Morgan dan Crystal bertemu tak sengaja saat istirahat siang di sebuah kedai kopi dekat dengan pusat perbelanjaan. Awalnya mereka terlihat canggung satu sama lain sampai Crystal membuka percakapan dengan menyapa dan menanyakan kabar Morgan. Morgan pun dengan ramah menyapa balik Crystal. Percakapan pun mulai mengalir diantara mereka sampai Crystal mulai membahas masa lalunya dengan Morgan. Ya, mereka sebenarnya sudah pernah saling mengenal bahkan sebelum Claire memperkenalkan mereka. Crystal yang memang sudah lama mencari keberadaan pria itu sangat terkejut bisa bertemu kembali dengan Morgan di momen yang tak disangka. Crystal memang mempunyai perasaan pada Morgan sampai sekarang tapi ia tak pernah mengungkapkannya, sehingga Morgan tidak pernah mengetahui perasaan wanita itu. Morgan pun juga tak pernah menyatakan rasa sukanya pada Crystal. Saat pertemuan, Morgan menawarkan pekerjaan pada Crystal di laboratoriumnya sebagai peneliti, pekerjaan yang masih berhubungan dengan jurusan kuliahnya. Morgan menjelaskan Crystal dapay bekerja di lab usai pulang kuliah. Gayung bersambut, Crystal pun menerima tawaran itu dengan senang meski ia belum tahu persis penelitian apa yang dimaksud oleh Morgan.
Claire yang masih belum mengetahui alasan kedatangan Ryan untuk menemui Mrs. Stefany mulai terpancing keingintahuannya. Ia yang hanya bisa menunggu dari luar ruangan Mrs. Stefany ketika Ryan dan dosennya itu membahas tentang sesuatu secara empat mata, tak ragu lagi untuk mengajukan pertanyaan. Ryan berlagak seperti sudah paham, Claire akan bertanya tentang itu, maka ia pun mengajak Claire ke cafe di dekat kampus. Kebetulan, Claire juga tak mempunyai jadwal perkuliahan lagi hari ini. Melesatlah mobil Ryan kemudian menuju Cafe Oak Root. Ryan memilih tempat di pojok ruangan yang terpantul cahaya matahari dan tak tampak pengunjung di depan dan samping kanan meja. Sempurna !. Ia tak ingin menarik perhatian sekitar karena ada yang ingin ditunjukkannya pada Claire. Mereka berdua mulai berdiskusi setelah memesan beberapa menu. Mimik muka Ryan tampak tegang. Tanpa banyak basa - basi, ia mulai mengutarakan apa yang ingin diketahui Claire.
"Mata emas ?"
"Ya, begitulah sebutan awalku dan Mrs. Stefany untuk benda itu karena kami belum mengetahui secara pasti simbol apa itu sebenarnya. Bisa mengarah ke banyak hal."
"Boleh aku melihatnya, Ryan ?"
"Bisa kau tunggu sebentar sampai pelayan datang membawa makanan kita ?"
Ryan mencoba meraba di tasnya untuk mencari kotak hitam setelah pelayan cafe datang membawa pesanan lalu pergi. Ia kemudian mengeluarkan kotak hitam dari tasnya setelah ketemu. Claire dengan ketidaksabarannya membuka kotak hitam yang ditunjukkan Ryan. Matanya seketika terbelalak melihat benda berkilauan di depan matanya. Ia mengambil dengan hati - hati benda itu dengan tisu melekat di tangan.
"Jadi benda ini yang tertinggal saat pengeboman di lapangan saat itu ? Apakah pelakunya sudah tertangkap ?"
"Sayangnya belum, aku masih mencari berbagai petunjuk yang ada, Claire, salah satunya melalui ini yang mungkin milik si pelaku."
"Wah, ini memang benar simbol iluminati, Ryan. Simbol Mata Satu. Sekarang aku mulai paham satu hal, alasan petinggi, politisi dan pejabat macam Pangeran Andrew yang matanya lebam saat menghadiri pemakaman Countess Mountbatten, pasti ada kaitannya dengan simbol mata satu ini."
"Iluminati shinner, stempel bagi anggota tingkat elite tapi tak pernah diakui."
"Eh, Ryan, aku melihat ada tulisan di balik mata emas ini tapi hurufnya acak."
"Iya.. itu cipher, kata Mrs. Stefany itu sandi Julius Caesar."