Sesampainya di kantor kedubes, ia bertemu dengan petinggi disana dan menceritakan semuanya mengenai latar belakang pelaku investasi bodong itu dan berbagai bentuk kejahatan besar yang dilakukan selama di Indonesia. Ryan meminta agar pelaku segera diekstradisi ke Indonesia. Petinggi di kedubes itu belum bisa memberikan jawaban yang melegakan hati Ryan. Petinggi itu meminta Ryan berkonsultasi dulu dengan Menkopolhukam mengenai proses ekstradisi tersebut karena sebenarnya tidak ada perjanjian ekstradisi antara negara Serbia dan Indonesia. Usai berpamitan, Ryan segera meluncur ke kantor Menkopolhukam, disana ia beruntung bertemu langsung dengan Pak Menteri yang saat itu sedang bertugas di kantor. Ryan pun mengemukakan hal serupa yang diutarakannya pada petinggi kedubes Serbia. Pak Menteri berjanji pada Ryan akan mengurus proses ekstradisi pelaku dengan bantuan kedua pemerintah.
Sepuluh bulan kemudian, Ryan tampak bersemangat ketika mendengar kabar akhirnya salah satu pelaku investasi bodong menggunakan skema ponzi bernama Anderson yang tak lain adalah Wallaby alias Morgan dapat diekstradisi ke Indonesia. Meskipun tidak ada perjanjian ekstradisi namun dengan hubungan baik kedua pemerintah negara lebih tepatnya hubungan timbal balik yang pernah terjadi diantara keduanya akhirnya membuat Morgan dapat diekstradisi ke Indonesia. Meskipun Morgan juga telah berbuat kejahatan di Serbia tapi dengan pertimbangan kejahatan yang dilakukan di Indonesia lebih besar akhirnya kedua pemerintah sepakat untuk mengadili Morgan di Indonesia. Sedangkan, Priston alias Sam tetap mendapat hukuman di Serbia kasus investasi bodong saja karena tidak terbukti membantu Morgan dalam kejahatan yang dilakukan saat di Indonesia. Kepulangan Morgan ke Indonesia membuat pemerintah mengundang media massa ke kantor Menkopolhukam. Para pers pun mulai meliput dan menyiarkannya secara langsung proses ekstradisi buron yang merupakan otak pengeboman di lapangan terbuka saat kampanye Capres Renald dan pembajakan pesawat komersil sehingga meluluhlantakkan gedung BEI, kedua peristiwa tersebut telah menelan begitu banyak korban tak bersalah. Proses ekstradisi untuk Morgan menggunakan penerbangan pesawat dari Serbia transit ke Singapore kemudian langsung meluncur ke Indonesia. Sementara itu, di kantor Menkopolhukam, para wartawan dan pers sudah menjejali halaman kantor untuk menunggu kedatangan buronan yang paling dicari.
Dikawal oleh beberapa petugas berseragam termasuk Ryan, Morgan dengan tangan terborgol menuruni tangga pesawat yang sudah berhenti di landasan pacu. Mereka melangkah menuju area dimana mobil sudah menunggu untuk menjemput buronan. Morgan dan petugas yang mengawalnya pun masuk ke dalam mobil lalu melesatlah mobil itu menuju kantor Menkopolhukam. Beberapa puluh kilometer melewati jalanan yang sempat diwarnai dengan kemacetan, mobil berhenti di depan halaman kantor. Dengan mata layu yang tampak lelah, Morgan berjalan sempoyongan dan kembali dikawal petugas saat beranjak ke pintu depan.
Para wartawan dan pers yang melihat kedatangan buronan paling dicari langsung bergegas mengerubunginya meminta sepatah dua patah kata dari bibir Morgan. Namun, Morgan hanya terdiam dan cukup terhenyak saat melihat keramaian yang muncul. Kedatangan Morgan menandakan acara segera berlangsung, beberapa pejabat penting sudah memasuki ruang konferensi pers dan duduk di kursi kayu dengan meja yang diatasnya sudah dilengkapi dengan mikrofon. Sementara itu, Morgan meminta duduk di belakang para pejabat penting itu. Tak berselang lama, konferensi pers pun dimulai, salah seorang pejabat langsung mengumumkan mengenai penangkapan buronan yang paling dicari dilanjutkan dengan cerita kronologi proses ekstradisinya. Pejabat itu pun memberikan waktu untuk pers dapat bertanya mengenai berita paling update itu. Menit ke empat puluh lima, konferensi pers dihentikan dan Morgan dikawal kembali menuju mobil melewati pintu belakang ruangan. Dengan langkah gontai, Morgan terus berjalan mengikuti petugas kemudian kembali menghirup aroma dalam mobil dan melesatlah menuju gedung Mabes Polri. Di gedung itulah, Morgan, tersangka pengeboman ditahan. Ia tercengang ketika harus meringkuk di dalam dinginnya sel penjara, sesuatu yang tak pernah terlintas dalam benaknya.
Ryan mengumpulkan bukti dan berkas untuk kasus Morgan sebelum diserahkan ke persidangan. Ia juga sudah telah lama membaca laporan dari Hanz saat meminta keterangan dari Catherine mengenai pembajakan pesawat sampai akhirnya merobohkan gedung BEI. Berdasarkan laporan Hanz, selain bom waktu yang ada di pesawat, pelaku juga membawa pisau, cutter dan sheet shaped explosive. Sheet shaped explosive itu digunakan untuk membuka pintu kokpit dalam pesawat dimana salah satu pelaku berusaha untuk mengambil alih pesawat. Pilot tertusuk akibat peristiwa itu begitu juga dengan seorang pramugari dan beberapa penumpang yang berusaha melumpuhkan pembajak dengan tabung pemadam kebakaran dan semprotan merica sebelum ledakan terjadi. Catatan kertas pemberian Ombesi yang telah dipindahkan ke file dalam komputer telah diingatnya. Pencarian identitas dan latar belakang Wallaby atau Morgan juga telah didapatkannya. Semua dokumen yang akan digunakan untuk mengadili Morgan dijadikan dalam satu map berukuran besar oleh Ryan. Ia beranjak dari ruang kantornya dan bergegas menemui pimpinannya, Mr. Ford. Di ruang kerja Mr. Ford, ia menyerahkan semua berkas itu dan menceritakan setiap detail kronologinya. Tak lupa, Ryan juga menyebutkan orang - orang yang turut serta terlibat dalam kasus penyuapan sesuai catatan yang diberikan Ombesi. Mr. Ford kaget ketika mendengar nama - nama yang disebutkan oleh Ryan karena mencatut nama petinggi negara yang pernah berkuasa. Usai memberikan semua informasi yamg dibutuhkan Ryan pun beranjak keluar dari ruang kerja Mr. Ford. Ekspresi muka pimpinannya itu tampak kebingungan saat Ryan menoleh ke arahnya. Ia pun memahami arti ekspresi muka itu.
Meskipun Morgan merupakan tersangka kriminal dengan beragam kejahatan yang telah dilakukannya tapi ada juga beberapa gadis yang mengidolakannya karena paras tampannya, kecerdasan dan kesuksesan yang dimilikinya. Saat persidangan Morgan akan digelar pagi ini, tampak para pendemo sudah berkumpul di depan halaman pengadilan. Para pendemo yang diantaranya keluarga dari korban pengeboman yang tewas membawa spanduk besar dan speaker berorasi menuntut tersangka dihukum berat bahkan dihukum mati. Namun, di sisi lain ada gadis - gadis muda yang datang membawa poster dengan foto Morgan dan ada tulisan I Love You serta kata - kata lain yang bernada mengidolakan bahkan yang lebih gila lagi ada yang terang - terangan berteriak ingin menjadi istri Morgan. Mereka malah memberikan dukungan pada tersangka pengeboman. Kejadian yang cukup unik itu memberikan hiburan tersendiri pada petugas berseragam yang sedang menjaga keamanan dan tak luput dari pemberitaan para wartawan yang akan meliput jalannya persidangan. Iring - iringan mobil tersangka kejahatan sudah mendekati gedung persidangan, tak ayal para petugas bergegas mengamankan pelaku yang sudah keluar dari mobil yang dikawal petugas berseragam juga, Ryan, Hanz dan Richard juga tampak di kerumunan itu. Memakai setelan hitam putih dengan rambut klimis, jambang yang sudah dicukur habis serta tangan terborgol, Morgan malah tak tampak seperti pelaku otak kejahatan yang telah menewaskan banyak korban tak bersalah. Gadis - gadis yang melihat penampilan Morgan mengelu - elukannya bak melihat artis k-pop. Morgan sempat melirik ke arah gadis - gadis yang membawa poster gambar dirinya itu dengan tatapan dingin. Petugas di belakangnya segera mendorongnya agar melangkah lebih cepat memasuki ruang persidangan melewati wartawan dan pers yang sudah mengurumuninya sedari tadi. Morgan melangkah memasuki ruang pengadilan, ruangan dipenuhi orang - orang berkepentingan yang sudah duduk. Saat Morgan lewat di tengah jalan diantara deretan kursi kanan dan kiri yang akan ikut menyimak jalannya persidangan, semua mata mengalihkan pandangan ke arahnya dengan tatapan sinis dan emosi. Ia bahkan bisa mendengar kata - kata cacian dan makian yang keluar dari mulut mereka. Tanpa mengindahkan perkataan mereka, ia mempercepat langkahnya ke meja yang disiapkan untuknya. Morgan segera duduk di kursi kayu dan dihadapannya ada meja panjang kayu. Tempat duduknya terletak bagian samping dekat dinding bersebelahan dengan pengacaranya yang sudah datang terlebih dulu. Ia terlibat percakapan dengan pengacaranya yang berambut keriting, Mr. Fernandez. Panitera pengganti, jaksa penuntut umum terlihat memasuki ruangan melewati pintu yang berbeda saat Morgan masuk tepatnya beberapa inci dari tempat duduk Morgan. Beberapa saat kemudian dari pintu khusus hakim memasuki ruangan persidangan yang membuat semua yang hadir termasuk JPU dan panitera pengganti berdiri dari kursi sebelum akhirnya panitera pengganti menyuruh semuanya kembali duduk. Acara persidangan itu secara langsung disiarkan di beberapa stasiun tv nasional.