The Wintergreen

Iis Susanti
Chapter #7

Bab 7

Beberapa hari kemudian setelah ledakan di lapangan terjadi.

"CCTV saat itu sedang tak berfungsi, Pak", kata petugas yang berjaga di lapangan saat kejadian ledakan berlangsung.

"Shit !", umpat Ryan yang kesal pada diri sendiri.

Ryan yang telah bergabung menjadi detektif di Departemen Kepolisian dengan rekomendasi Hanz ditunjuk sebagai Kepala Detektif baru untuk mulai menyelidiki kasus ledakan bom yang terjadi saat kampanye. Dengan tidak ada rekaman video di CCTV, Ryan memutar otak mencari tahu bukti lain yang bisa digunakan untuk mengungkap pelaku kasus ini selain informasi dari saksi sekitar. Seorang saksi mata mengatakan pria berkulit putih setinggi kurang lebih seratus delapan puluh meter, badannya ramping, mengenakan jaket, topi, ransel di punggung berwarna hitam dan masker kain hitam bermotif untuk menutupi wajahnya melempar tas jinjing warna hitam yang dibawanya dengan tangan kiri di bawah panggung yang ada space kosong, saat Capres Renald berpidato. Aparat keamanan yang bertugas dan melihat kejadian yang mencurigakan itu langsung mengejar pria berbusana hitam - hitam itu yang sudah lari lebih dulu dalam kerumunan massa. Namun, tak berselang lama ledakam terjadi dan meluluhlantakkan panggung dan area sekitar diikuti bom lanjutan di area massa berkumpul saat mendengarkan pidato. Dugaan sementara, bom itu ditempatkan di tas punggung pria itu. Kemungkinannya pria itu melempar ranselnya saat sedang berlari untuk menimbulkan kepanikan massa dan memudahkannya lolos dari kejaran polisi, benak Ryan. Seorang pria yang bertugas di bagian forensik memberitahu Ryan kalau ia baru saja menemukan sebuah kotak warna hitam di Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang mungkin milik pelaku yang tertinggal atau sengaja ditinggalkan. Ryan menatap tajam kotak hitam yang sudah ada di dalam kantong plastik transparan itu. Ryan mengantongi kotak itu dan akan menjadikannya petunjuk untuk kasus ini.

Ledakan bom yang terjadi beberapa hari lalu masih menyisakan kesedihan dan luka yang mendalam bagi para korban yang selamat dan keluarga korban yang ditinggalkan. Peristiwa yang menewaskan tujuh puluh delapan orang itu masih menjadi santapan empuk media massa. Hampir semua stasiun televisi sibuk meliput berita menggegerkan masyarakat luas itu. Mereka mengutuk keras aksi ledakan bom yang terjadi itu. Sampai sekarang belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas kejadian itu dan belum tahu apa motifnya. Calon Presiden petahana Mr. Renald dikabarkan kritis dan tidak sadarkan diri karena terkena ledakan. Ledakan bom yang tepat terjadi di panggung tempat Mr. Renald berpidato mengindikasikan Mr. Renald merupakan target sesungguhnya dari ledakan itu dan penyelidikan mendalam untuk kasus itu masih terus berlanjut.

Akibat peristiwa yang terjadi, Claire mendapatkan beberapa luka di tangan dan kakinya, ia juga mengalami kesulitan berjalan. Kakinya terasa sakit jika berjalan. Ryan sudah membujuknya untuk berobat ke rumah sakit setelah kejadian itu tapi ia tetap menolak. Ia sendiri yang mengobati luka yang ada di tubuhnya dengan perlengkapan obat yang seadanya. 

Ponsel Claire berbunyi, ia salah duga, dipikirnya Ryan yang sedang menghubunginya. Ternyata, Morgan-lah yang menelponnya. Dalam percakapan itu, Morgan bermaksud mengajak Claire keluar jalan - jalan. Rupanya ia tak mengetahui kondisi yang baru saja dialami Claire. Suara Morgan berubah menjadi cemas saat mengetahui Claire sedang dalam kondisi tidak baik - baik saja dan baru mengetahui apa yang menimpa Claire saat ia menceritakannya. Morgan mengatakan akan segera datang ke tempat Claire untuk melihat kondisinya, Claire yang sempat menolak akhirnya luluh juga. 

Claire terkejut saat mendengar hasil diagnosa dari dr. Michael, dokter ortopedi, yang mengatakan ia mengalami patah tulang kaki setelah melihat hasil rontgen. Persis seperti yang dikatakan Ryan, mana mungkin, pikirnya. Claire terpaksa harus bermalam untuk beberapa saat demi mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit sampai kondisinya benar - benar pulih. Beruntung saat itu Morgan bersikeras merujuknya ke rumah sakit, tempatnya bekerja, kalau tidak mungkin ia masih kesulitan untuk berjalan dan beraktivas sampai sekarang. Mendengar kondisi yang menimpa Claire, teman - temannya di kampus dan cafe termasuk Ryan bergantian menjenguk Claire. Keluarganya yang ada di luar kota belum menjenguknya karena permintaan Claire. Ia tidak mau membuat mereka khawatir, padahal saat itu sahabatnya sudah berinisiatif untuk menghubungi Ayah Claire.

Lihat selengkapnya