lalu mereka sudah saling mengenal. Dalam curahan hatinya, ia mengatakan memendam perasaan yang mendalam pada Morgan, Crystal mencintai Morgan. Di lembaran diari selanjutnya, semakin membuat tubuh Claire berkeringat dingin. Crystal yang cemburu pada Claire telah melakukan pembunuhan keji pada hewan yang tak bersalah, siapa lagi kalau bukan Snowy. Ia juga berencana akan melakukan tindakan pada Claire sebagai bentuk luapan kebencian tapi tak disebutkan tindakan apa gerangan. Claire terbelalak tak memercayai apa yang baru saja dibacanya. Ia segera menutup diari itu, meletakannya di tempat semula dan menutup kembali laci meja. Saat berbalik arah dari laci meja sekilas terlihat olehnya kotak gelap di kolong tempat tidur yang belum sempat dibukanya. Ia merangkak menghampiri kotak itu lalu menggesernya dari posisi semula. Kotak gelap itu terkunci oleh gembok saat Claire berusaha membukanya. Ia kembali ke laci meja dan berusaha mencari kunci gembok yang mungkin saja tersimpan disana. Ketemu !. Ia berbalik ke kotak gelap dan membukanya secara perlahan - lahan. Ketika kotak sudah terbuka… mulutnya ternganga melihat isi di dalamnya. Ada boneka warna putih seperti boneka vodoo yang pernah dilihatnya di tv, tali putih, potongan kain warna hitam, dupa, selembar kertas putih yang ketika dibuka seperti tulisan mantra kuno. Tubuhnya seketika bertambah merinding. Ia segera menutup kotak itu, menggemboknya kembali, menggeser kotak ke kolong dan meletakkan kunci ke tempat semula. Claire mengambil gambar tulisan bertinta emas di atas kotak itu dan segera bergegas meninggalkan kamar asrama dengan menggotong tas ransel. Apa ini yang dimaksud Crystal dengan melakukan tindakan pada dirinya ?.
Claire pergi ke perpustakaan kampus dan menelpon Ryan, orang yang dipercaya bisa melindunginya saat ini. Ryan yang sudah sampai di perpustakaan menghubungi Claire dan memintanya untuk keluar dari perpustakaan. Tak berselang begitu lama, Claire muncul dari pintu keluar perpustakaan dengan mata sembab. Ryan berlari menghampiri Claire lalu menanyakan apa yang terjadi. Claire mengatakan akan menjelaskannya di mobil. Ryan melingkarkan tangannya ke bahu Claire dan melangkahkan kaki mereka menuju mobil. Di dalam mobil, Claire menunjukkan wadah kapsul dengan label tulisan Escitalopram pada Ryan.
"Obat apa ini, Claire ? Kau mengkonsumsinya ?"
"Bukan aku tapi Crystal. Aku mencari tau mengenai obat ini di perpustakaan. Kurasa Crystal mengalami depresi dan kecemasan tapi melihat isi kapsul masih banyak aku yakin dia tidak rutin minum obat ini. Waktu berkunjung di rumahnya, mamanya sempat bertanya padaku, apa Crystal rutin minum obat tapi sebelum beliau menjelaskan detail Crsytal menghampiri kami dan mamanya tidak melanjutkan kata - katanya. Sekarang aku yakin maksud mamanya kala itu adalah obat ini, Ryan."
"Apa ada hal aneh yang kau lihat selama kalian sekamar ?"