Dengan napas terengah - engah, Claire menghentikan langkah kakinya. Ia memutuskan untuk tidak lagi mengejar rusa putih itu. Dalam pandangannya berjarak dua meter, ia melihat sesosok terbaring di tengah hutan. Ia melangkah perlahan mendekati sosok itu. Langkah kakinya berderap diantara daun - daun yang sudah berwarna coklat dari ranting pohon yang gugur berjatuhan. Jarak diantara kedua orang itu hanya setengah meter. Claire berteriak sambil menutup mulutnya, saat melihat sosok tak berdaya itu tertelungkup bersimbah darah yang sudah mengering. Darah tampak terlihat jelas di kaosnya yang berwarna abu - abu. Ia melangkah semakin dekat dan sudah berdiri tepat di samping sosok pria yang tergeletak itu. Ada lubang menganga di punggung pria itu. Peluru telah merobek kulit punggungnya.
Pria itu terbujur kaku tak sadarkan diri antara pingsan atau sudah meninggal. Dengan bersusah payah, Claire membungkuk dan membalikkan tubuh pria yang berotot itu. Keadaannya berantakan dan menyedihkan, ia mengecek nadi di pergelangan tangannya. Nadinya masih berdenyut, masih ada tanda - tanda kehidupan pada pria itu. Claire panik hebat. Ia berdiri seketika dan berjalan berputar - putar untuk berpikir membiarkan pria yang mengenaskan itu lalu pergi meninggalkannya sendirian di belantara hutan atau menolongnya. Keringat meluncur deras dari dahinya menuju sekujur tubuhnya disamping cuaca sekitar yang memang sedang bersuhu panas. Setelah berpikir dan mempertimbangkan secara matang, ia akhirnya memutuskan untuk menolong pria itu demi alasan kemanusiaan. Claire berlutut kembali dan menepuk - nepuk pipi pria asing itu berharap ia sadarkan diri dengan cara itu. Pria itu tak bergeming. Claire menjulurkan tangan dan lengannya pada leher belakang pria menuju bahunya, berusaha untuk menggotongnya, menyeretnya atau apapun itu. Namun, bobot pria itu terlampau berat bagi tubuh kurusnya. Tak lama kemudian, ia melihat seorang bapak tua berjalan sambil menggotong potongan - potongan kayu yang diikat di bahunya, sekitar tiga meter lebih dari tempatnya berada. Claire berteriak memanggilnya sampai tiga kali, barulah bapak tua itu menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara. Dari kejauhan, dalam pandangannya tampak sosok wanita yang berlutut dan berteriak dan sosok yang terbaring kaku di lengan wanita itu. Dengan tetap menggotong potongan - potongan kayu Bapak tua itu berjalan mendekati Claire, ia kaget saat melihat sosok yang ada di di samping wanita itu tergeletak bersimbah darah.
"Ada apa, non ?"
"Saya juga ga tau, Pak, tolong bantu saya menggotong pria ini, Pak, dia masih hidup. Mmm… begini saja, apa rumah bapak masih jauh dari sini ? Kalau bapak mengizinkan kita bawa pria ini ke rumah bapak dulu."
"Iya, non, bawa saja ke gubuk saya, biar diobati disana, tidak terlalu jauh dari sini."
Kemudian, pria asing yang berjengggot dan berkumis itu diobati di gubuk Bapak tua dengan ramuan - ramuan herbal yang tumbuhannya didapat dari hutan kemudian ditumbuk dan dioleskan di luka bekas tembakan peluru. Sementara itu, Claire mendapat telepon dari Hailey. Hailey mengatakan, dirinya dan Viola sudah mencari Claire kemana - mana, takut sahabatnya itu mendapat bahaya seperti dimangsa hewan buas. Ia sudah berusaha menghubunginya tapi tidak ada signal di tengah belantara hutan. Barulah saat mereka berbalik arah untuk pulang dengan mengikuti alur batang - batang pohon yang sudah ditandai, signal kembali didapat. Claire menjelaskan apa yang baru terjadi pada Hailey. Claire mengatakan akan menjemput Hailey dan Viola dan memintanya untuk menjadi petunjuk jalan. Ia akan membawa sahabat - sahabatnya itu untuk ke gubuk karena ia merasa belum bisa pulang dulu dan meninggalkan pria asing itu sendiri sebelum siuman sebab ia yang pertama kali menemukannya. Dengan bantuan bapak tua itu, Claire berusaha mencari Hailey dan Viola dan membawa kembali potongan kayu yang tadi ditinggalkan di tengah hutan.