Dave meraih tangan Sonya. “Dari mana saja kau ini? Aku mencarimu dari tadi siang.” kata Dave tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
“Aku tadi bermain dengan laki-laki itu.” Sonya menunjuk laki-laki yang ada di belakangnya.
“Bermain?”
“Ya.” Dave melihat ke arah laki-laki itu.
Laki-laki itu melambaikan tangannya, menyapa. "Halo," sapanya, lalu menatap Sonya. "Sonya, aku pulang dulu ya? Da."
Laki-laki itu kemudian pergi.
“Ayo pulang. Hari sudah malam. Ayah dan ibu pasti khawatir saat ini.” Dave lalu menggandeng tangan Sonya dan pulang ke rumah.
Cuaca Minggu pagi yang cerah menghampiri rumah megah dan mewah di sebuah perumahan elit di salah satu kota yang sibuk. Sonya si periang bangun lebih dulu dari kakaknya, Dave. Ia berlarian kesana-kemari bermain kejar-kejaran dengan salah satu pelayan yang disuruh orang tuanya untuk mengurus keperluannya. Dave sendiri baru bangun pada pukul tujuh lebih lima menit. Dave langsung berdiri di balkon dan melakukan pemanasan ketika beranjak dari ranjangnya. Sebenarnya bukan hal yang lumrah melihat Dave berolahraga di pagi hari, Dave juga melakukannya karena dia sudah tahu kalau jadwal hari ini tidak akan sama seperti hari Minggu biasanya.
Dave melihat ke halaman di tengah peregangan, sejenak memperhatikan Sonya yang tengah asyik bermain sendiri sementara seorang pelayan berusaha keras menyuapinya makan. Dave tertawa kecil, kemudian melirik dan memandang jauh ke tempat di mana taman yang semalam dia kunjungi berada. Letaknya cukup jauh dari tempat tinggal Dave. Lingkungannya pun berbeda jauh dengan lingkungan rumahnya. Sangat berbanding terbalik jika mau membandingkan keadaan dan kondisi di mana taman itu berada dengan lingkungan tempat tinggal Dave.
Tampak jelas perbedaannya. Hanya dengan mengatakan alamatnya saja setiap orang di daerah itu pasti tahu apa perbedaan dari keduanya.
Kembali ke malam sebelumnya, Dave merasa ada yang mengganjal di pikirannya. Dan hari ini Dave berniat mencari tahu apa itu. Niatnya untuk berolahraga pun jadi terulur karena sebuah lamunan. Wajahnya tampak masih mengantuk saat terkena pancaran sinar matahari secara langsung, tak ada usaha untuk menghalangi pancaran sinar itu ataupun menutupi wajahnya. Ia justru tetap berdiam diri menatap tempat kumuh yang semalam dia kunjungi. Seolah membantunya untuk mencari tahu apa yang mengganjal di pikirannya. Dave hanya diam saat menerima serangan telak dari matahari. Sama sekali tidak merasa terganggu dengan pancarannya yang menyilaukan. Dave sepenuhnya sudah terjebak dalam lamunannya sendiri.
Apa yang menjadi lamunan Dave masihlah sebatas kabut putih yang tebal. Samar-samar sampai Dave terbuai untuk terus melamunkannya. Hingga teriakan dari Sonya menyadarkannya. “Kak Dave!!” teriak Sonya dari bawah.
Dave akhirnya kembali dari lamunannya, lalu dia menjawab, “Ada apa?” Dave melongok ke bawah di mana Sonya sedang bermain dengan salah satu pelayan.
“Apa yang sedang kau lakukan di atas sana?” tanya Sonya.
“Aku sedang pemanasan.” jawab Dave disertai tingkah aneh.